12.07.2015 Views

Terjangkau Angan Malind - Forest Peoples Programme

Terjangkau Angan Malind - Forest Peoples Programme

Terjangkau Angan Malind - Forest Peoples Programme

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

84 85Apa yang pernah ditekankan oleh Koentjaraningrat& Ajamiseba (1994) perlu direnungkan secarasungguh-sungguh. Begini tulisnya: “… Perasaan tidakpuas penduduk asli Irian Jaya terhadap PemerintahIndonesia dan orang-orang Indonesia yang berasaldari propinsi-propinsi lain, mulai tampak tidak lamasetelah Irian Jaya menjadi bagian dari Indonesia,yang agaknya diakibatkan oleh kekecewaan merekaterhadap perilaku ketamakan para pendatangdan banyak oknum yang ditugaskan didaerah itu.… para pendatang tersebut dalam kurun waktuantara tahun 1963 dan 1969 telah mempergunakanperbedaan nilai rupiah Indonesia untuk membelibarang-barang yang tersedia di Irian Jaya untukdijual di daerah lain dengan keuntungan yangsangat besar”. 107Persolan EkonomiBetapapun, MIFEE adalah sebuah mega proyek di sektoragroindustri yang padat modal, padat teknologi, padat karya,dan sekaligus juga lapar lahan. Teknologi yang akan diterapkan,konon, terhitung teknologi mutakhir yang canggih. Termasukteknologi rekayasa biologi, dan konon akan zero waste, karenaakan menerapkan sistem integrasi tanaman ternak perikanan danperkebunan bebas limbah yang disingkat SITTPP- BEL itu. 108Dari segi kebutuhan lahan, lahan yang dibutuhkan juga terhitungsangat luas, yakni sekitar 1,2 juta ha (Pemerintah Daerah KabupatenMerauke 2010). Bahkan ada pula yang mengatakannya hingga 1,6ha. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Promosi InvestasiDaerah Kabupaten Merauke, pada Mei 2010, luasan lahan yangtelah memiliki izin prinsip dari 36 perusahaan yang tercatat sudahmencapai 2 juta ha lebih! Luasan ini dua kali lipat luasan ProyekLahan Gambut (PLG) atau pupuler juga dengan sebutan proyekSawah Sejuta Hektar, yang telah gagal dan merugikan masyarakatadat di Kapuas, Kalimantan Tengah. 109 Jumlah itu setara sekitar50% dari luasan kawasan budidaya potensial yang ada di Meraukeatau sekitar 2/3 dari luasan lahan basah yang tersedia di wilayahyang bersangkutan. Sebagian besar juga merupakan lahan gambutyang perlu dikelola secara hati-hati dan bahkan harus dikonservasikarena jika rusak – terbakar misalnya -- akan sulit memulihkannyakembali.Merauke dipilih sebagai tempat yang dianggap paling sesuaiuntuk eksperimen ke dua pertanian skala luas, setelah percobaanyang gagal di Kalimantan Tengah tadi. Kondisi biofisik alam yangdatar dan ‘kosong’, bukan merupakan kawasan hutan bertegakanpohon, mengesankan Merauke sebagai lahan menganggur yangbelum termanfaatkan. Oleh sebab itu kebutuhan lahan seluas 1,2juta ha diperkirakan akan dengan mudah dicukupi dari kawasanHutan Produksi Konversi (HPK, sekitar 1,4 juta ha), Hutan ProduksiTerbatas (HPT, sekitar 860.000 ha), dan Areal Peruntukan Lain(APL, sekitar 200.000 ha). 110Sajogyo (1993), sebagaimana dikemukakan Savitri (210), 111menganalisa bahwa proses pembangunan pertanian danindustrialisasi semasa Orde Baru dan skema transformasisosial menuju modernisasi, komersialisasi pertanianberorientasi ekspor, dan pemenuhan stok beras, telahmenghasilkan marjinalisasi petani kecil dan petani tanpatanah lebih dalam lagi. Golongan petani gurem ini tidakpernah mengalami surplus. Ironiknya malah menjadipembeli produk pangan yang dihasilkannya sendiri.Kepemilikan lahan pun mengalami penyempitan dansebagian bahkan kehilangan lahan sama sekali. Lebihjauh Sajogyo berpandangan bahwa top down sosialPetani yang tersingkir daritanahnya dan terlempar daripersaingan usaha pertanianterdampar di sektor informal diperkotaan, menurut merupakansektor penanda pemiskinan.________Wiradi (2010)

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!