12.07.2015 Views

Terjangkau Angan Malind - Forest Peoples Programme

Terjangkau Angan Malind - Forest Peoples Programme

Terjangkau Angan Malind - Forest Peoples Programme

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

78 79Hanya dengan perspektif yang demikianlah kita baru dapatmemahami mengapa program-program pembangunan dariatas yang diselenggarakan di Papua selama ini, seperti programtransmigrasi, industri pertambangan, perkebunan kelapa sawit danbahkan pembangunan infrastruktur, pendidikan dan kesehatan,dapat dikatakan hampir tidak ada yang berhasil meningkatkankesejahteraan Orang Asli Papua secara signifikan. 99Studi Karafir (1984) tentang program transmigrasi di Warmare,Manokwari, misalnya, menunjukkan bahwa tingkat penerimaantransmigran lebih baik dari pada penduduk setempat. Ketikapenelitian yang dilakukan Karafir berlangsung, sekitar 10 tahun dariwaktu pelaksanaan program, transmigran sudah bisa membangunrumah beton, sementara penduduk asli tidak, meskipun keduaduanyasama-sama mengalami penurunan produksi akibat tingkatkesuburan tanah yang terus menurun, sementara pengeluaranmakin tinggi dari tahun ke tahun dan nilai tukar produk petani terusmenurun. Gap ekonomi antara kedua kelompok makin besar daritahun ke tahun. Ditemukan pula kenyataan bahwa belum ada buktiyang jelas bagaimana hubungan tingkat pendidikan terhadap tingkatperkembangan masyarakat. Dari segi perbaikan taraf hidup, tidakada interaksi positif antara transmigrasi dan penduduk setempat.Asumsi yang mengatakan bahwa kehadiran kaum transmigranyang memiliki pengalaman di dunia pertanian dapat meningkatkanketrampilan penduduk asli harus dipertanyakan kebenarannya. Olehsebab itu, Karafir mengusulkan bahwa transmigrasi sebagai proyekpemupukan persatuan nasional dan peningkatan pemerataan tarafhidup masyarakat harus diformulasikan secara lebih jauh. Perludiciptakan mekanisme lain yang memungkinkan interaksi inimenjadi lebih positif. 100Gambaran umum capaian program transmigasi sebagaimanayang diulas Karafir di atas juga dapat kita saksikan di lokasi programtransmigrasi terkemuka lainnya di Tanah Papua, yakni di KawasanKurik dan Muting, di Kabupaten Merauke. Dalam kunjunganlapangan yang singkat di penghujung Juli 2010, Tim Penelitimenyaksikan para transmigran yang dulu mulai dimukimkansekitar tahun 1980-an dan awal 1990-an saat ini tidak ada lagi yangtinggal di rumah-rumah pembagian dari Depatemen Transmigrasidulu. Sekarang mereka telah membangun rumah-rumah beton barusebagai penggantinya. Sebaliknya peserta program ‘transmigrasilokal’ -- alias penduduk asli setempat -- masih saja tetap tinggal dirumah pembagiannya dulu. Malah kondisi rumah tersebut sudahjauh lebih buruk dari yang pernah saya saksikan sekitar 10 tahunlalu. Hampir tidak ada rumah baru yang dibangun sendiri olehpenduduk asli ini. Beberapa rumah malah sudah tidak lengkaplagi pintu atau jendelanya. Perabotan rumah tangga pun terlihatsangat minim. Menurut pengakuan mereka, mereka memang tidaksepenuhnya hidup di ‘desa baru’ mereka itu. Mereka masih seringkembali ke desa lama, di mana hutan-hutan sagu mereka beradaataupun tinggal di hutan untuk jangka waktu tertentu, selamamereka melakukan perburuan. Mereka memang belum turun kesawah, meski mereka menerima juga jatah lahan sawah itu.Nyatalah bahwa kenyataan latar asal-usul sebagai masyarakatberburu dan meramu itu sangatlah besar pengaruhnya bagi dapatatau tidaknya penduduk setempat memanfaatkan kesempatanekonomi baru yang terbuka itu. Jika dengan moda produksi alaprogram transmigrasi daya adaptasi penduduk asli itu begitu rendah,bagaimana pula nanti dengan moda produksi yang dikembangkandalam program MIFEE yang memiliki hardware, software, danorgware yang jauh lebih canggih?.Berita yang dilansir Harian KOMPAS pada Agustus 2010 barumerupakan indikasi awal gagalnya penduduk beradaptasi denganMIFEE. Tingkat pendidikan yang rata-rata hanya tamat SekolahDasar membuat penduduk setempat kalah bersaing dengan pencarikerja dari luar. Marius Moiwend, warga kampung Sanggase, DistrikOkaba, dan beberapa rekannya ditolak bekerja PT. MedcopapuaIndustri Lestari karena tidak memiliki ijazah SMP. Padahal Mariushanya ingin menjadi satpam di perusahaan itu. 101Ketersingkiran Orang Papua Asli dalam arus pembangunantentu saja akan kembali mempertegas jarak sosial antara orangPapua asli dan non orang Papua yang ada di lokasi-lokasi yangbersangkutan. Perasaan rendah diri dan makin bercokolnya

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!