10.01.2015 Views

Vol. IV No. 1 April 2008 - USUpress - Universitas Sumatera Utara

Vol. IV No. 1 April 2008 - USUpress - Universitas Sumatera Utara

Vol. IV No. 1 April 2008 - USUpress - Universitas Sumatera Utara

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

❏ Gustianingsih<br />

pembicara memiliki keyakinan dan pernyataan<br />

yang benar didasarkan alat indera selain alat<br />

indera penglihatan.<br />

Contoh: Saya genggein segone adhem banget.<br />

‘Saya pegang, nasi itu dingin sekali’.<br />

Kebenaran atas ucapan pembicara<br />

dibuktikan dengan menggunakan evidensialitas<br />

nonvisual yaitu dengan menggunakan tangan<br />

untuk mengetahui bagaimana kondisi nasi tersebut.<br />

Kata yang digunakan yaitu saya memberikan<br />

evidensialitas dengan cara memegang benda yang<br />

dimaksudkan oleh pembicara.<br />

Jenis-jenis Evidensialitas nonvisual:<br />

a. Auditori yaitu evidensialitas nonvisual yang<br />

menandai keyakinan pembicara akan<br />

kebenaran pernyataan berdasarkan apa yang<br />

didengar.<br />

Contoh: Kulo krungu ceritane Tamara arep<br />

pisah karo bojone.<br />

‘Saya dengar ceritanya si Tamara akan<br />

bercerai dari suaminya’<br />

Keyakinan akan kebenaran ucapan pembicara<br />

dalam informasi tersebut didasarkan atas<br />

pendengarannya. Evidensialitas yang<br />

digunakan adalah kulo krungu yang artinya<br />

saya dengar.<br />

b. Perasaan yaitu evidensialitas nonvisual yang<br />

menandai keyakinan pembicara akan<br />

kebenaran pernyataan berdasarkan apa yang<br />

dirasakan/dikira.<br />

Contoh: Tak kira mentuoku arep teka minggu<br />

isuk.<br />

‘Kupikir/kurasa mertuaku akan datang minggu<br />

besok’.<br />

Kebenaran akan ucapan pembicara dalam hal<br />

ini dibuktikan dengan perasaannya. Pembicara<br />

merasa yakin akan proposisinya karena dia<br />

sendiri yang mengalaminya. Evidensial ini<br />

diungkapkan dengan kata tak kira.<br />

c. Pikiran yaitu evidensialitas nonvisual yang<br />

menandai keyakinan pembicara akan<br />

kebenaran pernyataan berdasarkan apa yang<br />

dipikirkan.<br />

Contoh: Umur semono iku dakkira wajar, yen<br />

ndumewi pepinginan kaya kanca-kancane<br />

macak sing ngetrend, Toh olehe macak iku<br />

asile ndhapuk dadi pembantu.<br />

‘Umur sekian itu wajar apabila memiliki<br />

keinginan seperti teman-temannya berdandan<br />

mengikuti mode, berdandannya itu atas<br />

hasilnya sebagai pembantu.<br />

Kebenaran pernyataan yang diyakini<br />

pembicara dibuktikan dengan apa yang jadi<br />

pemikiran. Dalam kalimat tersebut, evidensialitas<br />

diungkapkan dengan menggunakan kata dakkira<br />

wajar ‘kewajaran pemikiran’<br />

Halaman 51<br />

Modalitas dan Evidensialitas Bahasa Jawa<br />

Anderson (1986) sebagaimana dikutip<br />

oleh Martina (2002) mengusulkan bahwa pola<br />

dasar evidensialitas harus memiliki beberapa<br />

kriteria:<br />

1. Evidensialitas menunjukkan jenis pembenaran<br />

terhadap pernyataan faktual yang diperoleh<br />

seseorang ketika membuat suatu pernyataan.<br />

2. Evidensialitas bukan predikasi (verba + objek) tetapi<br />

sesuatu spesifikasi yang ditambahkan dalam<br />

pernyataan faktual tentang sesuatu yang lain.<br />

3. Evidensialitas mempunyai indikasi bukti<br />

sebagai makna utama, bukan hanya inferensi<br />

pragmatis.<br />

4. Secara kajian morfologi, evidensialitas adalah<br />

infleksi, clitics, unsur sintaksis bebas lainnya.<br />

3. HIRARKHI EVIDENSIALITAS<br />

Ada tiga jenis hirarkhi yang digunakan dalam<br />

tipologi ebidensialitas:<br />

1. Hirarkhi kategori (taxonomi)<br />

2. Hirarkhi skala. Bentuk ini menyusun elemenelemennya<br />

menurut tingkat kriteria yang kuat.<br />

3. Hirarkhi implikasional. Bentuk ini<br />

memprediksi ada atau tidak ada elemen<br />

tertentu dalam suatu bahasa. Misalnya, jika<br />

satu bahasa mempunyai elemen X maka<br />

bahasa itu punya elemen Y.<br />

Perbedaan tipe hirarkhi biasanya untuk<br />

pemakaian yang berbeda. Taksonomi terutama<br />

menentukan hubungan sub dan subtipe<br />

diantara anggota-anggotanya dan memprediksi<br />

kombinasi makna untuk pemarkah kategori<br />

gramatikal. Skala digunakan untuk<br />

memperoleh implikatur percakapan dan<br />

menjelaskan mengapa sebuah elemen tertentu<br />

lebih disukai dari pada yang lain dalam sebuah<br />

konteks. Hirarkhi implikasi digunakan untuk<br />

memprediksi inventarisasi bahasa. Den Haan<br />

mengusulkan untuk menggunakan skala<br />

evidensialitas secara pragmatis sebagai<br />

hirarkhi implikasi.<br />

Taksonomi evidensitial dapat dilihat sbb:<br />

Diadaptasi dari Tipe Sumber Informasi Toksonomi Willet<br />

(Martina; 2002)<br />

LOGAT<br />

JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA <strong>Vol</strong>ume <strong>IV</strong> <strong>No</strong>. 1 <strong>April</strong> Tahun <strong>2008</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!