10.01.2015 Views

Vol. IV No. 1 April 2008 - USUpress - Universitas Sumatera Utara

Vol. IV No. 1 April 2008 - USUpress - Universitas Sumatera Utara

Vol. IV No. 1 April 2008 - USUpress - Universitas Sumatera Utara

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

❏ Jeladu Kosmas<br />

2.2 Jenis-jenis Preposisi dalam Bahasa Rongga<br />

Seperti dikemukakan pada bagian<br />

pendahuluan tulisan ini, bahwa bahasa Rongga<br />

merupakan bahasa isolasi, yaitu bahasa yang<br />

secara morfologis tidak memiliki pemarkah<br />

morfologis, terutama afiksasi. Karena tidak<br />

memiliki afiks, maka proses afiksasi tidak terjadi<br />

dalam bahasa ini. Karena tidak memiliki afiks,<br />

maka derivasi yang bersifat morfologis dalam<br />

bahasa Rongga, tidak terjadi. Hal ini tidak hanya<br />

terjadi pada kategori utama, seperti verba,<br />

adjektiva, nomina, dan adverbia, tetapi juga pada<br />

preposisi.<br />

Preposisi dalam bahasa Rongga dapat<br />

diklasifikasikan atas preposisi tunggal dan<br />

preposisi gabungan. Preposisi tunggal yang<br />

dimaksudkan di sini adalah preposisi yang secara<br />

morfologis hanya terdiri atas sebuah kata.<br />

Sebaliknya, preposisi gabungan adalah preposisi<br />

yang terdiri atas dua buah kata. Preposisi jenis<br />

kedua ini merupakan pemaduan atas dua macam<br />

preposisi yang unik dan khas ditemukan dalam<br />

bahasa Rongga. Preposisi tunggal bahasa Rongga<br />

mencakup preposisi one ‘di’, pai ‘ke’, dan pu’u<br />

‘dari’, seperti terlihat pada contoh kalimat (1), (2),<br />

dan (3) berikut ini.<br />

(1) Kazhi manga one mbo<br />

3TG ada di rumah<br />

‘Dia ada di rumah’<br />

(2) Ana ito ndau la’a pai lau sekola<br />

anak kecil itu pergi ke selatan sekolah<br />

‘Anak itu pergi ke sekolah’<br />

(3) Kodhe fai ndau sadho pu’u mena nua kazhi<br />

perempuan itu tiba dari timur kampung dia<br />

‘Perempuan itu datang dari kampungnya’<br />

Selain ketiga jenis preposisi tersebut di<br />

atas, dalam bahasa Rongga terdapat jenis preposisi<br />

lain yang unik. Keunikan preposisi dimaksud<br />

terletak pada adanya hubungan antara keadaan<br />

topografi lingkungan fisik Flores yang berbukitbukit<br />

dengan pilihan preposisi. Selain dengan<br />

topografi, pemilihan preposisi juga dikaitkan<br />

dengan arah mata angin. Preposisi yang terkait<br />

dengan topografi lingkungan, mencakup preposisi<br />

zheta ‘atas’ dan zhili ‘bawah’. Preposisi zheta<br />

‘atas’ digunakan untuk mengacu kepada suatu<br />

tempat yang letaknya lebih tinggi daripada tempat<br />

pembicara berada, sedangkan preposisi zhili<br />

‘bawah’ sebagai kebalikan dari preposisi zheta,<br />

digunakan untuk mengacu kepada suatu tempat<br />

yang letaknya lebih rendah daripada tempat<br />

pembicara berada. Contoh penggunaan kedua<br />

preposisi tersebut, dapat dilihat pada (4 – 7)<br />

berikut ini.<br />

Halaman 33<br />

Frasa Preposisional dan Struktur Adjung<br />

dalam Bahasa Rongga<br />

(1) Sizha sadho zheta Ruteng nembumai kombe<br />

3JM tiba atas Ruteng kemarin malam<br />

‘Mereka tiba di Ruteng kemarin malam’<br />

(2) Maju ndau paru pai zheta wolo Ndeki.<br />

rusa itu lari ke atas gunung Ndeki<br />

‘Rusa itu lari ke gunung Ndeki’<br />

(3) Mbu’e Rina zhio zhili alo wae<br />

gadis NAMA mandi bawah kali air<br />

‘<strong>No</strong>na Rina mandi di kali’<br />

(4) Mbupu ndau ndi’i zhili ndau<br />

perempuan tua itu tinggal bawah itu<br />

‘Perempuan tua itu tinggal di sana’<br />

Selain mengacu kepada tempat yang lebih<br />

rendah, seperti pada (6) dan (7), preposisi zhili<br />

juga digunakan untuk mengacu kepada suatu<br />

tempat yang sangat jauh dari tempat pembicara<br />

berada. Hal itu dapat dilihat pada contoh (8)<br />

berikut ini.<br />

(1) Ana ja’o ndi’i zhili Jakarta<br />

anak saya tinggal bawah Jakarta<br />

‘Anak saya tinggal di Jakarta’<br />

Kota Jakarta dalam contoh (8) di atas,<br />

merupakan tempat yang sangat jauh dari daerah<br />

Rongga (atau Flores pada umumnya).<br />

Yang tergolong preposisi berdasarkan<br />

arah mata angin adalah preposisi mena ‘di<br />

timur/timur’, zhale ‘di barat/barat’, lau ‘di<br />

selatan/selatan’, dan zhele ‘di utara/utara’.<br />

Keempat preposisi tersebut digunakan untuk<br />

mengacu atau menunjuk pada tempat tertentu.<br />

Preposisi mana yang digunakan, sangat tergantung<br />

pada letak tempat yang diacu. Apabila tempat yang<br />

diacu terdapat di sebelah timur dari posisi<br />

pembicara berada, maka preposisi mena menjadi<br />

pilihan; apabila tempat yang diacu terdapat di<br />

sebelah barat, maka preposisi zhale yang<br />

digunakan; kalau tempat yang diacu terdapat di<br />

utara, maka preposisi zhele yang digunakan; dan<br />

kalau tempat yang diacu terdapat di selatan, maka<br />

preposisi lau yang dipilih. Khusus untuk preposisi<br />

lau dan zhele, penentu hubungan makna keduanya<br />

adalah letak laut. Kalau laut terdapat di selatan,<br />

maka lau bisa ditafsirkan ‘selatan’, tetapi kalau<br />

laut terdapat di utara, maka lau berubah menjadi<br />

‘utara’. Jadi, apakah lau dan zhele bisa berarti<br />

utara atau selatan, itu sangat ditentukan oleh letak<br />

laut. Contoh penggunaan keempat preposisi<br />

berdasarkan arah mata angin tersebut dapat<br />

diperlihatkan pada (9 – 12) berikut ini.<br />

LOGAT<br />

JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA <strong>Vol</strong>ume <strong>IV</strong> <strong>No</strong>. 1 <strong>April</strong> Tahun <strong>2008</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!