27.11.2013 Views

MEDIA JAYA 02 2013.pdf

Media Jaya

Media Jaya

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

lingkungan<br />

korban bencana. Namun dalam kondisi<br />

tertentu, mereka bias turun langsung<br />

kelapangan tanpa harus menunggu<br />

koordinasi dengan BPBD.<br />

“Kita punya Pusdalops, SMS<br />

Gateway, Early Warning Sistem.<br />

Call Center 164 yang berfungsi<br />

24 jam untuk memantau dan<br />

menginformasikan berbagai hal yang<br />

terkait dengan bencana,” ujarnya.<br />

Di Pusdalops, kata Ery, kita<br />

punya data secara real time tentang<br />

perkembangan kondisi air di Bendung<br />

Katulampa. Jika terjadi hujan besar<br />

di Bogor dan Bandung Katulampa<br />

masuk dalam Siaga 1, maka langsung<br />

dikordinasikan kedinas-dinas terkait,<br />

terutama Dinas Sosial untuk segera<br />

menyiapkan bantuan. Dalam hal ini,<br />

BPBD sudah mengetahui baik dari<br />

segi tinggi siaga dan lamanya banjir<br />

menggenangi Jakarta.<br />

“Lewat Pusdalops, kita tahu<br />

siaga berapa dan berapa lama air<br />

menggenangi rumah warga. Kalau Siaga<br />

1 tapi Cuma satu malam, kita bias<br />

sediakan makan, bias juga tidak. Tapi<br />

kalau lebih dari 24 jam, maka harus<br />

kita sediakan makan, tempat evakuasi<br />

dan lainnya,” lanjutnya.<br />

Mengenai Bidang Rehabilitasi dan<br />

Rekonstruksi, ini yang membedakan<br />

BPBD DKI Jakarta dengan BPBD<br />

Provinsi lain. Kalau BPBD Provinsi<br />

lain punya dana dan dapat melakukan<br />

rehabilitasi dan rekronstruksi,<br />

sedangkan BPBD DKI tidak bisa,<br />

karena tidak memiliki dana sendiri<br />

untuk itu. Dana rehabilitasi dan<br />

rekonstruksi sudah ada di 9 SKPD.<br />

Jadi BPBD DKI Jakarta tinggal<br />

mengkoordinir kebutuhan saja.<br />

Jika dirasa masih kurang, BPBD<br />

bias mengusulkan adanya anggaran<br />

tambahan.<br />

“Adapun bidang yang terakhir<br />

adalah Bidang Informatika dan<br />

Pengendalian yang menghimpun<br />

dan mengolah pusat data tentang<br />

kebencanaan di DKI Jakarta. Bidang ini<br />

membawahi Pusdalops dan teknologi<br />

informasi BPBD Jakarta,” ucapnya.<br />

NR.<br />

Perda No.3/Tahun 2013<br />

Ajak Partisipasi Swasta Kelola Sampah<br />

Kini Jakarta miliki Perda baru pengelolaan sampah,<br />

Perda No.3/2013 ini menggantikan Perda No.5/ 1988<br />

tentang Kebersihan Lingkungan dalam Wilayah DKI<br />

Jakarta.<br />

Sampah di perkotaan seringkali<br />

menimbulkan persoalan ketika pola<br />

penanganannya belum mampu<br />

mengakomodir seluruh sampah yang<br />

ada. Di Jakarta, persoalan sampah<br />

menjadi kompleks karena berbagai<br />

faktor, tidak hanya besarnya jumlah<br />

sampah yang harus ditangani setiap<br />

harinya, sarana prasarana yang tersedia<br />

saat ini juga belum memadai, baik<br />

jumlah maupun kondisi yang sudah tak<br />

layak lagi serta keterbatasan lahan.<br />

Selain itu, kebiasaan masyarakat<br />

buang sampah sembarangan, seperti<br />

ke sungai atau saluran air sehingga<br />

mengakibatkan banjir. Ini merupakan<br />

tantangan bagi Pemerintah DKI<br />

Jakarta untuk mengajak masyarakat<br />

berpartisipasi aktif dalam mengelola<br />

sampah. Karenanya, Pemprov DKI<br />

Jakarta menginisiasi Perda tentang<br />

Pengelolaan Sampah sebagai turunan<br />

dari Undang-undang No.8 Tahun<br />

2008.<br />

Kepala Dinas Kebersihan Provinsi<br />

