26.09.2015 Views

TEMPO EDISI KHUSUS SOEHARTO

Tempo Edisi Khusus Soeharto - Biar sejarah yang bicara

Tempo Edisi Khusus Soeharto - Biar sejarah yang bicara

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Tempo Edisi Khusus Soeharto<br />

84<br />

Pada Kamis 25 Juli, Presiden Soeharto menerima Ketua Umum DPP PDI Soerjadi dan<br />

10 fungsionaris partai di Bina Graha, Jakarta. Pertemuan inilah yang mengakhiri spekulasi<br />

politik seakan DPP PDI Soerjadi belum diakui pemerintah. Dalam pertemuan selama 70<br />

menit itu, lebih lama 40 menit dari yang dijadwalkan, lahirlah istilah baru "setan gundul".<br />

"Beliau (Soeharto-Red) menyebut orang-orang yang menunggangi masalah di PDI<br />

sehingga berlarut-larut sebagai setan gundul. Beliau menyebutnya sambil guyon, kami tidak<br />

tahu siapa yang dimaksudkan oleh beliau," ujar Soerjadi saat dihubungi Tempo setelah<br />

hampir 10 tahun peristiwa itu terjadi.<br />

Pernyataan Presiden Soeharto itulah yang kemudian menjadi alasan pembenaran<br />

oleh aparat keamanan untuk menyerbu kantor pusat PDI di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat,<br />

pada Sabtu pagi, 27 Juli. Menurut Soerjadi, pihaknya tidak diberi tahu akan ada "acara ambil<br />

paksa" kantor pusat PDI dari tangan pendukung PDI Megawati Soekarnoputri. "Saya sama<br />

sekali tidak tahu, bahkan sampai saat saya ditahan, saya tak tahu kenyataan yang<br />

sebenarnya terjadi pada 27 Juli 1996 itu," katanya.<br />

Para pendukung Megawati menduga ada ratusan orang tewas akibat serbuan itu.<br />

Ketua PDI Perjuangan Jakarta Selatan Audy Tambunan menyebutkan, korban dimakamkan<br />

secara massal di pekuburan Pondok Rangon, Jakarta Timur. Menurut laporan Komisi<br />

Nasional Hak Asasi Manusia, dari peristiwa itu cuma lima orang yang tewas, 149 luka-luka,<br />

dan 23 orang hilang. Laporan lembaga yang dipimpin oleh bekas Menteri Agama Munawir<br />

Sjadzali itu mencurigai "keterlibatan langsung pemerintah". Jika didengar dari para saksi,<br />

diduga lebih dari 30 orang tewas.<br />

Pemerintah menahan 124 orang pengikut Megawati yang berada di tempat saat<br />

penyerangan. Sedangkan "setan gundul" yang dimaksudkan Presiden Soeharto dicokok dan<br />

ditahan. Budiman Sudjatmiko dan anggota Partai Rakyat Demokratik, yang dideklarasikan<br />

empat hari menjelang kerusuhan 27 Juli, menjadi "kambing hitam" serta "setan gundul"<br />

yang hendak "dibersihkan" Soeharto. Budiman dan kawan-kawan diberi ampunan Presiden<br />

B.J. Habibie setelah Soeharto tak lagi berkuasa dua tahun setelah peristiwa 27 Juli 1996.<br />

http://Semaraks.blogspot.com

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!