Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
perumahan rakyat<br />
Perumahan<br />
Rusunawa<br />
Marunda<br />
Rusunawa Marunda, siapa yang<br />
tak kenal nama itu. Setahun lalu,<br />
jangankan kenal, mendengar saja<br />
belum pernah. Apalagi mengetahui<br />
lokasi persisnya. Namun kini<br />
Rusunawa seolah menjadi buah bibir.<br />
Semakin banyak yang mendengar<br />
dan membicarakannya. Bahkan<br />
tidak sedikit pula yang rela antre<br />
untuk mendapatkannya, meski harus<br />
menunggu sekian lama.<br />
Ini semua memang tidak bias<br />
lepas dari upaya Gubernur Jokowi yang<br />
setengah memaksa warga untuk pindah<br />
kesana. Khususnya warga yang menjadi<br />
korban banjir di daerah Penjaringan,<br />
Muara Baru maupun yang terkena<br />
revitalisasi Waduk Pluit.<br />
Seperti biasa, saat rencana<br />
itu digulirkan, banyak warga yang<br />
menentang dengan berbagai alasan.<br />
Ada yang beralasan tempatnya terlalu<br />
jauh, tidak ada angkutan umum atau<br />
pun tempatnya tidak layak huni.<br />
Tapi Jokowi tak bergeming,<br />
dengan berbagai cara dilakukan untuk<br />
membujuk warga agar mau pindah.<br />
Pelan namun pasti upaya tersebut<br />
akhirnya mulai membuahkan hasil.<br />
Sedikit demi sedikit warga mulai mau<br />
pindah. Terlebih lagi ketika Jokowi<br />
menyediakan fasilitas transportasi<br />
gratis, baik lewat darat maupun laut.<br />
Termasuk juga peralatan rumah tangga,<br />
seperti kulkas, mesin cuci, kompor,<br />
tempat tidur dan lainnya. Selain itu,<br />
biaya sewa tiap bulannya juga disubsidi<br />
hingga setengahnya.<br />
Makin Diminati dan Dicari<br />
Gebrakan Jokowi memindahkan warga korban banjir<br />
Muara Baru dan Waduk Pluit ke Rusunawa Marunda<br />
menuai hasil. Warga mulai tertarik dan bahkan rela<br />
antre demi mendapatkan satu petak Rusunawa. Padahal<br />
sebelumnya mereka tak peduli.<br />
Entah karena tertarik dengan<br />
fasilitas gratis tersebut atau karena<br />
memang warga mulai sadar, sejak<br />
itu semakin banyak warga berebutan<br />
untuk mendapatkan jatah Rusunawa<br />
Marunda. Masalahnya, ketika<br />
banyak warga yang berminat untuk<br />
menempati, ternyata tidak didukung<br />
dengan ketersediaan unit yang<br />
memadai. Hal ini disebabkan unit<br />
tempat tinggal yang ada belum siap<br />
huni. Untuk bias ditempati mesti harus<br />
diperbaiki dulu.Dan hal itu tentunya<br />
membutuhkan waktu tersendiri untuk<br />
memperbaikinya.<br />
Rusak dan Dicuri<br />
“Sebenarnya masih banyak<br />
tersedia unit tempat tinggal di sini.<br />
Tapi karena kondisinya rusak, maka<br />
tidak bias langsung ditempati dan harus<br />
diperbaiki terlebih dulu,” ujarAzrin,<br />
salah seorang staf di Kantor Pengelola<br />
yang berlokasi di Cluster A Rusunawa<br />
Marunda.<br />
Dikatakan Azrin, saat ini di<br />
Rusunawa Marunda tersedia 3 cluster,<br />
yakni; Cluster A, B dan C. Masingmasing<br />
Cluster terdiri dari 10 hingga<br />
12 blok. Kemudian tiap blok memiliki<br />
6 lantai dengan pembagian 5 lantai<br />
digunakan untuk tempat tinggal,<br />
sedangkan satu lantai (lantai 1)<br />
dipergunakan sebagai ruang terbuka<br />
yang bias dimanfaatkan untuk berbagai<br />
keperluan. Lantai 1 bisa dipakai untuk<br />
ruang usaha, ruang serbaguna, ruang<br />
sekolah, ruang parkir motor, musholla,<br />
dan lainnya.<br />
“Tiap blok rata-rata terdapat 100<br />
hunian atau tempat tinggal.Jadi saat<br />
ini total di RnawaMarunda terdapat<br />
lebihdari2.500 unit tempattinggal,”<br />
ujarnya.<br />
Semua unit yang ada, kata<br />
Azrin, dibangun secara bertahap<br />
menggunakan dana APBN dan APBD<br />
DKI Jakarta. Dari dana APBN yang<br />
dimulai pembangunannya tahun<br />
2004 dan berlanjut hingga 2008 telah<br />
menghasilkan 1.080 unit. Kemudian<br />
melalui dana APBD DKI Jakarta mulai<br />
tahun 2005 hingga 2009 bertambah<br />
lagi 1.500 unit. Total dari tiga Cluster<br />
yang ada terdapat tempat tinggal<br />
sebanyak 2.580 unit.<br />
“Dari jumah tersebut, yang terisi<br />
baru 25 persennya saja. Itu sebelum<br />
kedatangan warga Penjaringan, Muara<br />
Baru maupun warga Waduk Pluit.<br />
