12.07.2015 Views

Terjangkau Angan Malind - Forest Peoples Programme

Terjangkau Angan Malind - Forest Peoples Programme

Terjangkau Angan Malind - Forest Peoples Programme

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

66 67Saat ini kayu ditebang hingga radius 500 meter hingga 100 metersaja. Dari segi kesepakatan dan juga adat yang berlaku tindakan itusudah melanggar. Begitu pula dengan izin penebangan kayu. Yangdizinkan sebenarnya hanya 50 – 100 meter dari jakan ke dalam.Sekarang kayu ditebang sudah sangat jauh ke dalam,” lanjut KetuaKelompok Muda Kampung Zenegi itu.Dari dokumen notulensi pertemuan antara pihak perusahaandengan pihak masyarakat yang diselenggarakan pada tanggal24 April 2008 memang terungkap dengan jelas adanya sejumlahkesepakatan-kesepakatan yang digugat warga kampung Zenegi itu.Dalam bidang sosial, misalnya, disebutkan bahwa “Tempat-tempatpelestarian adat, perjalanan leluhur, dusun sagu akan dilindungidan akan dijadikan tempat sakral. Di mana tempat-tempat inidiberikan suatu tanda khusus dan ke depan sebagai tempat yangmemungkinkan untuk dijadikan pariwisata”. Terkait dengankebutuhan akan sejumlah fasilitas umum dan sosial seperti sekolah,puskesmas, tempat-tempat peribadatan. “… juga akan direalisasikanseiring dengan perjalanan MEDCO dalam pengelolaan hasil hutanbaik di wilayah Kaliki maupun Zenegi.”Dalam bidang ekonomi, sesuai dengan potensi yang ada diKampung Zenegi (dan Kaliki), perusahaan menjanjikan programekonomi melalui usaha penyulingan minyak kayu putih. Bahkanperusahaan berjanji akan memfasilitasi pemasarannya, bahkanhingga ke (pasar) Jakarta. Dalam bidang Lingkungan, perusahaanakan mendatangkan sejumlah ahli, bekerjasama denganConservation International, sebuah lembaga konservasiinternational di mana Arifin Panigoro, pemilik Medco Group menjadisalah seorang anggota boardnya, akan melakukan penangkaransejumlah binatang yang ada di wilayah itu, dan sekaligus dijadikansebagai areal berburu yang ramah lingkungan. Dijanjikan pulabahwa populasi bianatang yang ada di darat maupun udara akandipertahankan sesuai dengan habitatnya.Dalam bagian akhir dokumen notulensi itu ditegaskan pula bahwakehadiran perusahaan adalah untuk mensejahterakan masyarakat.Dan itu semua adalah keinginan dari Bupati Kabupaten Meraukesaat itu (Johanes Gluba Gebze).Meski begitu, hingga akhir Juli 2010 lalu, tak satu punkesepakatan dan janji-janji itu yang telah direalisasikan. Padahal,akibat penebangan yang telah dilakukan PT. SIS, daya dukungkawasan itu sudah mulai menurun. “Mendapatkan daging rusadari kampung ini sudah tidak semudah dahulu lagi,” kata seorangpedagang daging rusa asal transmigran Jawa yang bermukim diIbukota Kecamatan Kurik. “Dulu kita tidak mampu membawaseluruh hasil buruan masyarakat kampung ini ke kota. Sekarang,dalam selang tiga hari, paling ada dua ekor yang dapat dibawa kekota,” lanjutnya. Seorang warga membenarkan keluhan pedagangdaging rusa tadi. “ Kami sekarang memang harus berburu lebihjauh lagi. Juga butuh waktu yang lebih lama lagi. Bisa-bisa, tidakpulang hari lagi. Itupun belum tentu dapat banyak. Rusa memangsudah makin sedikit sekarang,” jelasnya.Dampak ingkar janji – jika dapat dikatakan begitu – yang dialamiwarga kampung Zenegi boleh jadi belum seberapa jika dibandingkandengan apa yang dialami oleh warga kampung Boepe. Sebagaimanadisepakati pada tahu 2009 lalu, seluruh warga kampung Boepe akandirelokasi ke suatu tempat di luar wilayah kampung asal mereka.Sementara bekas pemukiman warga kampung Boepe berikuthutan-hutan yang ada disekitarnya akan digunakan perusahaanyang bergabung dalam Medco Group sebagai lokasi pabrik danjuga areal pembibitannya. Saat ini bekas kampung Boepe ini sudahmenjadi restricted area. Tidak sembarangan orang boleh lalulalangdi kampung itu. 85 Tapi, apa lacur, lokasi yang dijanjikanpihak Medco Group itu tak kunjung selesai urusannya. Belum adakesepakatan ganti rugi dengan pihak pemegang hak ulayat. Alhasil,warga kampung Boepe terpaksa menumpang di tanah kampungkampunglain yang ada di sekitar kampung Boepe itu. Rumahpunmereka bangun sendiri dari ‘uang ganti rugi’ yang mereka peroleh.“Saat ini kami sudah menjadi gelandangan di tanah sendiri,” ujarseorang Pendeta yang bertugas di lokasi tersebut. “Uang ganti rugisudah habis untuk bangun rumah dan makan selama ini. Kebunsudah tidak punya lagi,” katanya dengan tatapan iba dalam satukesempatan lokakarya.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!