Vol. IV No. 1 April 2008 - USUpress - Universitas Sumatera Utara
Vol. IV No. 1 April 2008 - USUpress - Universitas Sumatera Utara
Vol. IV No. 1 April 2008 - USUpress - Universitas Sumatera Utara
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
❏ Abdurahman Adisaputra<br />
karena itu, bahasa fungsional dalam konteks sosial.<br />
Tiga pengertian terintegrasi di dalam konsep<br />
fungsional ini. Pertama, bahasa terstruktur berdasarkan<br />
fungsi bahasa dalam kehidupan manusia. Kedua,<br />
dalam kehidupan manusia, fungsi bahasa mencakup<br />
tiga hal, yaitu ideasional (memaparkan,<br />
menggambarkan), interpersonal (mempertukarkan),<br />
dan tekstual (merangkai). Ketiga fungsi ini oleh<br />
Halliday (1994) disebut sebagai metafungsi bahasa<br />
yang akan menentukan struktur bahasa. Ketiga, setiap<br />
unit bahasa adalah fungsional terhadap unit yang lebih<br />
besar, yang di dalamnya unit itu menjadi unsur.<br />
Dengan demikian, sebuah grup, preposisi, atau klausa<br />
sisipan, berfungsi dalam klausa kompleks untuk<br />
membangun kompleksitas tersebut dalam sebuah teks.<br />
Transitivitas<br />
Karena manusia berada pada proses sosial<br />
yang beragam, dan corak sosial akan menentukan<br />
dan ditentukan bahasa, maka variasi pengalaman<br />
sosial itu terwujud dalam variasi gambar<br />
pengalaman linguistik. Realisasi pengalaman<br />
linguistik pemakai bahasa inilah yang disebut<br />
transitivitas. Dalam kajian LFS, Halliday<br />
(1994:107) mengemukakan bahwa satu unit<br />
pengalaman yang sempurna direalisasikan dalam<br />
klausa yang terditi atas (1) proses, (2) partisipan,<br />
dan (3) sirkumstan.<br />
Proses menunju kepada aktivitas yang<br />
terjadi dalam klausa yang dalam tatabahasa<br />
tradisional dan formal disebut verba. Partisipan<br />
adalah orang atau benda yang terlibat dalam proses<br />
tersebut. Sirkumstan merupakan lingkungan<br />
tempat proses yang melibatkan partisipan terjadi.<br />
Karena inti pengalaman adalah proses, maka<br />
dalam tataran klausa, poroses menentukan jumlah<br />
dan kategori partisipan. Proses juga menentukan<br />
sirkumstan secara tak langsung dengan tingkat<br />
probabilitas.<br />
Jenis-jenis proses dalam teori ini meliputi<br />
proses materi, proses mental, proses verbal lingual,<br />
proses perilaku, proses relasional, proses<br />
ekstensional, dan proses meteorologikal (Gerrot &<br />
Wignell, 1994; dalam Sutjaja, 2006: 47). Proses<br />
dengan acuan makna yang diembannya dapat<br />
dilihat pada tabel berikut ini.<br />
<strong>No</strong> Proses<br />
Acuan Makna<br />
1 Material tindakan atau peristiwa: bersifat<br />
fisik dan materi<br />
2 Perilaku polah: bersifat fisiologis dan<br />
psikologis<br />
3 Mental (kognisi, afeksi) penginderaan: berkait dengan<br />
emosi, intelek, dan indera<br />
(kognisi, afeksi)<br />
4 Verbal pernyataan: berkait dengan<br />
pengungkapan atau penyebutan<br />
lingual<br />
5 Relasional Kesetaraan atau atribut<br />
6 Eksistensial/Wujud keberadaan<br />
7 Meteorologikal Berkait dengan keadaan cuaca<br />
Halaman 13<br />
Linguistik Fungsional Sistemik: Analisis Teks Materi<br />
Pembelajaran di Sekolah Dasar (SD)<br />
Tautan Makna dalam Teks<br />
Menurut Halliday (1994), teks adalah unit<br />
bahasa yang fungsional dalam konteks sosial. Teks<br />
yang fungsional memberi arti sebagai gagasan<br />
yang dapat dipahami oleh pemakai bahasa. Dengan<br />
demikian, jika satu unit bahasa mempunyai arti<br />
dalam konteks sosial, unit bahasa itu disebut teks.<br />
Menurut Sutjaja (2005:46), sebuah teks selalu<br />
terkait dengan dua tataran: (i) tataran<br />
eksralinguistik yang mencakupi tautan budaya dan<br />
situasi, dan (ii) tataran linguistik yang mencakupi<br />
segi (a) semantik dan lexicogrammar, dan (b)<br />
ekspresi yang mencakupi sistem pembunyian.<br />
Satu unit teks yang terdiri dari sejumlah<br />
klausa, disebut teks jika unit linguistik itu<br />
memiliki kohesi. Kohesi terbentuk dengan tautan<br />
makna antarklausa. Tautan dalam teks semakin<br />
erat jika alat kohesi yang digunakan semakin<br />
efektif dan intensif. Tautan makna ini akan<br />
membentuk sebuah gagasan sentral, yang mungkin<br />
dibangun dari beberapa subgagasan. Walau dalam<br />
praktik penyusunan teks digunakan alat kohesi,<br />
tetapi apabila rangkaian subgagasannya tidak utuh,<br />
teks tersebut bukanlah teks yang baik.<br />
Di samping kohesi leksikal dan kohesi<br />
gramatikal, hubungan logis sebuah teks juga<br />
ditentukan oleh tema dan rema. Ada keterkaitan<br />
rangkaian pengalaman antara pengalaman yang<br />
telah disampaikan dengan yang akan disampaikan.<br />
Dalam metafungsi bahasa, fungsi ini disebut fungsi<br />
tekstual. Menurut Saragih (2002:92), dengan<br />
tugasnya membentuk kerelevanan pengalaman<br />
dengan pengalaman lain agar membentuk satu<br />
kesatuan (oneness), fungsi tekstual berkaitan<br />
dengan lingkungan atau konteks satu pengalaman<br />
linguistik.<br />
Tema-rema adalah hubungan antara<br />
pengalaman lama dengan pengalaman baru.<br />
Pengalaman lama merupakan unsur pertama yang<br />
akan membawa ke pengalaman baru. Bagi penutur,<br />
unsur pertama ini merupakan unsur penting.<br />
Sesungguhnya, unsur pertama inilah yang akan<br />
diurai dalam sumber daya berikutnya, atau sumber<br />
daya pertama itulah yang menjadi tumpuan dalam<br />
pemunculan sumber daya berikutnya. Dengan kata<br />
lain, sumber daya berikutnya berkaitan dengan<br />
sumber daya yang pertama sekali dimunculkan.<br />
Sumber daya pertama dalam satu unit pengalaman<br />
atau klausa dalam perspektif penutur disebut tema<br />
(theme) dan sumber daya bahasa berikutnya<br />
setelah tema disebut rema (rheme). Bagi mitra<br />
tutur, karena telah berlalu, (informasi dalam) unsur<br />
pertama menjadi tidak jelas atau hilang (khususnya<br />
dalam bahasa lisan), sementara unsur yang terakhir<br />
menjadi jelas karena terakhir disampaikan dan<br />
masih dapat disimak. Dengan sifatnya sebagai unit<br />
informasi dalam satu unit pengalaman atau klausa,<br />
dari perspektif pendengar atau mitra tutur, unsur<br />
LOGAT<br />
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA <strong>Vol</strong>ume <strong>IV</strong> <strong>No</strong>. 1 <strong>April</strong> Tahun <strong>2008</strong>