TEMPO EDISI KHUSUS SOEHARTO
Tempo Edisi Khusus Soeharto - Biar sejarah yang bicara
Tempo Edisi Khusus Soeharto - Biar sejarah yang bicara
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Tempo Edisi Khusus Soeharto<br />
128<br />
Perubahan lalu terjadi dengan cepat. Republik hamil tua. Dan pada 21 Mei Soeharto<br />
terjungkal karena kekuatan massa. Amien kemudian mendapat gelar Tokoh Reformasi.<br />
Budiman Sudjatmiko<br />
Perlawanan terbesar Budiman Sudjatmiko terhadap Orde Baru dan Soeharto adalah<br />
mendirikan Partai Rakyat Demokratik (PRD). Berdiri pada Juli 1996, partai ini mengusung<br />
asas sosialis demokratik. Budiman menjadi ketuanya. Sepekan setelah PRD lahir, bentrokan<br />
berdarah pecah di kantor PDI, Jalan Diponegoro. Bentrokan ini memicu kerusuhan di<br />
beberapa sudut Ibu Kota. Akibatnya, seperti dicatat Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, 5<br />
orang tewas dan 23 orang hilang.<br />
Pemerintah menuding PRD ada di balik kerusuhan tersebut. Maka aktivis PRD diburu,<br />
sehingga Budiman dan teman-temanya ditangkap. Budiman divonis pengadilan 13 tahun<br />
penjara karena dianggap bertindak subversif. Dari balik jeruji, Budiman terus melawan. Aksi<br />
mogok makan hingga menolak grasi ia lakukan. Dari penjara jugalah ia menjalankan partai.<br />
Ketika Soeharto terjungkal dan penguasa baru lahir, Budiman tidak pernah melihat<br />
pemerintah serius mengadili kejahatan penguasa Orde Baru itu. Dan ketika Jaksa Agung<br />
mengeluarkan surat ketetapan penghentian penuntutan (SKPP) atas kasus hukum Soeharto,<br />
dia meradang. "Pertimbangan kesehatan atau alasan kemanusiaan terhadap Soeharto itu<br />
tidak bermoral," ujar Budiman, yang kini menjabat Sekjen Relawan Perjuangan Demokrasiorganisasi<br />
sayap PDI Perjuangan.<br />
Sjahrir<br />
Sebuah hari, tahun 1970. Sekelompok mahasiswa menemui Presiden Soeharto untuk<br />
mendesakkan tuntutan pemberantasan korupsi. Sjahrir dan Akbar Tandjung, mahasiswa<br />
Universitas Indonesia, ada di antara sejumlah mahasiswa itu. Di sela dialog, Akbar rupanya<br />
haus dan meraih gelas minuman yang dihidangkan. Cepat Sjahrir mencegah Akbar. Soeharto<br />
melihat adegan itu. Ia marah. "Ya sudah kalau tidak mau minum," hardiknya.<br />
Sjahrir merasa adegan itulah asal muasal ketidaksukaan Soeharto padanya. Yang<br />
pasti juga tidak disukai Soeharto, Sjahrir bersama yang lain membentuk komite anti-korupsi.<br />
Ketika pecah Peristiwa Malari 1974, Sjahrir termasuk satu dari banyak mahasiswa dan<br />
akademisi yang dikirim ke penjara.<br />
Di dalam hotel prodeo, Sjahrir tetap bersikap kritis. Ia menulis artikel-artikel yang<br />
dimuat di penerbitan kondang seperti Prisma. Tentu saja ia tak memakai namanya sendiri.<br />
"Tulisan saya dimuat dengan nama Daniel Dakhidae atau Aini Chalid," ujar dia.<br />
Keluar dari penjara, Sjahrir melanjutkan studi S3 di Harvard. Sekembali dari sana,<br />
kiprah Sjahrir tak surut. Ia merintis berdirinya Sekolah Ilmu Sosial (SIS), yang hanya bertahan<br />
tiga tahun, sebelum dilarang pemerintah. Ia kemudian mendirikan Yayasan Padi Kapas dan<br />
menulis artikel-artikel tajam di media. Temanya jelas, yakni penentangan praktek monopoli<br />
http://Semaraks.blogspot.com