di hutan tanaman, sebagaimana yangtelah terjadi di hutan tanaman Jati diJawa. Oleh karena itu, sektor kehutananjuga dituntut untuk ikut menciptakanlapangan kerja bagi <strong>masyarakat</strong> di sekitarhutan.Wujud tanggung jawab <strong>sosial</strong> olehperusahaan kehutanan dapat dilakukanmelalui program pemberdayaan<strong>masyarakat</strong> yang perlu diarahkan untukkemandirian <strong>masyarakat</strong> dalamper<strong>ekonomi</strong>an. Selain itu, pemberdayaan<strong>masyarakat</strong> juga dapat dilakukan melaluipengaturan pemanfaatan hasil hutansehingga mampu mengakomodasikankepentingan <strong>masyarakat</strong> lokal yangselama ini memiliki ketergantungan padahutan.Selama ini, dana yang dikeluarkanperusahaan untuk <strong>masyarakat</strong> cukupbesar namun hanya bersifat belas kasihatau derma ( charity) untuk meredamkonflik <strong>sosial</strong>, misalnya denganmembangunkan kantor desa, tempatibadah, jembatan, dan jalan desa. Upayaini belum dapat menjawab akarpermasalahan yang ada, sehingga<strong>masyarakat</strong> sekitar hutan tetap dalamkemiskinan dan konflik dengan pengelolahutan juga tetap laten yang terkadangbergejolak.Penelitian ini bertujuan untukmengetahui permasalahan <strong>sosial</strong> <strong>ekonomi</strong>desa di sekitar Hutan Tanaman Industridi Riau. Penelitian ini bermanfaat untukmenyusun program pemberdayaan<strong>masyarakat</strong> sekitar hutan.Bahan dan MetodePenelitian dilakukan di Desa TelukMeranti dan Pulau Muda, KecamatanTeluk Meranti, Kabupaten Pelalawan,Provinsi Riau. Kedua desa ini berada disekitar dua perusahaaan HTI, yaitu PT.Satria Perkasa Agung di sebelah selatanS. Kampar, dan PT. RAPP di sebelahutara S. Kampar.Penelitian dilaksanakan pada Juli2007. Pengumpulan data primerdilakukan dengan cara survei rumahtangga dan wawancara mendalamdengan <strong>masyarakat</strong>. Kuisioner yangdigunakan diadaptasikan dari Anonim(2000) sebagai Pedoman Survey SosialEkonomi Kehutanan Indonesia.Parameter <strong>sosial</strong> dan <strong>ekonomi</strong> yangdiamati adalah demografi, matapencaharian, pendapatan rumah tangga,kepemilikan lahan, interaksi <strong>masyarakat</strong>dengan hutan, dan permasalahan <strong>sosial</strong><strong>ekonomi</strong> lainnya.Hasil dan PembahasanA. Bentuk penggunaan lahanMeskipun relatif jauh dari pantaitimur Sumatera, Kelurahan TelukMeranti dan Desa Pulau Muda masihterpengaruh oleh pasang surut air laut.Salah satu fenomena alam yang terkenaldari daerah ini adalah “bono”, yaituombak besar yang datang dari arah PulauMuda menuju Teluk Meranti yang terjadikarena pertemuan air laut dengan airsungai, khususnya pada saat bulanpurnama.Gambut merupakan jenis tanahdominan di kedua desa ini, kecuali dipinggir S. Kampar yang merupakantanggul alam. Bagian yang bertanahmineral ini dimanfaatkan <strong>masyarakat</strong>untuk permukiman, persawahan,perladangan, dan kebun karet.Permukiman penduduk Teluk Merantimaupun Pulau Muda semuanya beradadi sebelah selatan S. Kampar. Hal initerkait dengan tingginya resiko terkenaombak besar (“bono”) di sisi sebelahutara sungai.1764Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XII Nomor 22/Agustus 2008
