dan permintaan lokal sangat dibatasi olehpengeluaran per kapita yang rendah, makaupaya-upaya untuk mengembangkan sektorpertanian harus memfokuskan pada eksporke pasar-pasar non-lokal baik di Indonesiamaupun di luar negeri. Hal ini menunjukkanperubahan nyata dalam pendekatanpemerintah saat ini pada pemberian dukunganbagi pertanian, yang sangat berorientasipada sisi persediaan (supply).• Selain itu, berbagai kebijakan dan programharus ditentukan oleh permintaan eksternaldan bertujuan untuk memungkinkan paraprodusen lokal untuk bersaing dengan baikdi pasar-pasar tersebut. Peningkatan produksisaja tidaklah cukup. Perhatian jugaharus diberikan terhadap peningkatan kualitasproduksi dan pemenuhan kebutuhankhusus para pembeli.• Tanpa pemahaman yang jelas tentang berbagaiimplikasi perubahan struktural yangterjadi dalam perekonomian Aceh, upayaupayauntuk menciptakan lapangan kerjadan usaha-usaha kecil akan sangat tidakefektif.• Sebagian besar program yang mendukungmata pencaharian di Aceh, khususnya program-programyang diluncurkan selama upayapemulihan besar-besaran, difokuskanterutama pada pemberian kredit, kadangkadanghibah, dan pendampingan teknisterutama bagi manajemen bisnis. Evaluasiprogram-program ini hampir selalu menyatakankeberhasilan, sebagaimana ditunjukkanoleh peningkatan usaha yang dicapaioleh para penerima.• Akan tetapi, beberapa evaluasi membandingkanpenerima dengan kelompok kontrolnon-penerima. Studi yang telah memasukkankelompok kontrol menyatakan bahwabanyak orang melaporkan kehilanganusaha, dan memperingatkan bahwa ada resikodari program-program tersebut yangbersifat menang kalah (zero sum), artinyakeuntungan yang diperoleh oleh beberapaorang akan disertai dengan kerugian yangdialami oleh beberapa orang lainnya.• Resiko ini lebih kecil dari sebuah resiko dalamkeadaan luar biasa, misalnya sebagaiakibat langsung dari bencana-bencana besarseperti tsunami, dimana permintaan sementaramelebihi penawaran. Tetapi resiko tersebutmeningkat lagi ketika produksi berangsur-angsurpulih ke tingkat sebelum bencana.• Mengapa harus begitu? Sangat sederhana,karena sebagian besar usaha kecil keluargabersaing di pasar lokal yang terbatas. Halini secara khusus terjadi di sektor jasa, misalnyapada kafe, restoran, toko kelontong,toko reparasi dan panti kecantikan, tetapijuga berlaku untuk beberapa petani danprodusen produk-produk makanan, dengankata lain mereka yang melayani konsumen dilingkungan setempat atau daerah pasar.• Sebagaimana ditekankan di tingkat makro,pelajaran di sini adalah bahwa programprogramyang mendukung petani, nelayan,usaha kecil dan bentuk-bentuk mata pencaharianlainnya, harus mempertimbangkanbatas-batas permintaan lokal dan mencarikesempatan-kesempatan yang mungkin dipasar-pasar lebih jauh. Di tingkat provinsi,ini berarti di luar Aceh, khususnya bagi penanamdan pengolah komoditas pertanian.• Sebagaimana ditunjukkan oleh proyekAPED (lihat di bawah), strategi yang tepatuntuk melakukan ini adalah dengan memperkuatrantai pasokan yang menghubungkanprodusen lokal dengan pasar non-lokalmelalui kemitraan usaha yang melibatkanprodusen, pengolah, eksportir dan importer.Implikasi terhadap Pemberdayaan Masyarakat.Di masa lalu, banyak pemerintah daerahdi Indonesia telah berusaha untuk melakukaninisiatif pengembangan ekonomi sendiri, tetapidengan keberhasilan yang berbeda-beda.Investasi pemerintah dalam program-programekonomi seringkali terbukti sangat tidak efektif,seperti program kredit mikro, subsidi untukpemakaian produksi dan khususnya tempattempatindustri yang kosong selama bertahuntahun.Meskipun pemerintah dapat dan sebaiknyamemainkan peran penting sebagaifasilitator dan koordinator, tetapi mereka tidakmenciptakan pengusaha-pengusaha yang baik.Orang-orang yang paling memahami berbagaikendala dan kesempatan yang dihadapi dalampertumbuhan ekonomi, dan memiliki posisiterbaik untuk mempromosikan pertumbuhantersebut, adalah mereka yang mencari nafkahdari kegiatan-kegiatan ekonomi, yaitu pengusahabesar dan kecil.Rekomendasi: Hal ini menyerukan aksiaksiuntuk memberdayakan komunitas bisnisguna melakukan kerja sama secara lebih efektifdengan pemerintah dalam menentukan kebijakandan prioritas bagi pengembangan ekonomi.Laporan Pembangunan Manusia Aceh <strong>2010</strong> 79
