26.09.2015 Views

TEMPO EDISI KHUSUS SOEHARTO

Tempo Edisi Khusus Soeharto - Biar sejarah yang bicara

Tempo Edisi Khusus Soeharto - Biar sejarah yang bicara

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Tempo Edisi Khusus Soeharto<br />

78<br />

"Tindakan tegas bagaimana? Ya harus dengan kekerasan. Tetapi kekerasan itu bukan lantas<br />

dengan tembakan, dor-dor, begitu saja. Bukan! Tetapi yang melawan, ya, mau tidak mau<br />

harus ditembak. Karena melawan, maka ditembak," demikian penuturan Soeharto melalui<br />

biografinya.<br />

Tak ada angka resmi jumlah korban petrus itu. Hingga Juli 1983, menurut Benny<br />

Moerdani, tercatat ada 300 korban di seluruh Indonesia. Jumlah sebenarnya bisa dipastikan<br />

lebih dari itu karena banyak bandit yang mayatnya tanpa bekas.<br />

Mulyana W. Kusumah, pakar kriminologi yang melakukan riset soal Petrus,<br />

menyebutkan bahwa yang menjadi korban mencapai angka 2.000 orang. Menteri Luar<br />

Negeri Belanda kala itu, Hans van den Broek, pada 1984 meminta pemerintah Indonesia<br />

menghormati hak asasi manusia, bahkan menyebutkan korban Petrus mencapai 3.000<br />

orang.<br />

Bertahun-tahun kemudian, keterlibatan pemerintah dalam pembunuhan misterius<br />

itu mulai terkuak. Menurut penelitian Mulyana, Petrus merupakan lanjutan dari Operasi<br />

Pemberantasan Kejahatan di beberapa kota besar.<br />

Mula-mula, operasi ini dicanangkan oleh Komandan Garnisun Yogyakarta Letnan<br />

Kolonel M. Hasbi pada Maret 1983. Lalu diikuti daerah-daerah lain, termasuk Jakarta.<br />

Ribuan gali-ini sebutan bagi preman-ditembak, sebagian di antaranya buru-buru menyerah,<br />

kabur ke hutan, atau segera berubah menjadi orang baik-baik.<br />

Bagi pemerintah, keputusan untuk "menyelenggarakan" Petrus dianggap positif.<br />

Angka kejahatan disebutkan menurun waktu itu. Di Yogyakarta, jumlah kejahatan dengan<br />

kekerasan menurun dari 57 menjadi 20 sejak Januari hingga Juni 1983. Pada periode yang<br />

sama, angka kejahatan di Semarang turun dari 78 menjadi 50 kali.<br />

Namun, cara mengatasi kejahatan dengan Petrus tentu saja menuai kecaman.<br />

Mulyana pada kesimpulan penelitiannya menyebut aksi penembakan misterius ini<br />

"ekstralegal" yang bertentangan dengan prinsip hukum dan keadilan. Lembaga Bantuan<br />

Hukum, yang kala itu dipimpin Adnan Buyung Nasution, menganggap aksi Petrus sebagai<br />

"pembunuhan terencana".<br />

http://Semaraks.blogspot.com

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!