Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Industri parfum ini mestinya juga harus menjadi salah satu industri yang dikuasai umat ini, karena salah<br />
satu kesukaan nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam itu adalah wangi-wangian. Bukankah ini indikasi bahwa<br />
umatnya juga harus gemar terhadap wewangian ? lantas siapa yang akan mengusahakannya kalau<br />
bukan kita ?<br />
Untuk menjadi industri tentu kita tidak cukup menanam bunga mawar dalam satu dua pot di halaman<br />
rumah, kita perlu menanam dalam jumlah yang cukup banyak sampai beberapa puluh hektar atau<br />
bahkan ratusan hektar. Pertanyaannya di lahan siapa ?<br />
Pertanyaan ini bisa kita jawab dan integrasikan juga dengan project lain yang sudah jalan selama ini<br />
yaitu iGrow (www.igrow.asia) yang kita bersama – kami bersama sebagian pembaca situs ini – sudah<br />
menanam berbagai jenis tanaman yang jumlahnya mencapai ratusan hektar, insyaAllah tidak akan sulit<br />
untuk mencari beberapa ratus hektar tambahan lagi untuk industri wewangian tersebut.<br />
Dengan mengintegrasikan seluruh resources yang ada inilah insyaAllah kita akan siap untuk menemani<br />
Anda semua yang ingin belajar, mengasah ketrampilan, sekaligus mempraktekan ilmu baru (tetapi<br />
lama) yang kita sebut Islamic Agriculture ini.<br />
Meskipun ilmu kita itu masih jauh dari sempurna, dari waktu ke waktu masih perlu terus dilengkapi –<br />
tetapi exercise dalam pengamalannya tidak bisa menunggu, justru dengan mengamalkannya di<br />
lapangan-lah insyaAllah kita akan diajari oleh Allah apa yang kita belum tahu. Silahkan menghubungi<br />
kami bila Anda tertarik untuk mengikuti program detilnya. InsyaAllah.<br />
<strong>Bioeconomy</strong> Dan Solusi Asap<br />
Beberapa hari ini media massa se Asia Tenggara ramai membicarakan karya monumental<br />
tahunan kita yaitu asap ! seolah tidak berdaya masyarakat dibuatnya – hidup dalam<br />
kepungan asap setiap tahun. Bukan hanya masyarakat setempat yang mayoritas menjadi<br />
korbannya, kini masyarakat di negeri-negeri jiran sampai Thailand selatan-pun ikut<br />
merasakan asap dari Indonesia ini. Sebagai warga negara yang baik, tentu saya ingin<br />
berkontribusi sejauh yang saya bisa lakukan atau pikirkan. Saya melihat solusi yang<br />
sangat terang di bioeconomy !<br />
Intinya adalah merubah mindset, yang selama ini masyarakat melihat semak belukar itu<br />
sebagai sampah yang harus disingkirkan atau setidaknya membiarkannya terbakar habis<br />
dengan sendirinya – menjadi masyarakat yang bisa melihat ‘tambang emas’ di semak<br />
belukar tersebut.<br />
Saya katakan ‘tambang emas’ karena begitu masyarakat memahami dan menghayati<br />
konsep “…Rabbana maa khalakta haadzaa baatila…Ya Rabb kami, tidak ada yang sia-sia<br />
dari yang Engkau ciptakan ini…”, maka seketika itu pula masyarakat akan rajin mencari<br />
manfaat dari setiap yang dijumpainya.<br />
Untuk yang sekarang ter/di- bakar dan menggegerkan Asia Tenggara tersebut, kita akan<br />
bisa melihat bahwa hampir keseluruhan yang terbakar tersebut adalah sesungguhnya<br />
biomassa, baik dari daun-daun kering, batang dan ranting semak belukar – semuanya<br />
yang tumbuh melimpah di negeri yang banyak mendapatkan keberkahan dari hujan ini.<br />
Biomassa inilah yang sesungguhnya adalah ‘tambang emas/barang berharga dan tambang<br />
energi-nya’ bioeconomy. Ketika mindset manusia sekarang masih berada di era fosil-based<br />
economy, maka penggerak ekonomi itu adanya di energi dari fosil dan produk-produk lain<br />
dibuat dari hasil samping energi fosil tersebut.<br />
Mulai dari pakaian, jalan raya, plastic dan berbagai benda-benda yang ada di sekitar kita –<br />
mayoritasnya dibuat dari bahan sintetis yang berasal dari hasil samping industry minyak<br />
tersebut.<br />
150