10.01.2015 Views

Vol. IV No. 1 April 2008 - USUpress - Universitas Sumatera Utara

Vol. IV No. 1 April 2008 - USUpress - Universitas Sumatera Utara

Vol. IV No. 1 April 2008 - USUpress - Universitas Sumatera Utara

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

❏ Eddy Setia<br />

(2) 1 ///....terdakwa menerima berita dari AA al.<br />

IS...//<br />

=2 //bahwa kiriman sudah sampai/diterima di<br />

Bali ...//<br />

(1) //dan selanjutnya atas kehendak AA al.<br />

IS, //<br />

(+2) // terdakwa agar segera membawa<br />

mobil...../// (tp)<br />

Berdasarkan uraian di atas, semua<br />

struktur logis dalam bahasa dapat berwjud (a)<br />

parataksis atau (b) hipotaksis. Klausa kompleks<br />

melibatkan hubungan keduanya. Sebuah klausa<br />

kompleks yang khusus adalah berupa gabungan<br />

rangkaian parataksis dan hipotaksis. Label klausa<br />

kompleks tidak ditempatkan “di atas” klausa pada<br />

skala unit tata bahasa, tetapi pada posisi klausa<br />

berikutnya. Hal itu terjadi dikarenakan oleh<br />

hubungan antara dua klausa dalam sebuah klausa<br />

kompleks tidak dianggap menjadi hubungan<br />

konstituen, tetapi sebagai “struktur logis”<br />

(Halliday, 1985:193). Klausa kompleks bersifat<br />

relasional, yaitu struktur yang bersifat “univariat”.<br />

Halliday (2004:385) mendeskripsikan<br />

bahwa sebuah struktur univariat merupakan suatu<br />

iterasi hubungan fungsional yang sama. Misalnya,<br />

dan dalam contoh berikut ini.<br />

(3) 1 /// Saksi bersedia menjadi saksi//,<br />

+2 //dan disumpah menurut agama Islam///<br />

(tp)<br />

Konjungsi dan membentuk hubungan<br />

logis semantik yang memposisikan kebersediaan<br />

menjadi saksi dan sekaligus disumpah. Struktur<br />

univariat digunakan dalam memerikan makna logis<br />

dan struktur multivariat dalam memerikan makna<br />

pengalaman, interpersonal, dan tekstual. Akan<br />

tetapi, dari beberapa kasus yang diperoleh hanya<br />

makna pengalaman yang secara ideal cocok bagi<br />

representasi multivariat. Konsep univariat dan<br />

multivariat menunjukkan bahwa penyusunan<br />

struktur model makna logis berbeda dari<br />

karakteristik model makna metafungsi lainnya. Di<br />

sini yang perlu diperhatikan adalah struktur<br />

univariat yang dibentuk dari sejumlah kecil<br />

hubungan semantik logis, seperti eksemplifikasi,<br />

penambahan, dan sikuen waktu. Pada semua<br />

struktur univariat, unit-unit dihubungkan dengan<br />

cara ini’ yaitu saling bergantung; tetapi dua<br />

tingkatan kesalingtergantungan ini berevolusi<br />

menjadi parataksis dan hipotaksis. Hal itulah yang<br />

menimbulkan perbedaan dalam sistem taksis.<br />

3.2 Hipotaksis<br />

Seperti telah diungkapkan sebelumnya, hipotaksis<br />

adalah unsur yang mengikat status yang tidak<br />

sama. Unsur yang dominan bebas, tetapi unsur<br />

yang terikat tidak. Pola dasar itu bisa dimodifikasi<br />

dengan sifat hubungan logis semantik, misalnya<br />

Halaman 3<br />

Klausa Kompleks dan Variannya<br />

kutipan sebagai suatu hubungan parataksis dengan<br />

nyata taksimetris. Misalnya, (4) ‘JPU<br />

berpendapat, kutipan: terdakwa bersalah’. Contoh<br />

(4) tidak dapat dikatakan ulang seperti, (5)<br />

*‘terdakwa bersalah, kutipan: JPU berpedapat’.<br />

Bilamana hal itu secara logis memungkinkan,<br />

hubungan semantik yang diberikan akan<br />

menjadikan simetris dan transitif dalam kombinasi<br />

dengan parataksis, tetapi bukan dalam kombinasi<br />

dengan hipotaksis. Misalnya, hubungan dan<br />

dengan hipotaksis diungkapkan dengan struktur<br />

seperti di samping ditambah klausa bukan finit,<br />

dan memperjelas bahwa.<br />

(6) /// di samping menjalani hukuman //<br />

// terdakwa juga harus membayar denda///<br />

(ip)<br />

Contoh (6) bukan berarti bahwa,<br />

(7) /// di samping membayar denda //<br />

//dia juga harus menjalani hukuman /// (ip)<br />

Konjungsi bisa digunakan untuk<br />

memarkahi hubungan klausa, baik dalam<br />

parataksis maupun hipotaksis; tetapi perbedaan<br />

kelas konjungsi harus digunakan. Dengan<br />

parataksis, penghubung digunakan, tetapi hanya<br />

ketika hubungan semantik logis merupakan satu<br />

ekspansi (misalnya dan, atau, tetapi/namun<br />

[contoh 8]).<br />

parataksis: penghubung [1 +2]<br />

(8a) 1 /// Selesaikan draf tuntutan secepatnya<br />

//<br />

+2 // dan serahkan ke pengadilan akhir<br />

bulan ini /// (ip)<br />

(8b) 1 /// Pengertian… “JIHAD FI<br />

SABILILLAH”...<br />

seringkali<br />

disalahartikan...//<br />

+2 // namun di sisi lainnya…. tinggi<br />

maknanya…/// (tp)<br />

Penghubung juga bisa memberikan fungsi<br />

kohesif. Dengan hipotaksis, pengikat digunakan<br />

dalam lingkungan proyeksi (seperti bahwa, apakah<br />

[contoh 9]) dan ekspansi (seperti pada saat/ketika,<br />

sementara, sebab, sejak, jika/kalau, walaupun<br />

[contoh 10) dan juga dalam kasus klausa bukan<br />

finit, preposisi konjungtif (seperti setelah,<br />

sebelum, dikarenakan, meskipun [contoh 11]).<br />

Baik parataksis maupun hipotaksis bisa melibatkan<br />

konjungsi korelatif, dalam hal ini konjungsi kedua<br />

memarkahi klausa pertama, misalnya pemarkah<br />

konjungtif (contoh 12-13).<br />

hipotaksis: pengikat, preposisi konjungtif [α ”β]<br />

(9a) α /// JPU telah mengajukan kontra<br />

memori banding yang pada intinya<br />

berpendapat//<br />

LOGAT<br />

JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA <strong>Vol</strong>ume <strong>IV</strong> <strong>No</strong>. 1 <strong>April</strong> Tahun <strong>2008</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!