26.09.2015 Views

TEMPO EDISI KHUSUS SOEHARTO

Tempo Edisi Khusus Soeharto - Biar sejarah yang bicara

Tempo Edisi Khusus Soeharto - Biar sejarah yang bicara

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Tempo Edisi Khusus Soeharto<br />

111<br />

pengawalnya menunggu pada jarak yang agak jauh. Sebelum bertapa, Soeharto harus<br />

melakukan bimolukar, atau mandi lulur untuk menghilangkan nafsu angkara murka.<br />

Dari Gua Semar, Soeharto mandi di Telaga Warna, telaga yang melambangkan empat<br />

nafsu yang harus dikendalikan: lawamah, amarah, sufiyah, dan mutmainah. Dan<br />

pengendalian nafsu itu dilakukan di Gua Jaran, gua yang terletak di sebelah utara Gua<br />

Semar. Disebut jaran (kuda) karena gua itu, menurut cerita leluhur di Dieng, awalnya adalah<br />

jaran milik Resi Kendali Seto yang bertujuan mengendalikan nafsu manusia yang ada di<br />

aliran hitam dan putih.<br />

Gua selanjutnya adalah Gua Sumur. Sedikit lebih lebar dari Gua Semar, dan memiliki<br />

sumber air yang tingginya stabil. Musim hujan atau kemarau, volume airnya tetap. Sumber<br />

air di gua tersebut juga disebut air kehidupan. Dari penghuni Gua Sumur Soeharto<br />

mendapat petunjuk: jangan ragu untuk pasrah kepada Sang Kuwasa (Yang Kuasa), agar<br />

selalu dilindungi atau disembuhkan dari berbagai penyakit.<br />

Soeharto menutup perjalanan tapanya di Kawah Si Kijang, simbol hewan yang bisa<br />

dijadikan contoh bagi manusia atas kepintaran dan rasa rendah hatinya. Dilanjutkan ke<br />

Kawah Sileri, kawah yang mengajarkan agar orang hidup untuk tidak melanggar empat<br />

wewaler (aturan), yakni aturan keluarga, masyarakat, negara, dan Tuhan. Dan dua tahap<br />

selanjutnya adalah menuju Sumur Jolotundo dan Kawah Condrodimuko.<br />

http://Semaraks.blogspot.com

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!