Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Setelah dilakukkan proses rekruitmen, langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah<br />
pengenalan, agar para raw recruit yang ammah ini dapat memahami tugas dan fungsi yang akan<br />
diembannya adalah tugas dakwah yang memerlukkan persiapan diri. Pengenalan pertama yang harus<br />
dilakukan adalah perkenalan dengan dakwah. Pada tahap awal calon kader dijelaskan tentang<br />
karakteristik dakwah yang jalannya panjang, sedikit pendukungnya, banyak rintangannya, namun<br />
besar balasannya. Hal ini ditujukan agar mereka tidak mengambang dengan tugas yang akan mereka<br />
emban, sehingga setiap tugas memiliki ruh dan tujuan rabbani.<br />
Hal kedua yang perlu disampaikan adalah peraturan-peraturan standar, seperti antar kader<br />
ikhwan akhwat harus saling menjaga diri, dikenalkan dengan adab-adabnya. Peraturan yang bisa<br />
mendatangkan hukuman harus juga dikenalkan sebelumnya, misal saat syuro’ harus datang tepat<br />
waktu, atau jika tidak akan mendapat iqob, kapan seorang kader bisa diberhentikan, dan hal-hal yang<br />
semacam dengan ini. Setelah mereka memahami kedua hal ini kemudian dikenalkan dengan sistem<br />
dan struktur yang ada, misal dalam LDFK ada beberapa bidang atau departemen, yang dipimpin oleh<br />
kepala bidang dengan tugasnya masing-masing.<br />
Dan yang penting lagi adalah dikenalkan tentang statusnya sebagai kader ini menunjukkan<br />
bahwa ia adalah subyek dan obyek pembinaan keislaman yang utama. Kemudian apa tujuan<br />
pembinaan ini? Hal ini bisa dijawab dengan 10 muwashafat sebagai berikut:<br />
1. Salimul ‘aqidah (aqidah yang selamat)<br />
2. Shahihul ‘ibadah (ibadah yang benar)<br />
3. Matinul khuluq (akhlaq yang tegar)<br />
4. Qadirun ‘alal kasbi (mampu bekerja)<br />
5. Mutsaqaful fikr (berwawasan luas)<br />
6. Qawwiyul jism (fisik yang kuat)<br />
7. Mujahidun li nafsi (etos kerja yang tinggi)<br />
8. Munazhzham fi syu’unihi (tertata urusannya)<br />
9. Haritsun ‘ala waqtihi (menjaga waktunya)<br />
10. Nafi’ul li ghairihi (bermanfaat bagi yang lainnya)<br />
Setelah melalui proses rekruitmen kader, maka yang harus diperhatikan berikutnya adalah<br />
bahwa kader adalah obyek dakwah yang utama, karena diharapkan mereka nanti akan menjadi<br />
penerus estafet perjuangan dakwah. Dalam hal tingkatan ini, kualitas jauh lebih penting dari<br />
kuantitias. Namun hal itu tidak bisa terjadi begitu saja, melainkan harus ada upaya yang tersistem<br />
dan berkelanjutan. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:<br />
|