23.12.2014 Views

20141222_MajalahDetik_160

20141222_MajalahDetik_160

20141222_MajalahDetik_160

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Adegan utama<br />

pertempuran demikian<br />

mengesankan hingga<br />

film ini “naik”<br />

ke zenitnya yang<br />

dipuncaki fantasi.<br />

lebih dahulu diketahui.<br />

Martin Freeman kembali sebagai Bilbo Baggins,<br />

jantung dan pusat moral cerita.<br />

Sejak awal, aktor ini membentuk<br />

karakter Bilbo yang menggemaskan,<br />

konyol, dan punya percaya<br />

diri tinggi dengan petualangan tak<br />

terduga.<br />

The Battle of the Five Armies<br />

bisa dibilang akbar dalam skala<br />

dan ambisi. Adegan utama pertempuran<br />

demikian mengesankan<br />

hingga film ini “naik” ke zenitnya<br />

yang dipuncaki fantasi. Actionnya<br />

nonstop dan menegangkan,<br />

misal ketika Orc mengayunkan<br />

batu berantai di atas air beku saat<br />

bertarung dengan Thorin, dan ketika makhluk<br />

ini ternyata membuka mata padahal sudah<br />

tenggelam di bawah lapisan es.<br />

Tampilan visualnya yang menakjubkan<br />

disajikan secara maksimal, gabungan dari<br />

sinematografi, efek visual, efek khusus (special<br />

effects), make-up dan prostetik, serta<br />

musik dan editing. Kostum yang detail, desain<br />

produksi yang menakjubkan, dan keindahan<br />

Selandia Baru sebagai setting menciptakan<br />

realitas fantasi yang luar biasa, gabungan<br />

yang pas sebagai penutup trilogi The Hobbit<br />

dan keseluruhan saga Middle Earth.<br />

Namun banyak karakter jadi sekadar singgah<br />

untuk memenuhi panggilan terakhir mereka,<br />

yang membuat plotting-nya berat dan<br />

tak fokus, hal yang jarang ditemui di karya<br />

tertulis Tolkien. Sepertinya penulis skenario<br />

Fran Walsh, Philippa Boyens, Jackson, dan<br />

Guillermo del Toro kesulitan mengakali masalah<br />

ini.<br />

The Lord of the Rings dengan tiga subjudulnya,<br />

yakni The Fellowship of the Ring (2001),<br />

The Two Towers (2002), dan The Return of<br />

the King (2003), menyimpan seri terbaiknya<br />

sebagai penutup. Alhasil, The Return of the<br />

King diganjar 11 Oscar, antara lain untuk Film<br />

MAJALAH DETIK 22 - 28 DESEMBER 2014

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!