Dua inisiatif telah diluncurkan di Aceh danmemberikan contoh-contoh tentang bagaimanapengembangan ini dapat dicapai. Dengan pendanaandari IFC, Forum Bisnis Aceh yang ditetapkanpada tahun 2008 sebagai platform untukmeningkatkan dialog antara pemerintahdan sektor swasta mengenai hal-hal yang berkaitandengan pengembangan ekonomi dan kegiatanusaha di Aceh. Kelompok-kelompokyang beranggotakan para wakil dari pemerintahdan komunitas bisnis bertemu secara terpisahpertama kali, dan kemudian berkumpul bersama-samasecara berkala untuk berbagi berbagaigagasan dan proposal. Konsep ini dikembangkanberdasarkan pengalaman IFC dinegara-negara lain, yang telah diperluas untukmemasukkan sub-kelompok yang mewakili sektormasing-masing seperti perdagangan, pertanianinfrastruktur, dan pariwisata.Model kedua dapat ditemukan dalam proyekAPED (Kerjasama untuk PembangunanEkonomi Aceh) yang telah didukung oleh<strong>UNDP</strong> sejak pertengahan tahun 2006 dengandana dari Fasilitas Dukungan Desentralisasidan kemudian Kantor Penanggulangan danPemulihan Krisis di Jenewa. PendekatanAPED didasarkan pada pemilihan komoditaskomoditaslokal dengan potensi yang kuat un-Kotak 4 Forum Kopi APED 42Forum Kopi pada awalnya diluncurkan oleh <strong>UNDP</strong> dan pihak-pihak lain pada bulan September 2005 sebagaibagian dari program Tanggap Darurat dan Pemulihan Transisional (ERTR), dan telah didukung oleh APED sejakpertengahan tahun 2006. Selama ini, Forum tersebut hanya memfokuskan pada kopi arabika yang ditanamterutama di tiga kabupaten di Aceh Bagian Tengah - Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues. Jika danatersedia, proyek ini dapat dikembangkan untuk mencakup kabupaten-kabupaten yang menanam kopi robusta.Forum bertemu kira-kira dua kali setahun dan meliputi wakil-wakil dari kelompok tani, koperasi kopi, pengolah,eksportir, departemen pemerintah, lembaga riset, lembaga keuangan, LSM, donor dan pihak-pihak yang berkepentinganlainnya. Setiap dua tahun, peserta forum memilih anggota dan ketua Komite Eksekutif, yang saat iniberjumlah dua belas orang. Forum ini bertemu secara formal sekitar sekali sebulan dan secara informal jikadiperlukan. Pada tahun 2008, Forum tersebut menetapkan diri secara resmi sebagai badan hukum dengan aturannyasendiri dan memperoleh dukungan teknis dari tim proyek APED yang ada di Bappeda Provinsi di Banda Aceh.Sejak pembentukannya, Forum Kopi telah melakukan sejumlah inisiatif yang meliputi:• Persiapan dan distribusi 1000 salinan petunjuk pembuatan, pengolahan, dan pemasaran kopi arabika Aceh, dimanaIFC (International Financial Corporation/Korporasi Keuangan Internasional) merencanakan untuk merevisi penggunaanpetani kopi secara nasional.• Riset yang mengarah pada identifikasi varietas kopi yang paling disukai oleh para pembeli internasional, yang telahmenarik dana pemerintah untuk mendapatkan sertifikasi formal dari Kementerian Pertanian.• Pengenalan sistem untuk memberikan informasi tentang harga-harga pasar lokal kepada para petani kopi denganmenggunakan pesan-pesan teks yang disampaikan melalui ponsel.• Kerja sama dengan proyek SSPDA <strong>UNDP</strong> untuk distribusi 37.600 peralatan dan perlengkapan pertanian kepadakoperasi kopi dan 11.846 petani, yang sebagian besar dari mereka adalah korban konflik dan pengungsi yang telahkembali ke desa-desa mereka.• Pembentukan Komite untuk Melindungi Kopi Gayo, yang telah menyiapkan dokumen-dokumen untuk melindunginama “Gayo” sebagai Indikasi Geografi untuk kopi yang ditanam di daerah pegunungan Gayo Aceh. Indikasi geografiini sedang diupayakan di forum internasional oleh Direktur Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Jakarta.• Sebuah program untuk memberikan hibah sebesar US $ 100.000 kepada kelompok-kelompok usaha yang terdiri daripetani, koperasi, pengolah, eksportir dan LSM untuk tujuan memperkuat rantai pasokan pasar untuk kopi, yangtelah menghasilkan peningkatan kualitas produksi dan peningkatan penjualan dan pendapatan yang besar bagi parapetani lokal.• Peningkatan partisipasi perempuan dalam berbagai kegiatan proyek termasuk kursus pelatihan lapangan bagi parapetani dan pemilihan mereka untuk Komite Eksekutif Forum.