26.09.2015 Views

TEMPO EDISI KHUSUS SOEHARTO

Tempo Edisi Khusus Soeharto - Biar sejarah yang bicara

Tempo Edisi Khusus Soeharto - Biar sejarah yang bicara

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Tempo Edisi Khusus Soeharto<br />

88<br />

dan Yani Afri, pendukung PDI pro-Megawati, Dedi Hamdun dan Lukas, dosen asal Timor<br />

Timur. Selama dalam penjara bawah tanah, Jati pernah dikunjungi dua orang. "Mungkin<br />

atasan penculik, dari baunya ia memakai parfum mahal. Dua orang itu diantar lima orang<br />

lainnya. Semua orang itu memakai topeng," katanya.<br />

Periode ketiga, mereka yang hilang pada saat kerusuhan Mei 1998. "Yang hilang<br />

adalah para saksi yang melihat langsung sekelompok orang terkoordinasi membakar pasar<br />

atau mal saat penjarah masih banyak di dalamnya," ujar Mugi. Para korban yang hilang itu<br />

tak semuanya terdiri dari aktivis. Ada korban yang bekerja sebagai pengamen atau<br />

karyawan, di antaranya bernama Ucok Munandar, Yadi, Abdul Nasser. "Sampai kini mereka<br />

tak ketahuan kabarnya, tapi ada yang melihat mereka diambil paksa," katanya.<br />

Menurut Mugi, lembaga Ikohi sudah mengajukan permintaan agar tim ad hoc<br />

Komnas HAM menyelidiki peran bekas presiden Soeharto untuk mengungkap kasus<br />

penghilangan paksa 1997-1998. Tim ini bisa bergerak dengan memanggil paksa pihak TNI<br />

dan Polri yang diduga terlibat. "Dulu janji Komnas HAM begitu. Kami juga menyerukan<br />

kepada segenap rakyat Indonesia yang mencintai keadilan agar bersama-sama menolak<br />

memaafkan Soeharto sebelum ada pengadilan yang jujur dan adil," ujar Mugi.<br />

http://Semaraks.blogspot.com

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!