26.09.2015 Views

TEMPO EDISI KHUSUS SOEHARTO

Tempo Edisi Khusus Soeharto - Biar sejarah yang bicara

Tempo Edisi Khusus Soeharto - Biar sejarah yang bicara

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Tempo Edisi Khusus Soeharto<br />

83<br />

27 Juli Pada Suatu Pagi<br />

SABTU, 27 Juli 1996, pukul enam pagi. Kantor pusat PDI Jalan Diponegoro. Suasana<br />

hening pecah oleh sebuah penggempuran. Kantor itu diserang 200 orang tak dikenal.<br />

"Datanglah orang-orang kekar yang turun dari delapan truk pasir. Mereka biadab<br />

sekali. Anak-anak kecil juga perempuan yang berada di trotoar mereka sikat dengan rotan<br />

sepanjang 60 sentimeter," kata saksi, Albert Birhan, simpatisan PDI. Dengan brutal, aparat<br />

keamanan bercampur dengan preman dan anggota organisasi pemuda pro-rezim Orde Baru<br />

memukuli orang-orang yang berada di tempat itu.<br />

Apakah yang sesungguhnya terjadi?<br />

Bukalah halaman sejarah Orde Baru. Kongres PDI di Medan tahun 1993 memilih<br />

Megawati Soekarnoputri sebagai ketua umum. Menurut bekas Wakil Bendahara PDI<br />

Soerjadi, Alex Widya Siregar, sejak Musyawarah Nasional 1994 di Jakarta yang memilih<br />

Megawati sebagai Ketua Umum PDI, Presiden Soeharto merasa semakin gerah. "Pak Harto<br />

tampaknya juga khawatir kalau Mega terus melaju," katanya kepada Tempo tiga tahun<br />

setelah peristiwa tersebut.<br />

Pada 2 Juni 1996, Alex Widya Siregar diminta Kepala BIA Syamsir Siregar untuk<br />

mempertemukan ABRI dengan tokoh-tokoh PDI. Hasilnya, Kepala Staf Sosial Politik ABRI<br />

Syarwan Hamid bertemu Soetardjo Soerjogoeritno dan Panangian Siregar.<br />

Empat hari kemudian, pertemuan itu dilanjutkan di kantor BIA. Saat itu diputuskan,<br />

figur yang paling tepat menandingi Megawati adalah Soerjadi. Syarwan Hamid dan Direktur<br />

A BIA, Zacky Anwar Makarim, menurut Alex, langsung menghubungi Soerjadi. "Saat itu<br />

Soerjadi minta syarat, mau menjadi ketua umum hanya jika diterima oleh Pak Harto," ujar<br />

Alex.<br />

Pada 16 Juli tahun yang sama, rapat PDI Soerjadi memutuskan Alex memimpin tim<br />

yang bertugas mengambil alih kantor PDI di Jalan Diponegoro. Menurut kesaksian Letnan<br />

Jenderal (Purn) Suyono, bekas Kepala Staf Umum ABRI, penyerbuan itu mulai dimatangkan<br />

setelah diadakan pertemuan di rumah Presiden Soeharto di Jalan Cendana pada 19 Juli. Saat<br />

itu Presiden Soeharto, di hadapan beberapa petinggi militer dan Polri, mengungkapkan<br />

keresahannya terhadap Megawati dan pengikut-pengikutnya.<br />

Rencana penyerbuan pada 23 Juli yang dipimpin Alex ternyata gagal, karena preman<br />

yang disewa Alex dianggap berkhianat dan membocorkan rencana itu. "Akhirnya saya<br />

batalkan," kata Alex. Tiga hari kemudian massa dikumpulkan di lantai 5 Gedung Artha<br />

Graha. Alex juga sowan ke Pangdam Sutiyoso, tentang rencana penyerbuan pada 27 Juli<br />

1996. "Sutisoyo berkata, selaku Pangdam, ia wajib berada di lokasi kerusuhan untuk tahu<br />

permasalahan," ujar Alex.<br />

http://Semaraks.blogspot.com

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!