26.09.2015 Views

TEMPO EDISI KHUSUS SOEHARTO

Tempo Edisi Khusus Soeharto - Biar sejarah yang bicara

Tempo Edisi Khusus Soeharto - Biar sejarah yang bicara

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Tempo Edisi Khusus Soeharto<br />

79<br />

Subuh Berdarah di Talangsari<br />

GERIMIS merinjis Talangsari, pagi 19 tahun silam itu. Harinya Senin, 7 Februari 1989.<br />

Umat Islam baru saja membenahi salat subuh. Tiba-tiba terdengar tembakan,<br />

gencar menyiram bangsal pengikut Warsidi di dukuh yang masuk bilangan Way<br />

Jepara, Lampung Tengah itu. Pekik tangis pecah ke angkasa, bersama desing peluru.<br />

Empat peleton pasukan Brigade Mobil dari Komando Resor Militer Garuda Hitam,<br />

Lampung Tengah, mara bagai dirasuk dendam. Mereka dipimpin Kolonel A.M.<br />

Hendropriyono. Sehari-hari, jamaah Warsidi dikenal sebagai kelompok pengajian. Tapi<br />

militer menuduh mereka mempersiapkan negara Islam.<br />

Sebelumnya, beberapa kali polisi berselisih dengan anggota kelompok ini. Komandan<br />

Rayon Militer (Danramil) Way Jepara, Kapten Soetiman, pernah memanggil Anwar, tokoh<br />

kelompok itu. Anwar menolak, malah meminta Soetiman datang ke rumahnya. Camat Way<br />

Jepara, Zulkifli, kemudian mengirim surat panggilan. Anwar tetap menolak.<br />

Ditemani sejumlah serdadu, Soetiman dan Zulkifli kemudian meluncur ke rumah<br />

Anwar. Menurut versi tentara, rombongan ini dihujani anak panah dan batu katapel.<br />

Soetiman tewas. Menyusullah kemudian subuh bersimbah darah itu.<br />

Jumlah korban simpang-siur. Menurut versi tentara, korban tewas 27 orang. Tapi<br />

sejumlah lembaga swadaya masyarakat menghitung 246 korban tewas. Pemerintah<br />

memburu jaringan kelompok ini ke Jakarta dan Jawa Tengah. Beberapa pengikut tertangkap,<br />

dijebloskan ke bui.<br />

Seperti tragedi kemanusiaan lainnya, suara korban Talangsari baru didengar setelah<br />

Soeharto jatuh, 21 Mei 1998. Korban dan aktivis kemanusiaan menuntut pemerintah segera<br />

mengadili pelaku penembakan.<br />

Pada Juni 2001, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) membentuk tim<br />

ad hoc untuk menyelidiki kasus ini. Hasilnya tak jelas. Belakangan, Komnas membentuk tim<br />

penyelidikan. Tim ini terjun ke lapangan mewawancarai korban, keluarga korban, dan<br />

sejumlah pelaku. Penyelidikan itu selesai pada pertengahan Mei 2006.<br />

Penyelesaian kasus ini berkelok. Hasil kerja tim masih harus memasuki tahap analisis<br />

hukum. Pada tahap ini akan ditilik apakah tragedi Talangsari masuk kategori pelanggaran<br />

berat atau ringan. Hasil analisis itu pun harus dirapatkan lagi di pleno Komnas HAM.<br />

Jika pleno menilai tidak terdapat pelanggaran berat hak asasi manusia, kasus ini<br />

cukup diselesaikan lewat peradilan umum. Tapi, jika terdapat pelanggaran berat hak asasi,<br />

penyelesaiannya bisa lewat dua pintu: Undang-Undang No. 26/2000 tentang Peradilan Hak<br />

Asasi Manusia, atau justru cukup lewat Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR).<br />

http://Semaraks.blogspot.com

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!