Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
NASIONAL<br />
Cuma,<br />
persoalannya,<br />
hanya 1.000 meter<br />
(persegi). Itu belum<br />
cukup, jadi harus<br />
beli tanah lain.<br />
Agun Gunanjar Sudarsa<br />
bekas pembangunan Terminal Karangkobar<br />
yang mangkrak. Tanah terminal itu memang<br />
milik Pemerintah Kabupaten Banjarnegara.<br />
“Cuma, persoalannya, hanya 1.000 meter<br />
(persegi). Itu belum cukup, jadi harus beli tanah<br />
lain,” kata Wakil Bupati Banjarnegara Hadi<br />
Supeno, Kamis pekan lalu.<br />
Relokasi baru dilakukan setelah jatuh korban.<br />
Padahal jatuhnya korban bisa dicegah<br />
seandainya bencana tersebut diantisipasi.<br />
Apalagi, pada awal Desember lalu, Pusat<br />
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi<br />
(PVMBG) melayangkan surat<br />
peringatan mengenai potensi tanah<br />
longsor di kawasan Banjarnegara<br />
kepada Pemerintah Provinsi Jawa<br />
Tengah. Surat itu menyebutkan Karangkobar<br />
termasuk 20 kecamatan<br />
di Banjarnegara yang rawan tanah<br />
longsor dengan tingkat menengah<br />
hingga tinggi.<br />
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan<br />
Gerakan Tanah PVMBG, Gede Suantika, menuturkan<br />
lembaganya hanya memberikan<br />
peringatan mengenai daerah-daerah yang<br />
berpotensi terjadi tanah longsor, dari level rendah,<br />
menengah, hingga tinggi. Namun tindak<br />
lanjutnya menjadi urusan pemerintah daerah.<br />
“Kami memantau sebulan sekali,” ujarnya saat<br />
dihubungi secara terpisah.<br />
Tapi Gede tak ingin menyalahkan siapa pun.<br />
Ia juga membantah tidak adanya respons yang<br />
baik dari pemerintah menanggapi peringatan<br />
potensi tanah longsor tersebut. “Respons mereka<br />
selalu bagus,” tuturnya.<br />
Kendati begitu, Gede berharap peringatan<br />
itu disosialisasi kepada warga di setiap kecamatan<br />
yang berpotensi terjadi bencana. Warga<br />
perlu dibekali pengetahuan soal karakteristik<br />
tanah longsor dan dilibatkan dalam memantau<br />
pergerakan tanah di kawasan tempat tinggal<br />
mereka.<br />
Pendapat senada dikatakan Edi Prasetyo<br />
Utomo, 58 tahun, peneliti tanah longsor senior<br />
pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.<br />
Peneliti geologi lingkungan yang selama 33<br />
tahun ini berfokus mengamati pergerakan tanah<br />
tersebut juga meminta pemerintah daerah<br />
MAJALAH DETIK 22 - 28 DESEMBER 2014