MEDIA JAYA 02 2013.pdf

seni & budaya
Meriah, Lebaran Betawi
di Silang Monas
makan semua, bisa pecah perut saya,”
kantanya seraya tertawa.
Pada Lebaran Betawi tahun-tahun
sebelumnya, yang menjadi tuan rumah
bergantian selalu dari enam wilayah
DKI. Untuk lebih mengefisienkan
penyelenggaraan nya, Gubernur
DKI Joko Widodo pun menggagas
agar Lebaran Betawi tahun 2013 ini
diadakan di Monas agar masyarakat luas
juga bisa mengetahui budaya Betawi
dalam berlebaran..
Meriah. Itulah suasana Lebaran Betawi tahun 1434 Hijrah ini.
Pagi itu hadir karyawan di lingkungan Pemprov DKI Jakarta. Para
pria berpakaian koko berkalung sarung, khas busana Betawi.
Kaum ibu mengenakan kebaya warna-warni lengkap dengan
kerudungnya.
Di area Monas, tempat
berlangsungnya Lebaran Betawi,
ondel-ondel berdiri tegak di setiap
sudut, dan umbul-umbul pun
berkibaran disana sini. Lebaran Betawi
yang sudah berlangsung beberapa
tahun belakangan ini, baru tahun
ini berlangsung di silang Monumen
Nasional, selama dua hari, Sabtu (31/8
dan Minggu (1/9).
Suasana seperti itu tak ubahnya
suasana Lebaran ala orang Betawi.
Setiap kali Lebaran tiba, orang Betawi
menyediakan aneka panganan khas
Betawi untuk hantaran kepada kerabat.
Pemandangan yang sangat lazim saat
Lebaran adalah baju baru aneka warna
dengan buah tangan terlihat hilir
mudik di jalan-jalan. Bisa dipastikan,
orang Betawi itu sedang silaturahim
ke handai tolan atau kerabat dekat.
Biasanya mereka mengunjungi kerabat
yang dituakan.
Suasana seperti itu tampaknya
yang ingin dihadirkandalam
Lebaran Betaw. Itu sebabnya
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
menggelar Lebaran Betawi yang
penyelenggaraannya dibuat menyerupai
Lebaran di kampung-kampung orang
Betawi, lengkap dengan ciri khas
bangunan dan ornamennya.
Lebaran Betawi dibuat seperti
berada dalam satu kampung Betawi.
Karenanya setiap wilayah DKI Jakarta
memiliki area tersendiri di Lebaran
Betawi yang di dalamnya terdiri dari
beberapa rumah atau stan. Setiap
kampung akan terpampang di gerbang
utamanya tulisan Kampung Jakarta
Timur, Pusat, Selatan, Barat, Utara dan
Kepulauan Seribu.
Setiap kampung wilayah tersebut
menyajikan makanan khas dan
tak ketinggalan panggung hiburan
budaya Betawi. Pada setiap kampung
terlihat ramai. Mereka keluar masuk
mengenakan pakaian khas Jakarta,
Sadrah dan berkebaya yang notabene
adalah jajaran perangkat pemerintahnya
berbaur dengan masyarakat umum
lainnya.
Makanan khas Betawi sudah
barang tentu menjadi pelengkap yang
ada dir semua kampung Lebaran
Betawi. Ada wajik, kembang goyang,
soto mie, bir pletok dan tak ketinggalan
kerak telor.
Sejak pagi, di hari Minggu yang
cerah itu suasana Lebaran Betawi di
Monas tampak semarak. Para warga
“kampung” menanti kedatangan
Wagub DKI Jakarta, Basuki Tjahaja
Purnama yang dijadwalkan akan
berlebaran di setiap kampung pada
Lebaran Betawi hari pertama.
Kedatangannya disambut Liong
dan Ondel-ondel. Basuki pun langsung
memasuki kampung Kepulauan Seribu
yang merupakan tuan rumah Lebaran
Betawi 2013 ini. Basuki mengenakan
busana sadariah putih lengkap dengan
kain sarung cokelat yang dikalungkan
di leher. Ia langsung menyapa dan
menyalami sejumlah warga.
