You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
merelokasi ke Pasar Blok G, serta<br />
keterangan-keterangan Wagub Basuki<br />
Tjahaja Purnama kepada pers yang<br />
ingin menegakkan peraturan, maka<br />
PKL Tanah Abang akhirnya bersedia<br />
direlokasi.<br />
Usai Lebaran Idul Fitri tahun ini<br />
menjadi harapan baru bagi ketertiban<br />
Jakarta. Keberhasilan penertiban<br />
Pasar Tanah Abang seakan menjadi<br />
barometer, tidak hanya bagi upaya<br />
penertiban serupa di lokasi lain di<br />
Jakarta, tapi Tanah Abang dianggap<br />
sebagai harapan baru bagi ketertiban<br />
ibukota. Wilayah yang selama ini<br />
dianggap sangar, akhirnya tunduk pula<br />
pada peraturan.<br />
Jokowi ketika hadir di kampus<br />
Universitas Islam Syarif Hidayatullah<br />
dalam acara halal bihalal dengan para<br />
dosen dan mahasiswa bercerita, banyak<br />
pihak yang wanti-wanti dirinya ketika<br />
ingin menata kawasan Tanah Abang.<br />
“Ada ini, ini, ini. Wah, banyak sekali,<br />
batin saya. Dan, itu di-back up sama<br />
ini, ini, ini, ini. Saya hanya diam saja,”<br />
ujar Jokowi seperti dikutip Kompas.<br />
com.<br />
Ketika itu Kepolisian Daerah<br />
Metro Jaya pun melarang sang<br />
gubernur untuk blusukan ke kawasan<br />
perdagangan terbesar se-Asia Tenggara<br />
itu. Polisi mengantisipasi gangguan<br />
keamanan di daerah itu, yang sewaktuwaktu<br />
dapat menimpanya.<br />
Memang, rencana Jokowi<br />
mengunjungi Pasar Tanah Abang<br />
sempat ditunda atas alasan gangguan<br />
keamanan. “Saya bilang, ‘Kalau begini<br />
terus, kapan saya ke sananya?’ Akhirnya<br />
hari itu saya paksakan. Masuk ke<br />
dalam. Bismillah, enggak ada apa-apa,<br />
malah nyalamin. PKL nyalamin saya,<br />
preman nyalamin saya. Saya tahu<br />
preman karena tatonya,” ujarnya sambil<br />
disambut tawa oleh peserta yang hadir.<br />
Jokowi mengatakan, kunci dari<br />
penataan Pasar Tanah Abang adalah<br />
keterbukaan. Di satu sisi, Jokowi<br />
terbuka menampung aspirasi pedagang<br />
kaki lima dan tokoh masyarakat di sana<br />
agar penataan dapat berlangsung. Di<br />
sisi lainnya, proses penataan para PKL<br />
itu pun dilaksanakan secara terbuka.<br />
Menerapkan Peraturan<br />
Penegakan peraturan bagi PKL<br />
sejatinya bukan hal baru atau bukan<br />
penerapan dari peraturan yang baru<br />
dibuat. Peraturan yang diterapkan<br />
Jokowi - Ahok (nama populer<br />
Gubernur dan Wagub DKI Jakarta)<br />
ini adalah produk hukum lama. Atau<br />
peraturan yang secara umum sudah<br />
banyak diketahui masyarakat bahwa<br />
trotoar dan badan jalan bukan sebagai<br />
tempat menggelar dagangan.<br />
Perda No 8 Tahun 2007 pasal<br />
25 (2) melarang orang atau badan<br />
berdagang di jalan, trotoar, jembatan<br />
penyebrangan, dan tempat untuk<br />
kepen tingan umum lainnya diluar<br />
yang ditetapkan. Para pelanggar bisa<br />
dikenakan denda minimal Rp 100 ribu,<br />
dan maksimal Rp 20 juta. Jika tidak<br />
bisa membayar, akan dikenakan pidana<br />
kurungan paling lama 60 hari.<br />
Yang mungkin baru dari pemimpin<br />
DKI yang membawa semboyan<br />
“Jakarta Baru, Jakarta Kita” ini adalah<br />
gaya pendekatannya. Jokowi dikenal<br />
suka blusukan, sering mendatangi<br />
warga dan mengajak mereka bicara<br />
sebelum upaya perubahan dilakukan.<br />
Kita mahfum. Warga, atau<br />
orang kebanyakan atau wong cilik,<br />
didatangi saja senang, apalagi diajak<br />
bicara. Dalam persepsi mereka,<br />
pemimpin bertandang adalah satu<br />
bentuk perhatian dan penghormatan.<br />
Dan lebih-lebih ketika diajak bicara,<br />
hati bisa berbunga-bunga, merasa<br />
“dimanusiakan” (diuwongke).<br />
Sentuhan semacam ini adalah kunci<br />
pembuka pintu-pintu dari gagasan atau<br />
upaya yang hendak dilakukan sang<br />
pemimpin untuk membuat perubahan.<br />
Kelancaran lalu lintas, dimanapun<br />
kita berkendara, menjadi harapan dan<br />
impian, utamanya bagi warga Jakarta<br />
dan sekitarnya yang kerap menghadapi<br />
kemacetan dalam beraktivitas seharihari<br />
di metropolitan ini. Memang<br />
banyak penyebab, salah satunya<br />
Tanah Abang (dulu). Penuh tendatenda<br />
PKL, sementara di pasar Blok<br />
G yang disiapkan untuk pedagang,<br />
ditinggalkan mangkrak alias sepi tak<br />
dihuni.<br />
tumpah-ruahnya PKL di trotoar dan<br />
badan jalan. Selain itu ketidakdisiplinan<br />
pengendara maupun pejalan kaki,<br />
infrastruktur, fasilitas publik yang<br />
belum memadai, dan lain-lain.<br />
Kawasan lain yang kini masih<br />
didera kemacetan tentu merasa iri<br />
melihat kelancaran lalu-lintas di<br />
Pusat Grosir Tanah Abang. Pengamat<br />
perkotaan dari Universitas Trisakti,<br />
Nirwono Yoga mengatakan perlunya<br />
penataan PKL dan arus lalulintas di<br />
wilayah lainnya di Jakarta, seperti di<br />
Pasar Minggu, Pasar Jatinegara, Pasar<br />
Gembrong, Pasar Asemka, Pasar Cipete,<br />
Pasar Mayestik, dan lain-lain.<br />
Satu hal yang perlu dilakukan<br />
Jokowi saat ini adalah bagaimana<br />
mempertahankan apa yang sudah<br />
dilaksanakan. Namun, untuk<br />
menjalankannya, menurut Nirwono,<br />
Jokowi tak dapat bekerja sendiri. Ia<br />
memerlukan kepala dinas, camat, lurah,<br />
dan wali kota untuk dapat konsisten<br />
menegakkan peraturan yang sudah<br />
ditata. Pasalnya, upaya-upaya Jokowi<br />
untuk menata kawasan Tanah Abang<br />
dan Waduk Pluit (dua kawanan yang<br />
memiliki masalah berbeda dan akut -<br />
Red), baru penyelesaian di permukaan,<br />
belum menyelesaikan di dalam. ***<br />
Iswati Soekarto<br />
16 Media Jaya • Nomor <strong>02</strong> Tahun 2013 Media Jaya • Nomor <strong>02</strong> Tahun 2013 17