10.01.2015 Views

Vol. IV No. 1 April 2008 - USUpress - Universitas Sumatera Utara

Vol. IV No. 1 April 2008 - USUpress - Universitas Sumatera Utara

Vol. IV No. 1 April 2008 - USUpress - Universitas Sumatera Utara

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

❏ Gustianingsih<br />

proposisinya. Evidensialitas yang paling rendah<br />

adalah bukti pembenaran ucapan pembicara yang<br />

didasarkan pada laporan atau perkataan orang<br />

lain.Dikatakan demikian karena pembicara tidak<br />

dapat mengontrol kebenaran informasi yang<br />

diberikan oleh lawan bicara secara seratus persen.<br />

Penutur harus mampu melakukan pilihan<br />

kata yang menyatakan kadar kemungkinan dari<br />

tuturan yang disampaikan. Ukuran atas<br />

kemugkinan terjadinya makna yang diucapkan<br />

adalah bergantung kepada arti yang diturunkan<br />

dari makna bentuk dasar kata tersebut. Sebelum<br />

bukti modal yang digunakan belum dapat dipenuhi<br />

kebenarannya, maka tuturan yang disampaikan<br />

pembicara baru hanya merupakan prediksi saja.<br />

Modalitas epistemik mempunyai salah<br />

satu dari ketiga ciri semantik sebagai berikut: (1)<br />

Diperkirakan dengan memakai modal will dan<br />

would (2). Dipertimbangkan dengan menggunakan<br />

modal can, could, may, dan might; dan (3).<br />

Berkeharusan dengan menggunakan modal msut,<br />

need, not need to, not have to.<br />

Berdasarkan contoh tersebut di atas dapat<br />

kita pahami bahwa sistem modalitas menimbulkan<br />

suatu ekspresi yang mcmiliki hirarkhi kebenaran<br />

dari aktualisasi suatu pesan.<br />

Makna modalitas epistemik dapat<br />

tergambar melalui prediksi penutur yang<br />

dituangkan melalui suatu implikatur dalam makna<br />

dasar dan kadar tingkat kebenaran atas buktinya.<br />

Modalitas epistemik dapat juga dikatakan sebagai<br />

hubungan makna sesuai dengan tingkat kebenaran<br />

pemyataan penutur sesuai unsur pilihan modalisasi<br />

yang sudah kita ketahui. Modalitas epistemik<br />

keharusan harus kita ukur dari bukti kebenaran<br />

makna ujaran hingga tidak tcrbuktinya atau<br />

gagalnya pesan tersebut. Sebagai contoh dapat kita<br />

lihat pada pesan yang berbunyi 'The gods must be<br />

crazy' Pesan ini boleh saja diinterpretasikan benar,<br />

tetapi bila diinterpretasikan bahwa god adalah<br />

bijaksana, maka tingkat kebenaran adalah salah.<br />

Modalitas epistemik kemungkinan ialah mengukur<br />

sejauh mana kemungkinan pcrnyataan itu<br />

lercapai,juga tergantung kepada fakta menurut<br />

pilihan kata dan unsur modal yang digunakan<br />

dalam pesan tersebut.<br />

Inferensi merupakan cara yang digunakan<br />

oleh penutur sebagai evidensialitas kebenaran<br />

tuturannya, demikian juga halnya dengan<br />

modalitas epistemik. Nampaknya, kedua istilah ini<br />

saling overlup, sehingga sulit bagi kita<br />

membedakan yang mana sebagai modalitas<br />

episternik atau evidcnsialitas.<br />

4. KESIMPULAN<br />

Berdasarkan analisis yang dilakukan dalam<br />

penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai<br />

berikut:<br />

Halaman 53<br />

Modalitas dan Evidensialitas Bahasa Jawa<br />

2. Cara pengungkapan modalitas dalam bahasa<br />

Jawa adalah secara intensional, epistemic,<br />

deontik dan dinamis.<br />

3. Kata yang digunakan sebagai pengungkap<br />

modalitas dalam bahasa Jawa adalah:<br />

a. Modalitas epistemik:<br />

1) Kemungkinan: saged, bisa,<br />

mengkogek, bisa wae, menawa,<br />

mbok menawa, menawi.<br />

2) Keteramalan: bakal (ng), badhe (kr)<br />

akan, sajak (e), seperti, (a) yake,<br />

jarane, katanya, kemungkinannya.<br />

3) Keharusan: kudu (ng), kedah (kr)<br />

harus, perlu, mestine (ng),<br />

temtunipun (kr), seharusnya.<br />

4) Kepastian: pancen (ng), panci (kr),<br />

temenan (ng), saestu (kr), sida (ng),<br />

cetha (ng), jelas, yakin (ng)<br />

b. Modalitas deontik:<br />

1) Izin: oleh wae, kena, percaya, pareng<br />

jare, tetelo (ng), ternyata.<br />

2) Perintah: kudu, cukup dhawuhake<br />

c. Modalitas dinamis: Menyatakan<br />

kemampuan dengan kata, bisa-bisa wae.<br />

4. Jenis-jenis modalitas dalam bahasa Jawa<br />

adalah modalitas intensional, modalitas<br />

deontik, dan modalitas dinamis.<br />

5. Tipologi evidensialitas dalam bahasa Jawa<br />

adalah:<br />

a. Evidensialitas sensoris<br />

b. Evidensialias visual<br />

c. Evidensialias non visual<br />

d. Evidensialis auditoris<br />

6. Hirarki evidiensialis adalah:<br />

a. Visual<br />

b. <strong>No</strong>n-visual<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Alwi, Hasan, Soenj ono Dardjowidjojo, Hans<br />

Lapoliwa, dan Anton M.Moeliono (2000).<br />

Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, Edisi<br />

ketiga. Jakarta:Balai Pustaka.<br />

Anderson, Lloyd B. 1986. Evidentials,paths of<br />

change and mental maps: Typologi Cally<br />

reguler asymmetries. In W.Chape and<br />

J.Nichols(eds),Evidentiality: The Lenguistic<br />

coding of Epistemology,273-312. <strong>No</strong>rwood:<br />

Ablex Publishing Cor Poration.<br />

Bach, Kent. 2002. “Semantic, Pragmatic. Meaning<br />

and Truth: 284-292<br />

Barnes, Janet. 1998. Evidentials in the Tuyuca<br />

verb. International Journal of Americans<br />

Linguistics 50:255-271<br />

LOGAT<br />

JURNAL ILMIAH BAHASA DAN SASTRA <strong>Vol</strong>ume <strong>IV</strong> <strong>No</strong>. 1 <strong>April</strong> Tahun <strong>2008</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!