Dari kampung kepulauan
Basuki selanjutnya melangkah ke
kampung wilayah Jakarta Utara. Di
rumah panggung bergaya Betawi itu,
ia disuguhi berbagai makanan khas
Betawi, seperti kerak telor, wajik,
kembang kelapa, akar kelapa, dan
buah-buahan lokal seperti rambutan
serta jambu bol.
Kemudian dilanjutkan melihatlihat
Kecamatan Tanjung Priok. Bir
pletok pun disuguhkan. Tak lama
kemudian mantan Bupati Belitung
Timur itu keluar dan melihat kampung
Kecamatan Cilincing dan Kecamatan
Pademangan.
Di kampung tersebut ia disambut
tarian barongsai. “Hari ini saya
mengunjungi semua wilayah di DKI
Jakarta dengan cepat. Tapi saya tidak
bisa makan di semua stan ya. Kalau saya
Gubernur Berpantun
Penyelenggaraan Lebaran Betawi
tahun ini sangat kental dengan unsur
budaya. Bahkan Gubernur DKI Jakarta
Joko Widodo yang berasal dari Solo
pun melantunkan pantun Betawi
dengan logat Betawi.
“Beli jahe tambah merica, bikin
manisan pake kapulage”
“Hati aye amatlah bahagia, rayain
Lebaran ame keluarge”
Tidak hanya itu rangakaian
pantun berikutnya ia selipkan diantara
kalimat sambutannya saat membuka
Lebaran Betawi. Di antaranya saat
ia menyebut tema Lebaran Betawi,
“Lebaran Betawi 1434 Berpadu
Wujudkan Jakarta Baru” dengan
mengucapkan, “Ngarep tema jadi
itikad kontrak warga bareng-bareng,
rangkepin sama pemerintah. Bikin
pondasi juga,”
“Silaturahim bukan cuma yang
muda datengin yang tua, tapi semua
orang yang belum sempet dateng.”
“Kudu dijadiin tempat belajar
sama siapa aja yang pengen tahu,
ningkatin apresiasi seni budaya Betawi”.
Menurut Joko Widodo, Lebaran
Betawi merupakan ajang temu muka
warga Betawi dari berbagai etnis
yang tersebar di wilayah Jakarta dan
sekitarnya. Jokowi pada kesempatan
itu berpesan agar warga menjaga tradisi
seperti Lebaran Betawi ini.
Dalam acara itu, Jokowi juga
menerima hantaran yang isinya antara
lain, keripik sukun, kue semprong,
kembang goyang, kue cucur, dan roti
buaya yang diberikan oleh beberapa
wali Kota dan camat yang ada di
Jakarta.
Unjuk Budaya Betawi
Pergelaran seni budaya Betawi
semakin menambah ceria Lebaran
Betawi kali ini. Di panggung utama
para artis melantunkan lagu-lagu yang
diiringi gambang kromong. Lagu-lagu
khas Betawi yang mungkin jarang
didengar warga Jakarta dialunkan,
seperti “Kudu Inget”. Lagu lama ini
menggiring suasana kehidupan Betawi
tempo dulu.
Sementara itu musik gambus juga
terdengar dari kampung wilayah Jakarta
Pusat. Kampung lainnya menghadirkan
musik samrah dan lain-lain.Tidak
hanya musik dan nyanyian, Betawi juga
memiliki seni tari. Dipanggung Lebaran
Betawi itu pun dipentaskan Tarian
Betawi, di antaranya tarian Topeng
Samba, tari Nandak Ganjen. Seni tari
Betawi itu jelas menambah semarak
Lebaran Betawi. Iini membuktikan
Betawi memiliki kekayaan seni budaya.
Selain musik, tari, juga wayang kulit
khas Betawi. Satu lagi yang tetap eksis
adalah
Lenong Betawi
Menurut Jaya Noin warga Betawi
asli yang sehari-harinya bekerja sebagai
pegawai Suku Dinas Kebudayaan
Jakarta Timur, semua seni Betawi
itu masih bertahan sampai sekarang.
Bahkan di lima wilayah Jakarta
masing-masing seni masih diminati dan
berusaha dilestarikan oleh i generasi
muda.Aliefien
66 Media Jaya • Nomor 02 Tahun 2013 Media Jaya • Nomor 02 Tahun 2013 67