23.12.2014 Views

20141222_MajalahDetik_160

20141222_MajalahDetik_160

20141222_MajalahDetik_160

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

NASIONAL<br />

Cuma,<br />

persoalannya,<br />

hanya 1.000 meter<br />

(persegi). Itu belum<br />

cukup, jadi harus<br />

beli tanah lain.<br />

Agun Gunanjar Sudarsa<br />

bekas pembangunan Terminal Karangkobar<br />

yang mangkrak. Tanah terminal itu memang<br />

milik Pemerintah Kabupaten Banjarnegara.<br />

“Cuma, persoalannya, hanya 1.000 meter<br />

(persegi). Itu belum cukup, jadi harus beli tanah<br />

lain,” kata Wakil Bupati Banjarnegara Hadi<br />

Supeno, Kamis pekan lalu.<br />

Relokasi baru dilakukan setelah jatuh korban.<br />

Padahal jatuhnya korban bisa dicegah<br />

seandainya bencana tersebut diantisipasi.<br />

Apalagi, pada awal Desember lalu, Pusat<br />

Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi<br />

(PVMBG) melayangkan surat<br />

peringatan mengenai potensi tanah<br />

longsor di kawasan Banjarnegara<br />

kepada Pemerintah Provinsi Jawa<br />

Tengah. Surat itu menyebutkan Karangkobar<br />

termasuk 20 kecamatan<br />

di Banjarnegara yang rawan tanah<br />

longsor dengan tingkat menengah<br />

hingga tinggi.<br />

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan<br />

Gerakan Tanah PVMBG, Gede Suantika, menuturkan<br />

lembaganya hanya memberikan<br />

peringatan mengenai daerah-daerah yang<br />

berpotensi terjadi tanah longsor, dari level rendah,<br />

menengah, hingga tinggi. Namun tindak<br />

lanjutnya menjadi urusan pemerintah daerah.<br />

“Kami memantau sebulan sekali,” ujarnya saat<br />

dihubungi secara terpisah.<br />

Tapi Gede tak ingin menyalahkan siapa pun.<br />

Ia juga membantah tidak adanya respons yang<br />

baik dari pemerintah menanggapi peringatan<br />

potensi tanah longsor tersebut. “Respons mereka<br />

selalu bagus,” tuturnya.<br />

Kendati begitu, Gede berharap peringatan<br />

itu disosialisasi kepada warga di setiap kecamatan<br />

yang berpotensi terjadi bencana. Warga<br />

perlu dibekali pengetahuan soal karakteristik<br />

tanah longsor dan dilibatkan dalam memantau<br />

pergerakan tanah di kawasan tempat tinggal<br />

mereka.<br />

Pendapat senada dikatakan Edi Prasetyo<br />

Utomo, 58 tahun, peneliti tanah longsor senior<br />

pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.<br />

Peneliti geologi lingkungan yang selama 33<br />

tahun ini berfokus mengamati pergerakan tanah<br />

tersebut juga meminta pemerintah daerah<br />

MAJALAH DETIK 22 - 28 DESEMBER 2014

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!