25.10.2014 Views

Klik Disini - KM Ristek - Kementerian Riset dan Teknologi

Klik Disini - KM Ristek - Kementerian Riset dan Teknologi

Klik Disini - KM Ristek - Kementerian Riset dan Teknologi

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Abstrak<br />

Menurut Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, setiap orang<br />

mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bi<strong>dan</strong>g<br />

kesehatan <strong>dan</strong> hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu<br />

<strong>dan</strong> terjangkau. UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mensyaratkan tenaga<br />

kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan di Indonesia harus mempunyai<br />

kualifikasi minimum yang ditetapkan oleh pemerintah. Apoteker adalah salah satu<br />

tenaga kesehatan di bi<strong>dan</strong>g pelayanan kesehatan. Saat ini pemerintah<br />

menetapkan kualifikasi yang harus dimiliki apoteker dalam melakukan pekerjaan<br />

kefarmasian antara lain dalam pelayanan sediaan farmasi (Peraturan Pemerintah<br />

No 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian).<br />

Untuk itu telah dilakukan penelitian potong lintang analisis kualifikasi apoteker<br />

dalam rangka memenuhi ketentuan dalarn UU No 36 tahun 2009 tentang<br />

Kesehatan yang bertujuan mengidentifikasi kualifikasi apoteker yang melakukan<br />

praktek kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian : (a) rumah sakit, (b)<br />

puskesmas <strong>dan</strong> (c) apotek <strong>dan</strong> menyusun pokok-pokok materi untuk pelatihan<br />

bersertifikasi sebagai kualifikasi tambahan bagi apoteker yang melakukan praktek<br />

kefarmasian di fasilitas tersebut. lnforman penelitian adalah apoteker pelayanan<br />

rawat jalan <strong>dan</strong> rawat inap serta direktur penunjang medik 6 rumah sakit,<br />

apoteker/tenaga teknis kefarmasian <strong>dan</strong> kepala 2 puskesmas perawatan, apoteker<br />

full time <strong>dan</strong> apoteker pendamping/tenaga teknis kefarmasian 6 apotek, apoteker<br />

bagian kurikulum/pengajaran 6 perguruan tinggi farmasi, apoteker 3 IAI, apoteker 3<br />

Dinas Kesehatan Provinsi <strong>dan</strong> 3 Dinas Kesehatan Kota di Bandung, Yogyakarta<br />

<strong>dan</strong> Surabaya. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam <strong>dan</strong> observasi<br />

serta RTD. Analisis data secara deskriptif <strong>dan</strong> analisis kualitatif dengan metoda<br />

triangulasi.<br />

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa praktek pelayanan kefarmasian di<br />

RS masih banyak kekurangannya terutama dalam hal pelaksanaan fungsi farmasi<br />

klinis <strong>dan</strong> patient safety selain a<strong>dan</strong>ya beban kerja yang tidak sebanding dengan<br />

jumiah apoteker yang ada di peiayanan. Daiam praktek kefarmasian di Puskesmas<br />

yang menonjol adalah kurangnya tenaga apoteker di Puskesmas sehingga di salah<br />

satu kota besarpun seluruh Puskesmas yang ada belum memiliki apoteker akibat<br />

belum a<strong>dan</strong>ya formasi untuk apoteker Puskesmas <strong>dan</strong> ini tentunya membawa<br />

dampak pada praktek kefarmasian Puskesmas. Khusus untuk apotek masalah<br />

utama terletak pada kehadiran <strong>dan</strong> komitmen serta profesionalisme apoteker<br />

sendiri di samping kurangnya pembinaan <strong>dan</strong> pengawasan untuk itu dari yang<br />

berwenang. Apoteker juga perlu meningkatkan fungsi konseling <strong>dan</strong><br />

omunikasinya.<br />

Kata kunci : apoteker, praktek kefarmasian, kompetensi<br />

9

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!