14.03.2017 Views

Bioeconomy

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

ikut-ikutan berbuat kerusakan – maka batang tebu akan terus bertambah pendek dan bisa jadi dalam<br />

seabad yang akan datang tinggal sepertiga dari tinggi batang tebu sekarang atau tinggal sekitar<br />

sedengkul saja.<br />

Kita tentu tidak rela ini dialami oleh cucu-cicit kita kelak, kita ingin mereka hidup bahkan lebih baik dari<br />

yang kita hadapi sekarang. Kita ingin mereka hidup dalam kehidupan yang berkeadilan, sehingga saat<br />

itu biji gandum-pun bisa sebesar bawang seperti dalam riwayat berikut :<br />

Diriwayatkan dari Auf bin Abi Quhdam, dia berkata : "Dijumpai di jaman Ziyad atau Ibnu Ziyad suatu<br />

lubang yang didalamnya ada biji gandum sebesar bawang. Padanya tertulis 'ini tumbuh di jaman yang<br />

adil'" (Musnad Ahmad no 7936 dan tafsir Ibnu Katsir 3/436).<br />

Sepintas ini tidak masuk di akal kita bahwa biji gandum bisa membesar sebesar bawang, tetapi ini<br />

sesungguhnya sangat bisa dijelaskan. Pertama dengan bukti visual tersebut di atas, batang tebu bisa<br />

terus memendek ketika manusia terus berbuat kerusakan di muka bumi ini. Maka yang sebaliknya pasti<br />

juga bisa terjadi, yaitu batang tebu bisa terus bertambah panjang ketika manusianya terus berbuat<br />

perbaikan. Hal ini bukan mimpi, karena team dari perkebunan tebu kami di Blitar-pun sedang bekerja<br />

keras untuk bisa menghasilkan batang tebu yang semakin panjang kembali.<br />

Kedua yang mirip dengan upaya untuk ‘menjadikan biji gandum sebesar bawang’ tersebut adalah<br />

upaya team kami yang lain yang sedang bekerja menyiapkan benih kedelai. Bila insyaAllah pembibitan<br />

kedelai kami bisa panen dalam beberapa bulan mendatang, maka hasilnya ingin kami perlakukan<br />

mendekati hadits berikut :<br />

Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “ Pada suatu hari seorang laki-laki berjalanjalan<br />

di tanah lapang, lantas mendengar suara dari awan :” Hujanilah kebun si Fulan.” (suara tersebut<br />

bukan dari suara jin atau manusia, tapi dari sebagian malaikat). Lantas awan itu berjalan di ufuk langit,<br />

lantas menuangkan airnya di tanah yang berbatu hitam. Tiba-tiba parit itu penuh dengan air. Laki-laki itu<br />

meneliti air (dia ikuti ke mana air itu berjalan). Lantas dia melihat laki-laki yang sedang berdiri di<br />

kebunnya. Dia memindahkan air dengan sekopnya. Laki-laki (yang berjalan tadi) bertanya kepada<br />

pemilik kebun : “wahai Abdullah (hamba Allah), siapakah namamu ?”, pemilik kebun menjawab: “Fulanyaitu<br />

nama yang dia dengar di awan tadi”. Pemilik kebun bertanya: “Wahai hambah Allah, mengapa<br />

engkau bertanya tentang namaku ?”. Dia menjawab, “ Sesungguhnya aku mendengar suara di awan<br />

yang inilah airnya. Suara itu menyatakan : Siramlah kebun Fulan – namamu. Apa yang engkau lakukan<br />

terhadap kebun ini ?”. Pemilik kebun menjawab :”Bila kamu berkata demikian, sesungguhnya aku<br />

menggunakan hasilnya untuk bersedekah sepertiganya. Aku dan keluargaku memakan daripadanya<br />

sepertiganya, dan yang sepertiganya kukembalikan ke sini ”. (HR. Muslim)<br />

Perhatikan secara khusus kalimat terakhir dari hadits panjang tersebut “…dan yang sepertiganya<br />

kukembalikan ke sini”. Ini adalah indikasi bahwa idealnya sepertiga hasil panenan untuk ditanam<br />

kembali alias menjadi bibit – dan ini pasti tidak bisa dilakukan bila tanaman tersebut sudah dirusak gennya<br />

seperti yang kita kenal dalam tanaman GMO (Genetically Modified Organism). Bagi yang bergerak<br />

di dunia pembibitan, ini adalah petunjuk yang luar biasa untuk pemuliaan tanaman.<br />

Bayangkan bila Anda panen, kemudian dipilihi sepertiga terbaik untuk bibit penanaman berikutnya –<br />

maka hasilnya adalah 1/3 dari biji-biji terbaik, paling besar, paling mentes dlsb. Ketika biji-biji terbaik ini<br />

ditanam, maka insyaAllah panenan berikutnya hasilnya akan lebih baik dari yang sebelumnya – bila<br />

kondisi lainnya tetap – ceteris paribus.<br />

Bila ini terus dilakukan dari satu panen ke panenan berikutnya, maka biji-bijian hasil panenan akan<br />

terus membesar (dan membaik) dari waktu ke waktu. Maka bila alamnya tidak dirusak oleh hal lain,<br />

bahkan juga diperbaiki dengan mengembalikan kondisi kesuburan alaminya – bukanlah hal yang<br />

mustahil, bila suatu saat nanti biji kedelai kita menjadi sebesar biji kacang tanah !<br />

Mungkinkah itu terjadi ? Mungkin saja bila Allah menghendaki. Lantas kapan akan terjadi ? Wa Allahu<br />

A’lam. Jangankan kita orang awam yang penuh dengan kelemahan, para Rasul-pun oleh Allah hanya<br />

ditugasi untuk melakukan perbaikan semampu mereka melakukannya.<br />

178

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!