Dengan kedatangan mereka tentu<br />
jumlahnya bertambah. Tapi belum tahu<br />
pasti angkanya,” tandasnya.<br />
Lebih lanjut dikatakan Azrin,<br />
selama sekian tahun tak ditempati, bias<br />
dibayangkan seperti apa kondisinya.<br />
Apalagi bila yang tidak ditempati itu<br />
merupakan bangunan tahap pertama.<br />
Tentu sudah lebih dari tujuh hingga<br />
Sembilan tahun usianya. Karena tidak<br />
ditempati tentunya tidak ada perawatan<br />
dan terbengkelai. Sehingga di sanasini<br />
banyak yang rusak, mulai dinding<br />
berlubang, atap bocor, pintu dan<br />
jendela lepas dan lainnya. Kerusakan<br />
terjadi selain karena factor alamiah,<br />
juga adanya tangan jahil yang tidak<br />
bertanggungjawab. Lisjen dalam<br />
maupun wastafel yang terbuat dari<br />
aluminium banyak yang hilang karena<br />
diambil oleh pencuri. Selain itu, kloset,<br />
kabel listrik, dan pipa ledeng juga<br />
banyak yang hilang. Dalam kondisi<br />
seperti ini tentunya tidak mungkin bias<br />
ditempati sebelum diperbaiki terlebih<br />
dulu.<br />
Hampir semua Cluster yang<br />
kosong dan tidak berpenghuni,<br />
kondisinya seperti itu. Cluster A<br />
misalnya, dari 10 blok yang tersedia,<br />
baru 5 blok yang dihuni. Sedangkan<br />
5 blok lainnya kosong dalam kondisi<br />
rusak. Begitu pula dengan Cluster<br />
B yang kondisinya juga tidak jauh<br />
berbeda dengan Cluster A. Hanya<br />
Cluster C yang baru terbangun 5 blok<br />
yang kondisinya agak lumayan baik.<br />
Cluster C hanya mengalami masalah air<br />
dan listrik saja.<br />
“Sebenarnya kalau saat ini<br />
kondisinya bagus semua dan siaphuni,<br />
tentu sudah banyak yang menempati.<br />
Terutama mereka yang berasal dari<br />
Penjaringan dan sekitar Wadukpulit<br />
yang masuk dalam kelompok subsidi,”<br />
ujar Azrin.<br />
Renovasi<br />
Kondisi Rusunawa Marunda<br />
yang rusak dan belum layak huni ini<br />
direspon dengan cepat oleh Gubernur<br />
Jokowi. Melalui anggaran APBD DKI<br />
Jakarta, Jokowi telah menyiapkan<br />
anggaran Rp 15 miliar untuk perbaikan<br />
fasilitas Rusunawa Marunda yang rusak.<br />
Diperkirakan perbaikan akan selesai<br />
tahun ini. Dan secara bertahap warga<br />
akan segera menempatinya. Karena<br />
sudah lama warga memegang kunci<br />
rumah. Namun belum bias segera<br />
menempati karena kondisi yang belum<br />
layak huni.<br />
“Untuk perbaikan, saya siapkan<br />
anggaran Rp 15 miliar. Tingginya<br />
anggaran karena banyak fasilitas<br />
yang rusak,” ujar Jokowi di Balaikota<br />
beberapa waktu lalu.<br />
Menurut gubernur, perbaikan<br />
harus segera diselesaikan karena yang<br />
menunggu cukup banyak. Tidak lagi<br />
ratusan, tapi sudah mencapai ribuan.<br />
Untuk perbaikan fasilitas memang<br />
diprioritaskan Rusunawa Marunda<br />
terlebih dulu. Setelah Rusunawa<br />
Marunda beres dilanjutkan Rusunawa<br />
yang lain. Rusunawa Marunda menjadi<br />
prioritas perbaikan karena sangat<br />
mendesak untuk ditempati warga<br />
korban banjir Penjaringan dan sekitar<br />
Waduk Pluit. Mereka tidak membayar<br />
sewa penuh, melainkan mendapatkan<br />
subsidi.<br />
Besaran subsidi yang diberikan<br />
Pemprov DKI Jakarta mencapai 50<br />
persen. Tarif resmi sewa per bulan (di<br />
luar tagihan listrik dan air bersih),<br />
sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor<br />
3 Tahun 2012 adalah Rp 371.000 tiap<br />
bulan untuk hunian di lantai I, Rp<br />
354.000/bulan untuk hunian lantai II,<br />
Rp 338.000/ bulan untuk hunian lantai<br />
III, Rp 321.000/bulan untuk lantai IV,<br />
dan Rp 304.000/bulan untuk hunian di<br />
lantai V<br />
Karena mereka mendapatkan<br />
subsidi, maka besaran tariff sewa tiap<br />
bulan adalah sebagai berikut; Hunian<br />
lantai satu dikenakan Rp 159.000/<br />
bulan, lantai dua Rp 151.000/<br />
bulan, lantai tigaRp 144.000/bulan,<br />
lantai empat Rp 136.000/bulan dan<br />
lantai lima Rp 128.000/bulan. Tidak<br />
termasuk listrik, air, sampah, keamanan<br />
dan lainnya.NR<br />
36 Media Jaya • Nomor <strong>02</strong> Tahun 2013 Media Jaya • Nomor <strong>02</strong> Tahun 2013 37