10.01.2015 Views

Vol. IV No. 1 April 2008 - USUpress - Universitas Sumatera Utara

Vol. IV No. 1 April 2008 - USUpress - Universitas Sumatera Utara

Vol. IV No. 1 April 2008 - USUpress - Universitas Sumatera Utara

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Halaman 44<br />

❏ Ida Basaria<br />

progresif, misalnya holong dope ‘masih<br />

cinta’, porsea dope ‘masih percaya,<br />

margabus dope ‘masih berbohong’ atau (ii)<br />

dengan verba yang menyatakan keadaan<br />

fisik menghasilkan makna aspektualitas<br />

progresif, misalnya hassit dope ‘masih<br />

sakit’, gatal dope ‘masih gatal’, mirdong<br />

dope ‘masih pening’.<br />

Dalam bahasa Batak Toba, penggunaan<br />

kata sae ‘selesai’ dengan keempat jenis verba<br />

menghasilkan kemungkinan-kemungkinan sebagai<br />

berikut (lihat Sinaga, <strong>2008</strong>)<br />

(a) Kata sae ‘selesai’ dengan verba pungtual<br />

menghasilkan dua kemungkinan: (i)<br />

konstruksi yang tidak gramatikal, misalnya,<br />

*sae ro ‘selesai datang’, sae sahat ‘selesai<br />

tiba’, sae dungo ‘selesai bangun’, sae<br />

ponggol ‘selesai patah, sae lao ‘selesai<br />

pergi’ atau (ii) menghasilkan makna<br />

aspektualitas terminatif-iteratif, misalnya<br />

sae mamutik (eme), ‘selesai memotong’<br />

(padi), dsb.<br />

(b) Kata sae ‘selesai’ dengan verba aktivitas<br />

menghasilkan makna aspektualitas<br />

terminatif (noniteratif), misalnya sae<br />

manjaha ‘selesai membaca’, sae manurat<br />

‘selesai menulis’.<br />

(c) Kata sae ‘selesai’ dengan verba statis tidak<br />

gramatikal, misalnya, *sae huddul ’selesai<br />

duduk’, *sae jongjong ’selesai berdiri’, *sae<br />

peak ’selesai berbaring’, dsb.<br />

(d) Kata sae ‘selesai’ dengan verba statif tidak<br />

gramatikal, misalnya, *sae holong ’selesai<br />

cinta’, *sae porsea ’selesai percaya’, *sae<br />

gabus ’selesai bohong’, *sae sahit ‘selesai<br />

sakit’, *sae gatal ‘selesai gatal’, *sae<br />

mirdong ‘selesai pening’.<br />

Pada akhir penjelasannya tentang perilaku<br />

morfologis dan sintaksis subkelas verba dan<br />

implikasi semantisnya Tadjuddin (2005:77)<br />

mengemukakan bahwa selain penggunaan kata<br />

sedang dan selesai, perbedaan-perbedaan di antara<br />

keempat subkelas itu juga tampak pada<br />

pemakaiannya dengan frasa adverbial durasi, baik<br />

yang terikat/terbatas (bounded) maupun tak<br />

terikat/tak terbatas (unbounded). Dalam pemakaian<br />

bersama frasa adverbial durasi tidak terikat tipe<br />

berjam-jam, umpamanya, verba pungtual tidak<br />

gramatikal, misalnya, *berangkat/datang berjamjam,<br />

verba aktivitas sebaliknya, sepenuhnya<br />

gramatikal, misalnya menulis/membaca berjamjam;<br />

demikian pula gramatikal penggunaan frasa<br />

adverbial ini dengan verba statis, seperti<br />

duduk/berdiri berjam-jam; dengan verba statif dua<br />

kemungkinan, gramatikal, misalnya,<br />

sakit/pening,pegal berjam-jam (keadaan fisik) atau<br />

Pemarkah Keaspekan dalam Bahasa Batak Toba<br />

tidak gramatikal, misalnya, *mengerti/*percaya/*<br />

yakin berjam-jam (keadaan mental).<br />

Pemakaian bersama frasa adverbial durasi<br />

tak terikat tipe berjam-jam di dalam BBT dengan<br />

verbal pungtual misalnya tidak gramatikal, seperti<br />

ro marjom-jom ‘datang berjam-jam’, sahat<br />

marjom-jom ‘tiba berjam-jam’; verba aktivitas<br />

sebaliknya, sepenuhnya gramatikal, misalnya<br />

manjaha marjom-jom ‘membaca berjam-jam’,<br />

manurat marjom-jom ‘menulis berjam-jam’;<br />

demikian pula gramatikal penggunaan frasa<br />

adverbial ini dengan dengan verba statis, seperti<br />

jonjong marjom-jom ‘berdiri berjam-jam’, hundul<br />

marjom-jom ‘duduk berjam-jam’; dengan verba<br />

statif ada dua kemungkinan, gramatikal, misalnya<br />

mirdong marjom-jom ‘pening berjam-jam’, ngilutngilut<br />

marjom-jom ‘pegal berjam-jam’(keadaan<br />

fisik); atau tidak gramatikal, misalnya, mamboto<br />

marjom-jom ‘mengerti berjam-jam’, porsea<br />

marjom-jom ‘percaya berjam-jam’ (keadaan<br />

mental)<br />

5.2 Kata Tambah sebagai Pengungkap Makna<br />

Keaspekan BBT<br />

Kata tambah yang dimaksud dalam<br />

penelitian ini merupakan pengungkap makna<br />

keaspekan seperti yang dikemukakan oleh<br />

Poerwadarminta (1976); yang menyebutkan bahwa<br />

keaspekan dapat diungkapkan dengan jalan<br />

penggunaan kata-kata tambah yang<br />

menggambarkan sikap pembicara terhadap apa<br />

yang dikatakannya. Dalam BBT, terdapat kata-kata<br />

tambah tertentu yang menyatakan makna ragam,<br />

yang merupakan sikap pembicara terhadap<br />

tindakan atau peristiwa yang tersebut pada verba<br />

yang menjadi unsur intinya. Dalam BBT kata-kata<br />

tambah ini berdasarkan maknanya dapat<br />

digolongkan menjadi:<br />

1) Makna Ragam Kepastian: kata-kata yang<br />

termasuk dalam ragam yang menyatakan<br />

kepastian ini adalah kata tongon ‘pasti’.<br />

tontu’tentu’, torang ’jelas’, totap’tetap’,<br />

antong’memang’, saut ’jadi’<br />

Contoh: Ibana tongon ro ‘dia pasti datang’<br />

Dari contoh di atas terlihat bahwa kata-kata<br />

tambah tersebut terletak di posisi sebelum<br />

verba ro ‘datang’<br />

2) Makna Ragam Kesangsian: dalam BBT, katakata<br />

yang dapat mengungkapkan aspek yang<br />

bermakna kesangsian adalah: songon ‘seperti’,<br />

tarsongon ‘seperti’, yang diletakkan sebelum<br />

verbanya, jika diletakkan sebelum nomina,<br />

maka songon dan tarsongon bukan penanda<br />

modalitas.<br />

Contoh: Sangkul i songon dibuat<br />

nampunasa ‘cangkul itu seperti diambil<br />

pemiliknya’<br />

LOGAT<br />

JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA <strong>Vol</strong>ume <strong>IV</strong> <strong>No</strong>. 1 <strong>April</strong> Tahun <strong>2008</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!