23.12.2014 Views

20141222_MajalahDetik_160

20141222_MajalahDetik_160

20141222_MajalahDetik_160

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

HUKUM<br />

Warga berorasi di depan<br />

kantor Pengadilan Negeri<br />

Pandeglang menuntut<br />

pembebasan tiga nelayan.<br />

DOK. LBH<br />

“Jadi, mana yang dilarang itu tafsir mereka<br />

sendiri secara sepihak. Ketika warga masuk<br />

wilayah zona yang tidak mereka ketahui dan<br />

melakukan kegiatan di sana, mereka akhirnya<br />

dikriminalisasi,” tuturnya.<br />

Namun Kepala Seksi Tindak Pidana Umum<br />

Kejaksaan Negeri Pandeglang Adhy Kusumo<br />

Wibowo menampik jika terdakwa disebut tak<br />

mengetahui batas wilayah taman nasional.<br />

Sebab, satu terdakwa, berdasarkan informasi<br />

yang ia terima, pernah menjadi tenaga honorer<br />

polisi hutan TNUK. “Yang namanya Misdan<br />

kalau enggak salah,” ucapnya saat ditemui<br />

terpisah.<br />

Majelis hakim yang diketuai Yunto Safarillo<br />

Hamonangan Tampubolon pada sidang Selasa<br />

pekan lalu itu akhirnya menolak eksepsi<br />

yang diajukan kuasa hukum ketiga terdakwa.<br />

Menanggapi hal itu, warga Desa Ujungjaya,<br />

Pandeglang, Dedy Supriyadi, mengatakan dia<br />

dan warga lain akan tetap menggelar aksi menuntut<br />

tiga nelayan tersebut dibebaskan.<br />

Mereka juga mendesak agar tapal batas<br />

kawasan taman nasional diperbaiki. Sebab,<br />

yang menjadi pangkal masalah adalah konflik<br />

agraria antara TNUK dan warga sekitar taman<br />

nasional. “Stop kriminalisasi nelayan dan petani<br />

di wilayah strategis Ujung Kulon!” kata guru<br />

sekolah dasar ini. ■<br />

ADITYA MARDIASTUTI | DEDEN G.<br />

MAJALAH DETIK 22 - 28 DESEMBER 2014

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!