DKI Jakarta, Unu Nurdin, mengatakan,<br />

pihaknya ingin menyadarkan<br />

masyarakat agar membuang sampah<br />

pada tempatnya. “Masyarakat yang<br />

belum sadar inilah yang harus dibenahi,<br />

makanya kita buat dulu landasan<br />

aturannya,” ujarnya saat ditemui Media<br />

Jaya di ruang kerjanya.<br />

Menurutnya, Perda ini mengatur<br />

pengelolaan sampah di DKI Jakarta<br />

secara komprehensif dari hulu hingga<br />

hilir dengan sistematika pengaturan<br />

antara lain meliputi tugas dan<br />

tanggung jawab pemerintah; hak,<br />

kewajiban, dan tanggung jawab<br />

masyarakat; hak, kewajiban, dan<br />

tanggung jawab produsen; insentif dan<br />

disinsentif; perizinan; penyelenggaraan<br />

pengelolaan sampah; teknologi tepat<br />

guna dan ramah lingkungan; kerja<br />

sama dan kemitraan; pengawasan dan<br />

pengendalian; serta larangan dan sanksi.<br />

“Dibuatnya Perda Pengelolaan<br />

Sampah ini bertujuan meningkatkan<br />

peran serta masyarakat dan pelaku<br />

usaha untuk secara aktif mengurangi<br />

sampah. Pemerintah tidak dapat<br />

bekerja sendiri tetapi partisipasi aktif<br />

masyarakat dan stakeholder sangat<br />

dibutuhkan,” tegas Unu.<br />

Subsidi Silang<br />

Peran aktif seluruh stakeholder<br />

dan masyarakat untuk menjaga<br />

kebersihan sangat diperlukan. Untuk<br />

mengatur sinergitas antarpemangku<br />

kepentingan, dalam Perda ini diatur<br />

mengenai kewajiban pengelola kawasan<br />

industri, kawasan komersial, kawasan<br />

khusus, dan kawasan permukiman elite<br />

untuk mengelola sampahnya secara<br />

mandiri.<br />

Pengelola kawasan komersial,<br />

kata Unu, berkewajiban melakukan<br />

pengumpulan, pengangkutan dan<br />

pengolahan sampahnya sendiri atau<br />

dapat dikerjasamakan dengan badan<br />

usaha di bidang kebersihan. Jika<br />

mereka mengirimkan sampahnya ke<br />

TPA Bantargebang, maka diwajibkan<br />

membayar retribusi pengelolaan<br />

sampah. Sehingga pembiayaan APBD<br />

untuk sektor kebersihan yang selama ini<br />

dibebankan kepada pemerintah dapat<br />

dikurangi, sekaligus akan menjadi PAD<br />

dari retribusi tersebut, sehingga terjadi<br />

subsidi silang.<br />

Selain subsidi silang, l dalam Perda<br />

Pengelolaan Sampah tersebut dijelaskan<br />

mengenai adanya kemitraan, terutama<br />

dalam hal daur ulang dan pengolahan<br />

sampah.<br />

“Kemitraan ini bisa dilakukan<br />

dari tingkat paling bawah, yaitu<br />

rukun tetangga (RT). Masyarakat bisa<br />

menggandeng pelaku usaha sehingga<br />

sampah bisa memiliki nilai ekonomis,”<br />

tuturnya.<br />

Unu mengatakan, ketentuan<br />

mengenai adanya pengelolaan sampah<br />

agar memiliki nilai ekonomis ini<br />

merupakan kemajuan jika dibanding<br />

aturan pendahulunya, dengan sisi sanksi<br />

yang lebih menonjol.<br />

Perda ini juga menyatakan bahwa<br />

pemerintah daerah akan memberikan<br />

insentif kepada masyarakat atau<br />

kelompok di dalamnya tentang<br />

pengelolaan sampah ini. “Suntikan ini<br />

bisa berupa fiskal, seperti modal; atau<br />

non-fiskal, seperti pendampingan,”<br />

terangnya.<br />

Sanksi<br />

Sebagai landasan aturan hukum,<br />

dalam Perda tersebut telah diatur<br />

sanksi bagi pelanggar yang penegakan<br />

54 Media Jaya • Nomor <strong>02</strong> Tahun 2013 Media Jaya • Nomor <strong>02</strong> Tahun 2013 55

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!