Download - Badan Pembinaan Hukum Nasional
Download - Badan Pembinaan Hukum Nasional
Download - Badan Pembinaan Hukum Nasional
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
laporan akhir<br />
dipimpin oleh Mo’ang Tana Pu’an sebagai Ketua Lembaga Adat. Dua’a<br />
Moang selain sebagai pembentuk norma-norma hukum adat juga sebagai<br />
institusi atau lembaga penegak hukum adat termasuk dalam penyelesaian<br />
sengketa adat non kriminal (tanah, gading, bahar/emas). Terhadap putusan<br />
Du’a Mo’ang yang tidak disetujui oleh para pihak yang berperkara ada juga<br />
yang diajukan penyelesaian sengketanya melalui peradilan negara. 11<br />
Di Sumatera Barat sebelum adanya intervensi kolonial Belanda,<br />
orang Minangkabau sudah mempunyai sistem peradilan sendiri. Mereka<br />
adalah para pimpinan adat, cerdik pandai, dan alim ulama, atau tepatnya<br />
orang-orang terkemuka dalam suatu nagari (tigo tungku sajarangan). Nama<br />
peradilan itu beragam ditiap nagari, antara lain, Musyawarah Ninik Mamak,<br />
Mahkamah Adat, Musyawarah Ampek Jinih, Pucuk Adat, Penghulu nan<br />
Barampek, Penghulu Sepuluh Suku, Kerapatan Ninik Mamak dan yang<br />
paling dikenal saat ini yaitu berdasarkan Surat Keputusan Gubernur<br />
Provinsi Sumatera Barat pada tahun 1968, nama tersebut disatukan dalam<br />
bentuk Kerapatan Adat Nagari dan Kerapatan Nagari. Melemahnya<br />
kekuatan Nagari serta lembaga Adat, dimana lembaga adat hanya berfungsi<br />
sebagai sarana untuk perdamaian bukan pengambil keputusan, membuat<br />
11 Putusan perkara Peninjauan Kembali Perdata Mahkamah Agung Republik<br />
Indonesia Nomor 276 PK/Pdt/1993 tanggal 27 Nopember 1997 menolak permohonan<br />
Peninjauan Kembali: Vincent da Cunha dan menghukum pemohon Peninjauan kembali<br />
membayar biaya administrasi perkara sebesar Rp 75.000,- (tujuh puluh ribu rupiah).<br />
Dengan demikian Putusan Peninjauan Kembali oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia,<br />
Putusan Kasasi dan Putusan Pengadilan tinggi tetap memperkuat putusan penyelesaian<br />
sengketa adat oleh Du’a Mo’ang bersama Kepala Desa sebagai Hakim Perdamaian Desa<br />
yang berarti bidang tanah Rota Detung tetap dimiliki oleh Antonius Idong sebagai ahli<br />
waris dari bapaknya Mo’at Aning sedangkan bidang tanah Tarung Gawang tetap menjadi<br />
milik Vincent da Cunha sebagai ahli waris dari ibunya Du’a Leing sebagai tanah kabor<br />
kusang alan (tanah kelapa untuk menyantai dan mencuci rambut). Lihat lebih lanjut pada<br />
Feliks Thadeus Liwupang, “Eksistensi dan Efektifitas Fungsi Du’a Mo’ang (Lembaga<br />
Peradilan Adat) Dalam Penyelesaian Sengketa Adat bersama Hakim Perdamaian Desa di<br />
Sikka Flores NTT”, isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21086683.pdf, Didownload pada tanggal<br />
24 Februari 2012.<br />
9