Berdasarkan monografi kedua desatersebut, luas Kelurahan Teluk Merantimencapai 179.800 ha, sementara luasDesa Pulau Muda mencapai 59.800 ha.Luas ini termasuk kawasan hutan yangdikelola oleh perusahaan HTI dan hutanalam yang masih tersisa. Menurutpengakuan <strong>masyarakat</strong>, lahan di kanandan kiri S. Kampar dengan jarak 3 kmdari pinggir sungai merupakan wilayahkelola <strong>masyarakat</strong>. Pemahaman ini seringmemicu munculnya konflik lahan antara<strong>masyarakat</strong> dengan perusahaan HTI.Berdasarkan hasil survei, rata-ratakepemilikan tanah per rumah tangga diKelurahan Teluk Meranti sebesar 1,89hektar, sementara di Pulau Muda lebihbesar yakni 3,13 hektar. Bentuk-bentukpenggunaan tanah di Teluk Meranti terdiridari 0,11 ha pekarangan, 0,81 kebunsawit, 0,61 karet, 0,25 ladang, 0,06 sawah,dan 0,06 semak belukar. Data inimenunjukkan bahwa kebun kelapa sawitmerupakan bentuk penggunaan yanglebih dominan dibandingkan denganbentuk lainnya. Namun, kebun ini masihbanyak dimiliki oleh tuan tanah karenajumlah rumah tangga petani kelapa sawitdi kelurahan ini relatif sedikit. Sementaraitu, bentuk-bentuk penggunaan tanah diPulau Muda adalah 0,39 ha pekarangan,0,26 kebun kelapa sawit, 1,05 karet, 1,0ladang, 0,26 sawah, dan 0,16 semakbelukar. Di sini kebun karet merupakanbentuk penggunaan yang lebih dominandibandingkan dengan bentuk lainnya,dikuti ladang.Pada dekade 1990-an, kedua desaini merupakan lumbung padi Riau yangpotensial, namun saat ini kondisinyasebagian besar terlantar dan jaringanirigasi yang ada tidak terawat karenabeberapa tahun lalu sebagian besartenaga <strong>masyarakat</strong> tercurah dalampenebangan hutan. Lahan persawahandi Pulau Muda berada di pulau di tengahS. Kampar luasnya mencapai ±3.676 ha(Tabel 1) , sementara di seberangpermukiman Teluk Meranti mencapai550 ha. Saat ini <strong>masyarakat</strong> danpemerintah daerah kembali menggalakkanpenanaman padi setelahkegiatan penebangan hutan secara liar(illegal logging) dilarang keras olehpemerintah. Selain itu, di lokasiperladangan yang berada di sekitarpermukiman saat ini juga banyakditanami jagung sehingga produksi jagungdari kedua daerah ini cukup tinggi yangdipasarkan ke Kuala Kampar dan SelatPanjang.Perkebunan kelapa sawit diKelurahan Teluk Meranti cukupberkembang dibandingkan dengan diPulau Muda hingga diperkirakan telahmerambah kawasan SM. Kerumutan, dimana masing-masing seluas ±2.250 haberbanding 50 ha. Perkembangan kebunkelapa sawit rakyat di Teluk Merantididorong oleh keberadaan pendudukpendatang yang sebagian besar berasaldari Jawa Barat yang masuk pada akhirdekade 1990-an. Mereka berperandalam pemeliharaan kebun denganimbalan berupa pembagian lahan kebundengan luas dan umur yang disepakatisebelumnya dan Sembako untukkebutuhan makan sehari-hari selama dikebun. Selain kebun kelapa sawit, kebunkaret juga dominan di Teluk Meranti yangluasnya mencapai 3.500 ha, sementaradi Pulau Muda relatif kecil luasnya, hanya±20 ha.Sebagai daerah yang berdekatandengan pesisir pantai timur Sumatera,tanaman kelapa dapat dilihat disetiapsudut pekarangan dan kebun dikeduadesa ini. Luas kebun kelapa di Pulau1765Jurnal Industri dan Perkotaan Volume XII Nomor 22/Agustus 2008
- Page 1 and 2: DAMPAK INDUSTRIALISASI TERHADAP ASP
- Page 3 and 4: sebab mereka yang merupakanpendatan
- Page 5 and 6: seseorang pemimpin yang berkemauank
- Page 7 and 8: sewaan yang tidak tertata dengan ba
