Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Democracy Project<br />
Inspirator Cita-cita<br />
Perjumpaan saya dengan Cak Nur, baik secara tulisan<br />
maupun fisik, sebetulnya baru dimulai pada tahun 1997.<br />
Ketika itu, sambil mengisi waktu luang dan menunggu masa<br />
aktif permulaan kuliah UIN Jakarta, saya yang ketika itu<br />
tinggal di asrama IMM Ciputat, banyak membaca bundelan<br />
majalah Adzan yang dikoleksi seorang senior. Dalam<br />
majalah itu, banyak berita tentang kiprah dan pemikiran<br />
Cak Nur yang menyulut kontroversi. Juga digambarkan<br />
bagaimana reaksi orang-orang seperti H.M. Rasyidi, Daud<br />
Rasyid, Ridhwan Saidi terhadap pemikiran Cak Nur. Saat<br />
itu, keinginan untuk tahu tentang Cak Nur secara lebih<br />
mendalam mulai terasa.<br />
Pembacaan saya secara agak intensif terhadap berita Cak<br />
Nur berkembang ketika membaca kumpulan Jurnal Ulumul<br />
Qur’an yang dikoleksi kakak saya. Dari edisi khusus tentang<br />
Pembaruan Pemikiran Islam, ada beberapa tulisan tanggapan<br />
dari banyak tokoh seperti Amien Rais, Masdar Mas’udi, Syafii<br />
Maarif, dan sebagainya. Mereka mengapreasiasi pemikiran<br />
Cak Nur dari berbagai sudut pandang. Yang menarik, Masdar<br />
Mas’udi, yang juga dari pesantren, menunjukkan bahwa<br />
pemikiran Cak Nur tidaklah bertentangan dengan pemikiran<br />
pesantren. Saat mendiskusikan tentang La ilaha illa Allah,<br />
yang diterjemahkan Cak Nur sebagai “Tiada tuhan selain<br />
Tuhan”, Masdar menyatakan bahwa itu bisa dijumpai dalam<br />
i’lal pada nahwu dan sharaf. Setelah membaca tulisan itu,<br />
meskipun tidak sepenuhnya saya pahami maksudnya, saya<br />
mulai simpati dengan Can Nur dan ingin berdiri di posisi<br />
para pendukung pemikirannya. Saat itu juga, saya mulai<br />
206 | All You Need is Love