You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
SENI HIBURAN<br />
OPERA<br />
Setangkup darah disisakan Bima untuk diserahkan<br />
kepada Drupadi, yang bersumpah tak<br />
akan menyanggul rambutnya sebelum dicuci<br />
dengan darah Dursasana, yang dulu pernah<br />
mempermalukannya di atas meja judi. Harus<br />
berapa kali lagi Gandari, ibu 100 anak, mendapat<br />
berita kematian anaknya<br />
Sebelumnya, dia demikian terpukul ketika<br />
seorang utusan membawa kabar Bhisma gugur<br />
di medan Perang Kurushetra dengan 100 liang<br />
luka di tubuhnya. Seratus anak panah Srikandi<br />
dibantu Arjuna membuat guru yang sangat<br />
dihormati keluarga Kurawa dan Pandawa itu<br />
roboh. Seketika perang berhenti sebentar dan<br />
senjata-senjata diletakkan untuk memberi hormat.<br />
Ingin rasanya Gandari berucap kepada sang<br />
utusan, “Apa yang paling menyakitkan dari<br />
perang Kekalahan Atau kebencian” Tapi kalimat<br />
itu kembali ditelannya ketika baru sampai<br />
ujung lidah.<br />
Melalui medium opera-tari, perseteruan dua<br />
keluarga, Pandu dan Kuru, diceritakan dari<br />
sudut yang tak biasa, yakni dari sisi ibu para karakter<br />
antagonis. Jika menggunakan sudut pandang<br />
”konvensional”, yakni sebagai pendukung<br />
Pandawa, kekalahan satu demi satu keluarga<br />
Kurawa adalah momen perayaan, ketika yang<br />
diyakini kebenaran mengalahkan kesalahan.<br />
Namun tidak demikian dalam Opera Tari<br />
Gandari garapan Tony Prabowo yang dipentaskan<br />
di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, 12-<br />
13 Desember 2014. Selain menyorot kesetiaan<br />
dan pengabdian seorang perempuan, opera<br />
tari ini menunjukkan bagaimana perempuan<br />
mengambil sikap setelah setiap hari mendengar<br />
anak-anaknya mati dalam peperangan<br />
MAJALAH DETIK 22 - 28 DESEMBER 2014