Final Laporan PNPM Respek 2011 - psflibrary.org
Final Laporan PNPM Respek 2011 - psflibrary.org
Final Laporan PNPM Respek 2011 - psflibrary.org
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
3.2 Kualitas Infrastruktur<br />
Kualitas infrastruktur yang terbangun berada dalam kategori bagus dan sedang. Tidak ada<br />
infrastruktur yang ditemukan dengan kualitas buruk sehingga tidak dapat digunakan sama sekali.<br />
Seluruh infrastruktur ‘kering’ memiliki kualitas (struktur dan fungsi) yang bagus. Hal tersebut tidak<br />
berlaku untuk infrastruktur basah dimana 66 persen diantaranya memiliki permasalahan struktural<br />
atau fungsional (namun sebagian besar adalah permasalahan fungsional).<br />
Kondisi ini terjadi karena aspek tingkat kesulitan dari tipe infrastruktur basah yang tidak<br />
tergambarkan dalam gambar desain (template) yang digunakan fasilitator teknis. Dalam hal ini<br />
tingkat kesulitan yang dimaksud adalah hal-hal yang berhubungan dengan prasyarat sumber air,<br />
pemilihan bahan untuk mengatasi kebocoran, pengaliran dan penyimpanan air serta kualitas SDM<br />
yang menanganinya. Berbeda dengan infrastruktur kering, pada infrastruktur basah terdapat<br />
kesalahan dalam pemilihan bahan, kurangnya pengetahuan akan sumber air, dan kekurang-cakapan<br />
SDM yang sangat sensitif mempengaruhi kualitas infrastruktur. Dalam infrastruktur basah, rencana<br />
gambar (template) harus diadaptasi dengan konteks lokal mengenai sumber mata air dan kecukupan<br />
air. Pada infrastruktur kering, rencana gambar (template) sudah cukup jelas untuk dipakai dalam<br />
membangun pustu, pasar dan jalan di kampung.<br />
Infrastruktur dengan kualitas bagus dan sedang ini tersebar merata di berbagai lokasi penelitian.<br />
Aksesibilitas tidak menentukan kualitas secara signifikan tetapi menentukan volume<br />
infrastruktur. 26 Dengan kata lain, terdapat korelasi yang tinggi antara volume/jumlah infrastruktur<br />
dan aksesibilitas kampung. Aksesibilitas kampung diukur dari biaya untuk mencapai kampung<br />
tersebut. Lebih sulit akses suatu kampung, lebih mahal biaya untuk mencapai kampung tersebut dan<br />
semakin mahal harga material (seperti semen). Sebagai akibatnya, semakin sedikit infrastruktur yang<br />
dapat dibangun. Perbandingan volume ini bisa mencapai rasio 1:2. Artinya apabila uang tersebut<br />
(100 juta) digunakan di lokasi yang lebih aksesibel, bisa dipakai untuk membangun misalnya, jamban<br />
12 unit, sementara di lokasi yang kurang aksesibel hanya dapat digunakan untuk membangun 6 unit.<br />
Aksesibilitas akan mempengaruhi kemanfaatan karena jumlah infrastruktur yang terbangun lebih<br />
sedikit.<br />
26 Seperti yang tertulis di Bab 1, secara metodologis, studi ini hanya mencakup tingkat aksesibilitas tertentu. Studi ini tidak<br />
mencakup lokasi atau kategori yang sangat sulit di mana untukmenjangkaunya membutuhkan perjalanan lebih dari 1 hari<br />
atau menggunakan jasa penyewaan pesawat khusus.<br />
46