26.09.2015 Views

TEMPO EDISI KHUSUS SOEHARTO

Tempo Edisi Khusus Soeharto - Biar sejarah yang bicara

Tempo Edisi Khusus Soeharto - Biar sejarah yang bicara

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Tempo Edisi Khusus Soeharto<br />

86<br />

Di Jakarta, Presiden Soeharto dengan cekatan segera memerintahkan 6.000<br />

Kopassus ditambah di Aceh. Sampai Mei 1990, jumlah pasukan di sana menjadi 12 ribu<br />

orang. Operasi ini dikenal sebagai Operasi Jaring Merah. Sjafrie Sjamsoeddin, Prabowo<br />

Subianto, dan Syarwan Hamid pernah memimpin operasi itu.<br />

Operasi militer adalah cara khas Soeharto dalam menyelesaikan konflik daerah. Cara<br />

itu pula yang digunakan meredam gejolak di Papua. Saat itu, sebagian warga di sana kecewa<br />

atas hasil Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) 1 Desember 1969 yang berisi keputusan<br />

menyerahkan Papua Barat menjadi bagian dari Indonesia. Padahal, menurut versi mereka,<br />

pemerintah Hindia Belanda telah berjanji bakal memberikan kemerdekaan kepada bangsa<br />

Papua Barat, 1 Desember 1971.<br />

Jauh sebelum Pepera, beberapa tokoh politik di sana seperti Ferry Awom<br />

memproklamasikan Papua merdeka di Manokwari, 28 Juli 1965. Mereka juga merekrut<br />

pemuda-pemuda Biak untuk perang gerilya. Salah satu kelompok gerilya Operasi Papua<br />

Merdeka (OPM) yang punya gigi adalah kelompok Mandacan.<br />

"Bisul" di Indonesia bagian timur itu "diobati" Soeharto dengan terus menambah<br />

pasukan. Mantan Kepala Staf Komando Daerah Militer Cenderawasih Mayjen (Purn.)<br />

Samsuddin mengisahkan, "Menjelang Pemilu 1977 Papua mencekam. Pasukan<br />

mengamankan keadaan selama pemilu," kata lelaki yang bertugas di sana sejak 1975 itu.<br />

Sejarah kemudian mencatat, senapan, meriam, dan darah ternyata tidak sepenuhnya<br />

memulihkan Papua dan juga Aceh. Di Aceh, ribuan anak dan wanita terhimpit kepedihan<br />

perang. Tim Pencari Fakta Komisi Nasional HAM melaporkan, selama DOM sekitar 3.000<br />

wanita jadi janda dan 20 ribu anak menjadi yatim. Sebagian dari jumlah itu akhirnya<br />

kehilangan kewarasan seperti Zarkani, sebagian lagi malah diperkosa.<br />

Di Papua sama saja. Aktivis penolak Pepera, Arnold Clemens A.P., ditembak mati.<br />

Sebanyak 10 ribu warga Papua sampai mengungsi ke Papua Nugini. Dalam diam, Papua<br />

terus bergejolak.<br />

Sejarah telah mencatat jejak kelam sepatu lars di dua daerah tersebut.<br />

http://Semaraks.blogspot.com

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!