BAB IIIPelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank IndonesiaIndonesia tahun <strong>2014</strong> mengusung konsep trilogi program yaitu terfokus, berkelanjutan,dan koordinatif. Aktivitas program difokuskan pada peningkatan jumlah wirausaha disektor agribisnis dan berorientasi ekspor dalam rangka mendukung ketahanan pangandan perbaikan struktur neraca perdagangan. Pada triwulan I-<strong>2014</strong>, Bank Indonesia telahmelakukan identifikasi, profiling dan penjajakan lembaga pendamping program. Selainitu, telah pula dilakukan sosialisasi dan publikasi program, serta seleksi wirausahawanpotensial.Upaya yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam memberdayakan UMKM mendapatkanapresiasi yang positif dari pemangku kepentingan. Pada triwulan I-<strong>2014</strong>, indeks kepuasanpemangku kepentingan terhadap peran Bank Indonesia dalam program pengembanganUMKM rata-rata mencapai 5,42 (skala 6). Indeks kepuasan tersebut meningkat dibandingpencapaian di triwulan IV-2013 yang mencapai 5,16.Dalam rangka penguatan sektor riil dan pengembangan UMKM, Bank Indonesia jugaterus melakukan kegiatan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait diantaranyaKementerian Pertanian, Kemenko Bidang Perekonomian, Kementerian Koperasi dan UKM,Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Pertanahan Nasional, serta kerjasama denganPemprov Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Bank Indonesia juga melakukan koordinasi dankerjasama dengan Pemda dan Dinas setempat untuk pengembangan UMKM di daerah.Gunamendukunginfrastruktursistemkeuangan,Bank IndonesiamengelolaSistemInformasiDebitur (SID)agar prosespemberiankredit dapatdilakukanberdasarkanprinsip kehatihatian.3.2.5. Pengelolaan Informasi Perkreditan(Dalam Juta)180161,5160146,2151,5 154,6139,9140128,9 132123,45112,91201008059,7 62,6 64,7 65,969,3 71,7 73,6 75 77,86040200Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I2012 2013 <strong>2014</strong>Jumlah DebiturJumlah FasilitasGrafik 3.4Perkembangan Jumlah Debitur dan Fasilitas SIDGuna mendukung infrastruktur sistemkeuangan, Bank Indonesia mengelola SistemInformasi Debitur (SID). Melalui SID, lembagakeuangan dapat melakukan pengecekan datadebitur sehingga proses pemberian kreditdapat dilakukan berdasarkan prinsip kehatihatiandan tercapai efisiensi penyediaandana di industri perbankan.Pemanfaatan SID oleh lembaga keuangansemakin meningkat, baik dari sisi jumlahlembaga keuangan yang menjadi pelaporSID dan data debitur serta fasilitas yangdilaporkan (Grafik 3.4). Pada triwulanI-<strong>2014</strong>, data debitur SID tumbuh 12,26%(yoy), sementara jumlah data fasilitas yangdilaporkan tumbuh 15,44% (yoy). Untukmemberikan basis data yang komprehensif,Bank Indonesia terus meningkatkan cakupan pelapor dan data dalam SID.Peningkatan debitur dan fasilitas yang dilaporkan dalam SID berbanding lurus denganpermintaan Informasi Debitur Individual (IDI) oleh lembaga keuangan. Permintaan IDIselama triwulan I-<strong>2014</strong> tercatat sebanyak 9.2 juta permintaan, meningkat 5% (yoy) daritahun lalu. Perkembangan tersebut menunjukkan semakin meningkatnya kesadaranlembaga keuangan untuk memanfaatkan data perkreditan guna menunjang aktivitasbisnisnya.48Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I <strong>2014</strong>
BAB IIIPelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank IndonesiaMenyadari pentingnya informasi perkreditan baik bagi lembaga keuangan maupun lembagapublik, Bank Indonesia telah menyusun rencana pengembangan informasi perkreditandalam kerangka blueprint pengembangan Sistem Informasi Perkreditan Nasional (SIPNAS).Di 2013, telah dicapai beberapa target yang ditentukan dalam blueprint pengembanganSIPNAS, antara lain penerbitan aturan mengenai Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan(LPIP) serta petunjuk pelaksanaannya. Sebagai tindak lanjut penerbitan ketentuan tersebut,pada triwulan I-<strong>2014</strong> telah dilakukan koordinasi dan sosialisasi ketentuan dengan lembagakeuangan dan masyarakat umum. Melalui peraturan dimaksud, Bank Indonesia membukakesempatan bagi pihak swasta untuk turut mengelola dan menghasilkan informasiperkreditan yang komprehensif dan bernilai tambah.Guna meningkatan efektivitas pelaksanaan ketentuan tentang LPIP, telah pula dibentuktask force antara Bank Indonesia dan OJK. Selain itu, Bank Indonesia juga tengah menjajakikerjasama dengan instansi terkait, seperti Kementerian Dalam Negeri dan DirektoratJenderal Pajak untuk memperkaya data perkreditan yang dikelola dalam SID.Tabel 3.3Perkembangan Peringkat Indikator Getting Credit Negara-Negara di Kawasan ASEANNo Negara 2011 2012 2013 <strong>2014</strong>1 Malaysia 1 1 1 12 Singapore 6 8 12 33 Vietnam 15 24 40 424 Cambodia 89 98 53 425 Brunei 116 126 129 556 Thailand 72 67 70 737 Indonesia 116 126 129 868 Philippines 128 126 129 869 Laos 152 166 167 15910 Myanmar - - 170Sumber: IFC, World Bank, <strong>2014</strong>Ketersediaan informasi perkreditan yang lebih komprehensif menjadi nilai tambahterhadap penilaian kemudahan berusaha (Ease of Doing Business) oleh World Bank. Terkaitindikator kemudahan mendapatkan kredit, terdapat peningkatan yang signifikan dalampemeringkatan Indonesia di <strong>2014</strong> (Tabel 3.3).3.2.6. Koordinasi dan Kerjasama dalam Rangka Pelaksanaan Tugas Bank Indonesia-OJK Paska-Pengalihan Fungsi Pengawasan Bank Ke OJKEratnya keterkaitan tugas makroprudensial yang dilaksanakan oleh Bank Indonesiadengan tugas mikroprudensial yang menjadi kewenangan OJK, membutuhkan koordinasidan kerjasama diantara kedua instansi. Untuk mewujudkan hal tersebut, Bank Indonesiadan OJK telah menandatangani Naskah Keputusan Bersama pada tanggal 18 Oktober 2013yang mengatur mengenai:a. Kerjasama dan koordinasi dalam pelaksanaan tugas sesuai kewenangan masingmasing;b. Pertukaran informasi Lembaga Jasa Keuangan serta pengelolaan sistem pelaporanbank dan perusahaan pembiayaan oleh Bank Indonesia dan OJK;Bank Indonesiamemastikanterlaksananyakoordinasidengan OJKbaik di levelteknis maupundi levelstrategis.Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I <strong>2014</strong>49