Vol. IV No. 1 April 2008 - USUpress - Universitas Sumatera Utara
Vol. IV No. 1 April 2008 - USUpress - Universitas Sumatera Utara
Vol. IV No. 1 April 2008 - USUpress - Universitas Sumatera Utara
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
❏ Mulyadi<br />
3. LANDASAN TEORI<br />
Penelitian ini menggunakan teori X-bar karena dua<br />
pertimbangan berikut. Pertama, teori X-bar<br />
bertujuan menyederhanakan struktur frasa pada<br />
bahasa-bahasa di dunia sehingga sangat tepat<br />
untuk mengungkapkan struktur FA bahasa<br />
Indonesia. Kedua, sebagai instrumen dalam tata<br />
bahasa generatif, teori X-bar belum pernah<br />
diterapkan untuk mengkaji struktur FA bahasa<br />
Indonesia.<br />
Dalam teori X-bar, semua frasa memiliki<br />
sebuah inti leksikal. Inti adalah simpul akhir yang<br />
mendominasi kata, atau proyeksi leksikal dari<br />
sebuah kategori kata (Napoli 1996:305). Inti<br />
mempunyai properti berikut. Pertama, inti<br />
memarkahi ciri kategorinya. Misalnya, inti dari FN<br />
ialah N, inti dari FA ialah A, inti dari FV adalah V,<br />
begitu seterusnya. Kedua, inti terletak satu level<br />
lebih rendah dalam hierarki X-bar daripada<br />
konstituen yang menjadi inti tersebut. Jadi, dalam<br />
hierarki X-bar, A sebagai inti dari FA terletak satu<br />
level lebih rendah dari frasanya. Kategori ini<br />
mempunyai bar kosong atau bisa pula dikatakan<br />
tanpa bar.<br />
Relasi antara kategori leksikal dan<br />
kategori frasa digambarkan dalam dua tataran<br />
proyeksi. Kedua proyeksi itu direpresentasikan<br />
pada level sintaksis. Jika sebuah kategori leksikal<br />
seperti N, V, A, atau P, yang di dalam teori ini<br />
disimbolkan dengan X, dibentuk oleh sebuah<br />
komplemen, keterangan, dan spesifier, maka<br />
komplemen yang berkombinasi dengan X akan<br />
membentuk proyeksi X-bar, keterangan yang<br />
berkombinasi dengan X-bar akan membentuk<br />
proyeksi X-bar yang lebih tinggi, dan pada level<br />
berikutnya spesifier yang berkombinasi dengan X-<br />
bar akan membentuk proyeksi maksimal X.<br />
Kategori bar, dengan demikian, adalah sebuah<br />
proyeksi X dan frasa dengan bar tertinggi ialah<br />
proyeksi maksimal dari kategori X.<br />
Relasi hierarkis dari struktur frasa<br />
tersebut dapat digambarkan di bawah ini. Simbol<br />
X merupakan pengganti dari kategori leksikal N,<br />
V, A, atau P, sementara tanda titik-titik (…) di kiri<br />
dan kanan adalah untuk pengisi komplemen,<br />
keterangan, dan spesifier yang didominasi oleh X’<br />
atau dalam level yang lebih tinggi oleh X” atau<br />
frase X.<br />
(16)<br />
X”<br />
…… X’<br />
……<br />
…… X ……<br />
Dalam skema di atas setiap kategori tidak<br />
perlu direpresentasikan tersendiri sebab sudah<br />
Halaman 23<br />
Struktur Frasa Adjektival dalam Bahasa Indonesia<br />
dicakup oleh kaidah yang ada. Dengan cara ini,<br />
struktur frasanya menjadi lebih sederhana. Apabila<br />
skema itu dilengkapi dengan komplemen,<br />
keterangan, dan spesifier, strukturnya akan<br />
menjadi skema (7) dan diagram pohonnya<br />
digambarkan pada (8).<br />
(7) X” = Spes; X’<br />
X’ = X’; Ket<br />
X’ = X; Komp<br />
(8) X”<br />
Spes X’<br />
X<br />
X’ Ket<br />
Komp<br />
Selanjutnya, dalam teori X-bar, frase<br />
adalah perangkat elemen yang membentuk suatu<br />
konstituen tanpa dibatasi oleh jumlah elemen<br />
(Radford 1981:86; Napoli 1996:50; band. Elson<br />
dan Pickett 1987:81). Sebuah frasa hanya memuat<br />
sebuah inti leksikal tanpa harus didampingi<br />
elemen-elemen lain sebagai pewatasnya.<br />
Justifikasi empiris untuk mengatakan bahwa<br />
sebuah frasa dapat terdiri atas satu kata, bukan dua<br />
kata atau lebih ialah pada latar distribusional.<br />
Maksudnya, sebuah kategori kata seperti nomina,<br />
verba, adjektiva, atau preposisi yang belum<br />
dimodifikasi akan berdistribusi sama dengan<br />
kategori frasanya. Kesamaan distribusi ini<br />
menunjukkan bahwa status kategori kata itu adalah<br />
sama dengan kategori frasanya.<br />
Perhatikanlah contoh berikut:<br />
(9) a. Perilaku mahasiswa senior itu [sangat<br />
kasar terhadap mahasiswa baru].<br />
b. Perilaku mahasiswa senior itu [kasar].<br />
(10) a. Para dosen sudah melihatnya [sangat<br />
kasar terhadap mahasiswa baru].<br />
b. Para dosen sudah melihatnya [kasar].<br />
Karena adjektiva [kasar] pada contoh di<br />
atas berdistribusi sama dengan FA [sangat kasar<br />
terhadap mahasiswa baru], status kedua kategori<br />
ini pun sama. Jadi, sebuah FA dapat dibatasi<br />
sebagai sebuah frasa yang memuat inti adjektiva,<br />
baik diberi pewatas ataupun tanpa diberi pewatas.<br />
Bukti distribusional itu memberi<br />
dukungan sintaksis yang kuat untuk menyatakan<br />
bahwa kalimat dibentuk oleh frasa yang<br />
mempunyai beberapa kategori (FN, FV, FA,<br />
FAdv, FP). Bukti sintaksis yang lain mendukung<br />
LOGAT<br />
JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA <strong>Vol</strong>ume <strong>IV</strong> <strong>No</strong>. 1 <strong>April</strong> Tahun <strong>2008</strong>