10.01.2015 Views

Vol. IV No. 1 April 2008 - USUpress - Universitas Sumatera Utara

Vol. IV No. 1 April 2008 - USUpress - Universitas Sumatera Utara

Vol. IV No. 1 April 2008 - USUpress - Universitas Sumatera Utara

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

❏ Eddy Setia<br />

Halaman 1<br />

Klausa Kompleks dan Variannya<br />

KLAUSA KOMPLEKS DAN VARIANNYA<br />

Eddy Setia<br />

Departemen Sastra Inggris Fakultas Sastra <strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> <strong>Utara</strong> Medan<br />

Abstract<br />

The term clause complex is used in Sistemic Functional Linguistics (SFL) that refers to the<br />

grammatical and semantic unit formed when two or more clauses (nexus) are linked<br />

together in certain systematic and meaningful ways. The interdependency between one<br />

clause and another in clause complex is called taxis. The structure of taxis is relational, i.e.<br />

univariate structure. There are two kinds of univariate structure, i.e. parataxis (where<br />

clauses are joined as equal) and hypotaxis (where clauses join to a main clause through a<br />

dependency relationship). Beside parataxis and hypotaxis, the discussion goes through<br />

logico-semantic relation that consists of (1) paratactic elaboration, (2) hypotactic<br />

elaboration, (3) paratactic extension, (4) hypotactic extension, (5) paratactic enhancement,<br />

(6) hypotactic enhancement, (7) paratactic idea projection, (8) hypotactic idea projection,<br />

(9) paratactic locution projection, and (10) hypotactic locution projection. The examples of<br />

clause complex given in each item are mostly taken from court texts: Bali Bom Case I, and<br />

the rest are the writer’s intuitive ones.<br />

Key words: SFL, clause complex, interdependency, parataxis, hypotaxis, logico-semantic<br />

relation<br />

1. PENDAHULUAN<br />

Istilah klausa kompleks adalah istilah teknis yang<br />

digunakan dalam Linguistik Fungsional Sistemik<br />

(LFS) dan istilah ini (dalam satu sisi bisa) sama<br />

dengan kalimat dalam tata bahasa formal (dalam<br />

makalah ini tidak dibahas perbedaan keduanya).<br />

Halliday (2005:262) menjelaskan bahwa klausa<br />

kompleks merupakan bagian dari jenis klausa.<br />

Istilah klausa sendiri oleh Eggins (2004:255—256)<br />

dinamai klausa simpleks. Istilah klausa atau klausa<br />

simpleks setara dengan kalimat sederhana dalam<br />

tata bahasa formal dan klausa kompleks setara<br />

dengan kalimat majemuk dan kalimat kompleks.<br />

Dalam LFS ada empat metafungsi<br />

(eksperiensial/pengalaman, interpersonal, tekstual,<br />

dan logis). Metafungsi eksperiensial/pengalaman<br />

menafsirkan model pengalaman dengan status<br />

klausa sebagai representasi dan tipe struktur yang<br />

diinginkan adalah tipe struktur segmental<br />

(berdasarkan pada konstituen). Metafungsi<br />

interpersonal memerankan hubungan sosial dengan<br />

status klausa sebagai pertukaran dan tipe struktur<br />

yang diinginkan adalah bergantung pada ciri-ciri<br />

prosodik – bentuk ungkapan yang berkesinambungan.<br />

Metafungsi tekstual menciptakan hubungan<br />

dengan konteks dengan status klausa sebagai pesan<br />

dan tipe struktur yang diinginkan adalah pola<br />

kulminatif – yang paling utama ditempatkan di<br />

awal dan di akhir. Dua metafungsi (interpersonal<br />

dan tekstual) tidak berkaitan langsung dengan<br />

pembahasan dalam makalah ini. Oleh sebab itu,<br />

pembahasannya tidak secara rinci. Metafungsi<br />

logis membentuk hubungan logis dan metafungsi<br />

ini berbeda dibandingkan dengan ketiga<br />

metafungsi sebelumnya yang diwujudkan dalam<br />

klausa. Metafungsi logis diwujudkan dalam klausa<br />

kompleks – klausa yang dihubungkan bersama<br />

dengan hubungan semantik/makna logis untuk<br />

membentuk rangkaian. Hal itulah yang dinamakan<br />

jenis struktur segmental, dengan bagian-bagian<br />

konstituen yang dipisah dengan jelas diatur ke<br />

dalam suatu kesatuan, yang secara tradisional telah<br />

dijadikan sebagai norma dalam deskripsi tata<br />

bahasa, konsep ”struktur” yang sebenarnya.<br />

Contoh-contoh yang diberikan pada setiap<br />

deskripsi mengenai klausa kompleks sebagian<br />

besar dipetik dari teks peradilan (kasus bom Bali I)<br />

(tp) dan sebagian lagi berupa intuisi penulis (ip).<br />

2. BATASAN KLAUSA KOMPLEKS<br />

Klausa kompleks dibatasi sebagai unit bahasa<br />

(bukan unit tata bahasa) yang terdiri atas lebih dari<br />

satu klausa. Klausa kompleks bukan unit tata<br />

bahasa di atas klausa. Di dalam klausa kompleks<br />

terdapat klausa-klausa yang dihubungkan satu<br />

dengan lainnya dengan memakai beberapa jenis<br />

hubungan makna logis yang membangun klausa<br />

kompleks itu. Dalam klasifikasi umum, hubungan<br />

antarklausa dalam klausa kompleks terjadi dari<br />

proyeksi dan ekspansi. Proyeksi merupakan<br />

hubungan yang setara dengan kalimat langsung<br />

dan tidak langsung dalam tata bahasa formal.<br />

LOGAT<br />

JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA <strong>Vol</strong>ume <strong>IV</strong> <strong>No</strong>. 1 <strong>April</strong> Tahun <strong>2008</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!