- Page 9 and 10: pada sektor informal. Mellor sama s
- Page 11 and 12: Daftar KepustakaanBryant, Coralie,
- Page 13 and 14: Penataan ruang sebagai pendekatanda
- Page 16 and 17: alam, lingkungan buatan, danlingkun
- Page 18 and 19: 1) rencana penyediaan ruangterbuka
- Page 20 and 21: ketentuan UUPR yang baru. Untukmeng
- Page 24 and 25: Muda tercatat ±1.226 ha, sementara
- Page 26 and 27: dari Rp. 0,5 juta per bulan. Sumber
- Page 28 and 29: MENCERMATI GEJOLAK MAKRO GLOBALDeli
- Page 30 and 31: didorong teknologi. Bahkan karena l
- Page 32 and 33: Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I
- Page 34 and 35: maraknya spekulasi. Tingginya speku
- Page 36 and 37: digambarkan sebagai solusi alternat
- Page 38 and 39: Maret 1985 dengan pemberlakuanpenye
- Page 40 and 41: tersebut dilaporkan pada Tabel 3.Ta
- Page 42 and 43: KesimpulanDengan struktur sektor ma
- Page 44 and 45: PERILAKU KONSUMEN SAYURAN ORGANIKDI
- Page 46 and 47: konsumen dalam menentukan perilakuk
- Page 48 and 49: Sebagai tambahan, hubungan yangdias
- Page 50 and 51: ahwa manfaat sayuran organik bagike
- Page 52 and 53: Hal ini dikarenakan konsumenmempuny
- Page 54 and 55: Daftar KepustakaanBahar, Yul Harry.
- Page 56 and 57: PENDAHULUANIndonesia sebagai salah
- Page 58 and 59: sehari-hari.A. Prosedur Pengumpulan
- Page 60 and 61: Salah seorang anggota Kelompok KBme
- Page 62 and 63: ersaudara, maka kita harus melindun
- Page 64 and 65: m e n y e n a n g k a n , a p a k a
- Page 66 and 67: Melayu, suku Minang dan suku Batak.
- Page 68 and 69: ANALISIS TENTANG SUBKULTUR GANG DAN
- Page 70 and 71: esar, maka pola tersebut akan dikut
- Page 72 and 73:
pertarungan dengan anggota kelompok
- Page 74 and 75:
ia inginkan. Adaptasi anggota gangd
- Page 76 and 77:
agaimana seorang anak atau remajame
- Page 78 and 79:
mencontoh anggota gang yang lebih t
- Page 80 and 81:
mengembangkan cara lama menjadi car
- Page 82 and 83:
truk ke toko dan sebaliknya, masiht
- Page 84 and 85:
Freeh, Louis J., 1994, Responding T
- Page 86 and 87:
cetakan ketigapuluh delapan.Jakarta
- Page 88 and 89:
negara dengan fundamentalperekonomi
- Page 90 and 91:
Pada Tabel 2 di atas dapat diketahu
- Page 92 and 93:
mengakomodir segala kebutuhanwisata
- Page 94 and 95:
utama yang bermuara ke Danau Buatan
- Page 96 and 97:
dan minuman yang memenuhi kriterias
- Page 98 and 99:
oleh sampah-sampah dedaunan daripep
- Page 100 and 101:
UtilitasUtilitas merupakan pelengka
- Page 102 and 103:
Jarak TempuhJarak tempuh dari pusat
- Page 104 and 105:
keamanan serta kepuasan pengunjungd
- Page 106 and 107:
Pengoptimalisasian Unsur-unsur Kegi
- Page 108 and 109:
Kondisi Aktual2. Fasilitas Pendukun
- Page 110 and 111:
Kondisi Aktualh. Pusat informasiTid
- Page 112 and 113:
Kondisi Aktual4. KomunikasiJaringan
- Page 114 and 115:
Bila ditinjau secara psikologispemb
- Page 116 and 117:
KontrolKondisi Aktual1.PengawasanPe
- Page 118 and 119:
1860Jurnal Industri dan Perkotaan V
- Page 120 and 121:
1862Jurnal Industri dan Perkotaan V
- Page 122 and 123:
1864Jurnal Industri dan Perkotaan V
- Page 124 and 125:
1866Jurnal Industri dan Perkotaan V
- Page 126 and 127:
1868Jurnal Industri dan Perkotaan V
- Page 128 and 129:
1870Jurnal Industri dan Perkotaan V
- Page 130:
1872Jurnal Industri dan Perkotaan V