TEMPO EDISI KHUSUS SOEHARTO
Tempo Edisi Khusus Soeharto - Biar sejarah yang bicara
Tempo Edisi Khusus Soeharto - Biar sejarah yang bicara
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Tempo Edisi Khusus Soeharto<br />
97<br />
Tapi ada sedikit yang mengganggu. Korupsi mulai muncul, meski saat itu masih kecilkecilan.<br />
Korupsi yang saat itu mulai merebak adalah Pertamina. Sementara itu, para wakil<br />
mahasiswa yang menjadi anggota parlemen mulai ikut-ikutan membeli mobil Holden<br />
fasilitas pemerintah dengan harga murah. Ini dianggap korupsi karena pada waktu rakyat<br />
masih miskin, para tokoh mahasiswa ini sudah mau memasuki hidup yang mewah. Para<br />
asisten pribadi Presiden juga mulai terlibat bisnis, dan Ibu Tien Soeharto menggusur tanah<br />
rakyat untuk mendirikan Taman Miniatur Indonesia Indah atau TMII.<br />
Kaum cendekiawan dan para mahasiswa, yang merupakan corong bagi masyarakat<br />
madani, mulai bereaksi terhadap gejala ini. Protes oleh para cendekiawan dan demonstrasi<br />
oleh para mahasiswa mulai bermunculan. Tahun 1970 sampai 1972 merupakan tahun-tahun<br />
yang marak dengan protes dan demonstrasi. Tapi protes-protes ini pada umumnya berkisar<br />
pada masalah korupsi, bukan masalah demokrasi. Protes dan demonstrasi terhadap<br />
larangan dihidupkannya kembali Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia, serta larangan para<br />
pemimpin kedua partai itu untuk aktif dalam partai-partai yang ada, relatif sangat sedikit.<br />
Korupsi tampaknya masih dianggap sebagai masalah yang lebih serius pada waktu itu.<br />
Kepercayaan bahwa Soeharto masih punya komitmen terhadap demokrasi masih besar.<br />
Karena itulah, dari empat demonstrasi besar yang terjadi pada waktu itu, tiga<br />
mempersoalkan korupsi, dan hanya satu yang mempersoalkan demokrasi.<br />
Demonstrasi Mahasiswa Menggugat (1970), Komite Anti-Korupsi (1970), dan<br />
gerakan anti-TMII adalah gerakan anti-korupsi. Hanya demonstrasi Golongan Putih (1971),<br />
yang menentang UU Pemilu yang baru, yang berkaitan dengan kehidupan demokrasi.<br />
Pada mulanya Soeharto melayani protes-protes ini dengan baik. Demonstrasi<br />
Mahasiswa Menggugat ditanggapi dengan memerintahkan para menteri kabinet untuk<br />
menerima para mahasiswa dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya.<br />
Sedangkan demonstrasi Komite Anti-Korupsi dilayani langsung oleh dirinya, dengan<br />
menerima sendiri empat wakil mahasiswa untuk berdialog di rumahnya di Jalan Cendana.<br />
Memang demonstrasi Golongan Putih dihadapi dengan penangkapan mahasiswa untuk<br />
diinterogasi, tapi hanya untuk beberapa jam. Tidak ada penahanan. Ini memperkuat<br />
anggapan bahwa Soeharto tidak melihat mereka sebagai lawan politiknya. Saat itu,<br />
masyarakat menganggap komitmen Soeharto terhadap demokrasi masih ada.<br />
Kemudian, dalam demonstrasi TMII, Soeharto bertindak lebih keras. Dia<br />
memerintahkan penahanan terhadap empat orang pimpinan demonstrasi dan menahannya<br />
sampai sekitar satu bulan. Tapi hal ini masih dimaklumi, karena demonstrasi tersebut<br />
menyinggung pribadi Ibu Tien, dan ini membuat Soeharto marah. Soeharto memang dikenal<br />
sensitif bila keluarganya diusik.<br />
Tapi, memang benar juga, para cendekiawan/mahasiswa mulai merasa bimbang.<br />
Kalaupun Soeharto masih memiliki komitmen terhadap demokrasi, dia tampaknya lemah<br />
http://Semaraks.blogspot.com