Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Ide-ide yang dia tuturkan di setiap karyanya begitu<br />
mengalir karena bahasanya tidak meledak-ledak. Termasuk<br />
saat menulis tentang kepercayaan lain. Dia malah<br />
menunjukkan sikap simpatiknya. Tulisannya bertabur ayat,<br />
hadis atau aforisme yang berasal dari pengetahuan Islam<br />
klasik. Ungkapan seperti ridlâ al-nâs ghâyatun lâ tudrak<br />
atau mâ lâ yudraku kulluhu lâ yutraku kulluhu, yang sering<br />
dikutip dalam tulisan-tulisannya, akrab di telinga pesantren<br />
saya.<br />
Membaca tulisan-tulisannya seperti membaca banyak<br />
buku. Pasalnya, untuk mengukuhkan pendapatnya, Cak<br />
Nur fasih mengutip hujjah ulama atau filsuf Muslim mana<br />
pun dan dia tidak sungkan mengambil pendapat intelektual<br />
Barat. Dia meyakini bahwa kebenaran terdapat di manamana,<br />
tidak hanya di Islam. Banyak buku rujukannya dan<br />
beliau mencantumkannya di catatan kaki.<br />
Namun, setakat itu, sosok Cak Nur masih berbentuk<br />
fragmen bagi saya: dalam tulisan-tulisannya, dia tampil<br />
di mata saya sebagai sosok intelektual yang cerdas, sarat<br />
gagasan, juga santun. Pengetahuan saya tentang Cak Nur<br />
akan utuh menjadi bingkai ketika saya bisa bertemu dan<br />
mengamati laku beliau secara langsung. Dengan begitu, saya<br />
bisa memberikan penilaian yang proporsional tentangnya.<br />
Alhamdulillah, kesempatan untuk mendengarkan<br />
ceramahnya secara langsung itu datang juga. Saya bahkan<br />
berkesempatan mendengarkan ceramahnya beberapa kali.<br />
Di setiap ceramah yang saya ikuti, dia selalu menggulirkan<br />
pendapatnya dengan tenang dan dengan artikulasi yang<br />
Bagian 2: Belajar darinya: Teologi Perdamaian Cak Nur |<br />
Democracy Project<br />
127