Final Laporan PNPM Respek 2011 - psflibrary.org
Final Laporan PNPM Respek 2011 - psflibrary.org
Final Laporan PNPM Respek 2011 - psflibrary.org
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
entuk tunai seperti yang terjadi sebelum <strong>PNPM</strong> RESPEK berjalan. Sebelum <strong>PNPM</strong> RESPEK (pada saat<br />
dana otsus belum bergabung dengan <strong>PNPM</strong> reguler), dana otsus biasanya dibagikan secara langsung<br />
kepada setiap rumah tangga. Misalnya di distrik Ransiki, dana otsus biasa dibagikan tunai pada<br />
masyarakat. Jumlahnya sekitar Rp 150.000 – 300.000 per KK dan Rp 20.000 – 50.000 untuk anak<br />
sekolah. Jumlah ini tidak besar tetapi masyarakat menganggap dengan uang tersebut mereka dapat<br />
ikut merasakan program otonomi khusus Papua dari pemerintah. Kebiasaan ini berubah ketika<br />
<strong>PNPM</strong> masuk, karena masyarakat sekarang tidak lagi menerima uang tunai tetapi mendapat bantuan<br />
dalam bentuk kegiatan yang produktif dan infrastruktur yang mereka butuhkan. Namun demikian,<br />
keinginan masyarakat untuk mendapatkan pembagian uang program masih sangat besar sehingga<br />
di beberapa kampung PD dan TPKK memiliki hambatan besar dalam meyakinkan masyarakat<br />
mengenai perubahan mekanisme program.<br />
Hal ini juga setara dengan pembahasan di artikel Kompas (<strong>2011</strong>) mengenai otonomi khusus di Papua<br />
Barat. Dalam artikel tersebut Sekertaris Distrik Ransiki juga menyatakan bahwa sebagian besar<br />
kepala kampung dan warga menginginkan pembagian dana otsus langsung ke setiap kepala<br />
keluarga. Tidak semua kepala keluarga setuju dana otsus dipergunakan untuk proyek pembangunan<br />
di kampung. Sering kali, pembahasan penggunaan dana otsus di kampung menimbulkan perdebatan<br />
di antara penduduk kampung sendiri.<br />
Pada saat penelitian ini dilakukan, masyarakat kembali dibingungkan dengan perubahan mekanisme<br />
<strong>PNPM</strong> RESPEK yang menyebabkan ritme pelaksanaan program di tingkat kampung terganggu. Pada<br />
tahun 2008, ketika masyarakat telah melewati PBM dan mencapai kesepakatan mengenai<br />
penggunaan dana program, Bupati membagikan dana tersebut ke kepala kampung. Pada tahun<br />
2009, masyarakat diminta kembali melakukan PBM, tetapi akhirnya menggunakan hasil PBM tahun<br />
2008 yang belum sempat terlaksana. Pada saat pencairan dana, masyarakat meminta TPKK<br />
memperlihatkan dana yang sudah cair di balai perempuan agar semua percaya bahwa program ini<br />
benar-benar ada. Pada tahun 2010, setelah masyarakat kembali melakukan PBM, turun SK<br />
Gubernur No: 900/161/X/2010 yang menyatakan dana <strong>PNPM</strong> akan kembali dibagikan langsung<br />
kepada Kepala Kampung. Keputusan-keputusan yang tidak konsisten ini menyebabkan<br />
meningkatnya ketidakpercayaan masyarakat terhadap PD dan TPKD dan menyulitkan pekerjaan<br />
mereka dalam memfasilitasi pelaksanaan program di kemudian hari. Selain itu, keputusan<br />
Pemerintah Propinsi Papua Barat untuk kembali membagikan dana ke kepala kampung dapat<br />
menghambat partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan program.<br />
35