12.07.2015 Views

Terjangkau Angan Malind - Forest Peoples Programme

Terjangkau Angan Malind - Forest Peoples Programme

Terjangkau Angan Malind - Forest Peoples Programme

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

22 23sebelumnya. Kerusuhan yang disulut oleh masalah kelangkaanpangan ini pun meledak di lebih dari 20 negara. Menurut penelitianyang dilakukan International Food Policy Research Institute danConsultative Group on Intrnational Agricultural Research yangdirujuk National Geographic, situasi demikian terjadi karenamodernisasi pada sektor pertanian dan kependudukan, jika bisadiringkas begitu, bergerak ke arah yang berlawanan. Setelahmengalami kemajuan melalui ‘revolusi hijau’ pada kurun waktu 5dekade terakhir, sejak pertengahan dekade 1990-an, laju produksipertanian mulai menurun. Penggunaan pestisida dan perubahaniklim dalam satu dekade terakhir dituding sebagai biang keladi.Sementara, jumlah penduduk terus bertambah. Keseimbanganpertumbuhan produksi bahan pangan dan pertumbuhan penduduk,sebagaimana yang disyaratkan teori Malthus, pun terganggu. Situasiitu makin terasa sangat mengkhawatirkan mengingat bahwa padatahun 2025 penduduk dunia diperkirakan akan mencapai angka 8milyar jiwa. Sementara menurut laporan State of the Future 2006,penduduk bumi pada 2050 akan mencapai 9 milyar jiwa. 25Kecuali itu, peningkatan kesejahteraan sebagian penduduk dunia,seperti yang terjadi di Cina dan India, misalnya, ternyata juga turutmenyumbang terganggunya keseimbangan sisi pengadaan pangan.Peningkatan kesejahteraan di beberapa negara dalam satu dekadeterakhir telah pula mendorong peningkatan kebutuhan akan bahanmakanan. Baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Daging babiyang beberapa dasawarsa lalu tidak terjangkau di Cina, misalnya,kini dinikmati oleh semakin banyak orang. Walaupun konsumsi perkapita-nya masih separuh konsumsi warga AS (Amerika Serikat),untuk memenuhi permintaan pasar, Cina kini memelihara setengahdari total jumlah babi di dunia. Untuk kebutuhan pakannya, Cinaharus mengimpor dari negara lain. Kebutuhan pakan ini tentu sajajuga mendorong peningkatan kebutuhan akan sejumlah komoditibiji-bijian lainnya. 26Situasi akan menjadi rumit jika dikaitkan dengan pola konsumsiyang mengagungkan konsumsi daging. Padahal, ternyata, makandaging adalah cara makan yang tidak efisien. Untuk mendapatkankalori dalam jumlah yang sama bagi satu orang antara mengkonsumsidaging dan biji-bijian, babi harus memakan biji-bijian lima kalilipat lebih banyak jika dibandingkan biji-bijian itu dikonsumsisecara langsung oleh satu orang dan sepuluh kali lipat jika kitamemakan daging sapi. Makanya, tidak heran, jika 35% biji-bijiandunia digunakan untuk mengasupi ternak. Saat ini, manusia danternak telah terlibat dalam pertarungan perebutan bahan makanan.Nyatanya, memang, Indonesia juga harus mengimporsejumlah bahan pangan melalui mekanisme impor yang tentusaja memberatkan devisa negara. Sebagaimana dapat dilihat padaTabel 1 berikut, nilai impor pada tahun 2009 lalu untuk memenuhikebutuhan 9 jenis komoditi adalah sekitar Rp. 51,5 triliun. Nilaiini setara sekitar 5% APBN Indonesia. Angka ini dilihat sebagaipemborosan yang harus diubah menjadi peluang penghematansekaligus penghasil devisa. 27Tabel 1Volume dan Nilai Impor Bahan Pangan non-Beras IndonesiaNo Komoditas Volume (Ton)Nilai (RpTriliunan)1 Gandum 4.661.358,85 22,52 Daging Sapi 46.889,08 4,803 Buah-buahan 427.500 3,384 Susu 197,650,39 7,555 Ikan dan Olahan 280.179,34 2,686 Gula 953.689,91 3,407 Jagung 362.000,26 0,258 Kedelai 3.453.689,91 5,959 Garam 1.280.000,00 0,90Total 11.465.307,35 51,41Sumber: Majalah Bangkit Tani (Edisi Nov. 2009)Sementara itu, di sektor energi, kelangkaan energi telah pulamenjadi salah satu momok kehidupan sehari-hari. Kelangkaanenergi di Indonesia ditandai oleh antrian panjang masyarakat hinggaberjam-jam hanya untuk mendapatkan 5 liter minyak tanah. Antrianmobil di SPBU terjadi pula di hampir semua ibukota provinsi. Selaintingkat produksi yang menurun, kondisi ini diperburuk dengan

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!