14.06.2013 Views

Panduan investigasi dan penuntutan dengan pendekatan hukum ...

Panduan investigasi dan penuntutan dengan pendekatan hukum ...

Panduan investigasi dan penuntutan dengan pendekatan hukum ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

28<br />

<strong>Panduan</strong> Investigasi <strong>dan</strong> Penuntutan <strong>dengan</strong> Pendekatan Hukum Terpadu<br />

korupsi. Namun kerangka <strong>hukum</strong> anti korupsi yang ada sekarang di Indonesia belum<br />

sepenuhnya mengadopsi bentuk-bentuk korupsi yang tercantum dalam UNCAC<br />

tersebut. Oleh karena itu, Pemerintah perlu segera membangun kerangka anti korupsi<br />

yang sesuai <strong>dengan</strong> UNCAC.<br />

Bentuk korupsi yang harus dimasukkan antara lain adalah penyuapan kepada pejabat<br />

publik, penyuapan kepada pejabat publik asing, penyalahgunaan properti publik<br />

oleh pejabat publik, pemerkayaan diri secara tidak sah, penyuapan di sektor swasta,<br />

penggelapan properti di sektor swasta, pencucian hasil kejahatan, penyembunyian<br />

properti hasil kejahatan, <strong>dan</strong> menghalangi proses pengadilan.<br />

Mengacu kepada berbagai bentuk korupsi di atas, upaya penegakan <strong>hukum</strong> atas<br />

korupsi di sektor kehutanan diharapkan akan lebih baik karena bentuk-bentuk korupsi<br />

tersebut relevan <strong>dengan</strong> praktek korupsi di sektor kehutanan yang selama ini terjadi di<br />

Indonesia. Selain itu, konvensi juga mengatur persoalan <strong>hukum</strong> acara yang lebih maju<br />

seperti pembatasan waktu untuk kejahatan korupsi (daluwarsa), ketentuan khusus soal<br />

yurisdiksi ekstrateritorial, <strong>penuntutan</strong> <strong>dan</strong> <strong>hukum</strong>an bagi mereka yang terlibat dalam<br />

kejahatan yang disebutkan dalam konvensi, langkah-langkah untuk membekukan,<br />

menyita <strong>dan</strong> memusnahkan hasil kejahatan, perlindungan bagi saksi-saksi, para<br />

informan, kaki tangan, <strong>dan</strong> a<strong>dan</strong>ya mekanisme untuk mengenyampingkan kebijakan<br />

mengenai Kerahasiaan Bank.<br />

4.1.1 Tipologi Korupsi di Sektor Kehutanan<br />

Paling sedikit terdapat tiga tipologi tindak pi<strong>dan</strong>a korupsi di dalam sektor kehutanan,<br />

khususnya yang terkait <strong>dengan</strong>: 25 pemberian izin, pengawasan terhadap kegiatan usaha<br />

kehutanan, <strong>dan</strong> pengawasan terhadap usaha kehutanan berskala besar (Santoso 2009).<br />

Untuk korupsi yang terkait <strong>dengan</strong> pemberian izin, menurut penelitian Indonesian<br />

Corruption Watch, terdapat empat tipologi praktik korupsi (ICW 2004), seperti<br />

diuraikan berikut ini:<br />

1. Korupsi Transaktif dilakukan oleh pejabat publik yang berwenang untuk<br />

menghindari ‘kerugian’ atau untuk mendapatkan ‘keuntungan’, misalnya<br />

untuk menghindari pajak atau kewajiban lainnya. Korupsi ini juga dilakukan<br />

untuk memudahkan praktik pembalakan liar <strong>dan</strong> penyelundupan kayu (berupa<br />

perlindungan dari penegak <strong>hukum</strong> atau perlindungan politik).<br />

2. Korupsi Investif dilakukan untuk mendapatkan konsesi hutan, misalnya pejabat<br />

publik ingin mendapatkan izin konsesi ketika berperan sebagai pengambil<br />

keputusan atas alokasi konsesi hutan.<br />

3. Korupsi Kekerabatan biasanya dilakukan melalui kemudahan hak pengelolaan<br />

sumber daya hutan kepada keluarga <strong>dan</strong> kerabat yang diberikan ketika pejabat<br />

tersebut se<strong>dan</strong>g berkuasa.<br />

4. Korupsi Defensif dilakukan untuk mencegah pihak tertentu memperoleh<br />

keuntungan atau memaksa pihak lain menanggung kerugian, misalnya<br />

<strong>dengan</strong> merekayasa persyaratan untuk menyisihkan pihak lain mengakses<br />

pemanfaatan hutan (ICW 2004).

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!