26.09.2015 Views

TEMPO EDISI KHUSUS SOEHARTO

Tempo Edisi Khusus Soeharto - Biar sejarah yang bicara

Tempo Edisi Khusus Soeharto - Biar sejarah yang bicara

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Tempo Edisi Khusus Soeharto<br />

8<br />

Pidato Yudhoyono di pemakaman itu sangat ditunggu orang ramai. Sebab, Soeharto<br />

pergi meninggalkan setumpuk kasus, mulai dari kasus pidana korupsi, perkara tujuh yayasan<br />

yang diduga merugikan negara Rp 1,7 triliun, hingga kasus pelanggaran hak asasi manusia.<br />

Gerilya pengikut Soeharto guna menutup sejumlah perkara itu juga sudah marak<br />

sejak dia terkulai di Rumah Sakit Pusat Pertamina, 4 Januari 2008. Banyak yang mendesak<br />

agar pemerintah Yudhoyono memaafkan penguasa Orde Baru itu. Tuntutan mereka kian<br />

nyaring setelah Soeharto wafat 24 hari kemudian, Minggu dua pekan lalu.<br />

Tapi yang menuntut agar Soeharto segera diadili juga banyak. Sejumlah kelompok<br />

berunjuk rasa di Rumah Sakit Pertamina, tempat Soeharto dirawat. Mereka berdoa agar<br />

kakek 87 tahun itu lekas sembuh, "Biar bisa diadili."<br />

Dua pekan lalu, sebuah kelompok anak muda malah menjaring pendapat anak gaul<br />

yang lalu-lalang di kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Hasilnya, lebih dari seribu orang<br />

menandatangani spanduk yang menuntut pemerintah, "Segera mengadili Soeharto."<br />

Di Astana Giribangun, Senin pekan lalu itu, Yudhoyono memilih menjauh dari<br />

polemik ini. Soeharto, katanya, "Manusia biasa. Almarhum tidak luput dari kekurangan."<br />

Berpidato sekitar sepuluh menit, dia sama sekali tidak menyinggung soal kasus Soeharto.<br />

http://Semaraks.blogspot.com<br />

l l l<br />

PEMAKAMAN Soeharto adalah yang terbesar sepanjang sejarah negeri ini. Presiden<br />

menetapkan tujuh hari berkabung nasional. Semua kantor pemerintah, badan usaha negara,<br />

dan rumah warga memasang bendera setengah tiang, walau faktanya cuma sebagian yang<br />

patuh.<br />

Prosesi pelepasan jenazah di Jakarta juga diikuti ribuan orang. Pukul enam pagi,<br />

Senin pekan lalu, sekitar 400 tentara dari tiga angkatan sibuk mengadakan gladi resik<br />

upacara pelepasan jenazah di Cendana.<br />

Ketika hari terang tanah, sebuah pesawat Boeing 737 terbang dari Lapangan Udara<br />

Halim Perdanakusuma di Jakarta Timur menuju Bandara Adisoemarmo di Solo. Ini pesawat<br />

khusus yang mengangkut rombongan Presiden Yudhoyono.<br />

Jenazah dilepas dari Cendana pukul tujuh pagi. Dihadiri sekitar seribu orang dan<br />

dipimpin Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Agung Laksono.<br />

Sepanjang jalan orang berjubel menonton. Hampir semua stasiun televisi<br />

menyiarkan perjalanan jenazah. Sebuah stasiun televisi bahkan menyewa helikopter untuk<br />

mengambil gambar dari langit.<br />

Sekitar 20 pesawat terbang membawa penumpang yang mengikuti pemakaman itu.<br />

Pemerintah menyiapkan tujuh pesawat dari berbagai jenis. Satu C-130 Hercules VVIP, empat<br />

C Hercules Troopseat, dan dua Fokker 28 VIP.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!