• Sukses awal dalam mengatasi perlawanan lembaga-lembaga keuangan lokal untuk memberikan pinjaman kepadakoperasi petani dan usaha swasta bagi produksi pertanian dan perdagangan.• Mobilisasi dukungan dari para donor, sektor swasta dan khususnya pemerintah daerah untuk berbagai kegiatanForum.Seperti dapat dilihat, Forum Kopi memberikan contoh yang sangat baik tentang apa yang dapat dicapai melalui pemberdayaanpihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder) untuk bekerja sama dengan pemerintah dalam memajukanpembangunan ekonomi. Forum ini telah menarik perhatian luas dari pemerintah dan komunitas bisnis di seluruh provinsi,dan banyak kabupaten lainnya telah menyatakan keinginan mereka untuk membentuk forum yang serupa bagisektor-sektor lainnya. 3980Laporan Pembangunan Manusia Aceh <strong>2010</strong>
- Page 1 and 2:
LAPORAN PEMBANGUNAN MANUSIAACEH 201
- Page 3 and 4:
ISBN: 978-602-96539-3-9Naskah:Badan
- Page 5 and 6:
Kata Pengantar dari Gubernur AcehAs
- Page 7 and 8:
akhir Laporan Pembangunan Manusia A
- Page 9 and 10:
pejuang telah menyebabkan gesekan d
- Page 11 and 12:
kapita menunjukkan bahwa masyarakat
- Page 13 and 14:
sementara terjadi peningkatan pada
- Page 15 and 16:
xivLaporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 17 and 18:
BAB 3. Akses ke Layanan Publik 333.
- Page 19 and 20:
GAMBAR3.4 Tabel ringkasan Indikator
- Page 21 and 22:
AkronimACMUAFRAHAHDRAHAPEDARIBappen
- Page 23 and 24:
xxiiLaporan Pembangunan Manusia Ace
- Page 25 and 26:
2Laporan Pembangunan Manusia Aceh 2
- Page 27 and 28:
katkan kualitas hidup bagi semua or
- Page 29 and 30:
perempuan dalam hal harapan hidup,
- Page 31 and 32:
8Laporan Pembangunan Manusia Aceh 2
- Page 33 and 34:
10Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 35 and 36:
Gambar 2.1KOTA SABANGBANDA ACEHINTE
- Page 37 and 38:
orang, Aceh Barat (53.000), dan Ace
- Page 39 and 40:
Gambar 2.2 Indeks Pembangunan Manus
- Page 41 and 42:
Gambar 2.4 Angka kemiskinan menurut
- Page 43 and 44:
pertumbuhan akan terus menurun sete
- Page 45 and 46:
semua kabupaten secara konsisten me
- Page 47 and 48:
Tabel 2.5Keseluruhan peringkat kabu
- Page 49 and 50:
juang GAM tetap tinggi, program rei
- Page 51 and 52: endah. Kekurangan pelaporan tentang
- Page 53 and 54: indikator tersebut secara umum menu
- Page 55 and 56: 32Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 57 and 58: 34Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 59 and 60: Gambar 3.1 Indikator Perumahan dan
- Page 61 and 62: Gambar 3.2 Indikator Pendidikan di
- Page 63 and 64: Gambar 3.510.08.06.04.02.00.0Rata-r
- Page 65 and 66: Untuk menentukan kabupaten mana saj
- Page 67 and 68: pendidikan. Pada tahun 2008, Aceh m
- Page 71 and 72: Gambar 3.10 Angka Kematian Bayi men
- Page 73 and 74: Gambar 3.11 Imunisasi Anak Balita m
- Page 75 and 76: terlihat melalui jumlah dalam baris
- Page 77 and 78: kepada Puskesmas bagi biaya operasi
- Page 79 and 80: sengketa perbatasan karena kehilang
- Page 81 and 82: kepemilikan tanah, meskipun dalam p
- Page 83 and 84: 60Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 85 and 86: 62Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 87 and 88: Gambar 4.1 Saham Minyak dan Gas dal
- Page 89 and 90: sebesar 1 persen pada pertumbuhan e
- Page 91 and 92: luaran per kapita memberikan hasil
- Page 93 and 94: Tabel 4.7 Tingkat relatif PDRB per
- Page 95 and 96: Gayo Lues (4,3 persen), Aceh Tengah
- Page 97 and 98: tetapi mengalami sedikit penurunan
- Page 99 and 100: Gambar 4.9 Kesenjangan Kota-Desa da
- Page 101: pasar karbon global. Meskipun dokum
- Page 105 and 106: 82Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 107 and 108: 84Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 109 and 110: (PAAS). Pada bulan Desember 2006, u
- Page 111 and 112: Bagi banyak orang, keputusan-keputu
- Page 113 and 114: oleh masukan dari para ahli teknis,
- Page 115 and 116: • Pemberdayaan masyarakat memerlu
- Page 117 and 118: seluruh desa di provinsi tersebut.
- Page 119 and 120: 96Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 121 and 122: Gambar 6.1Pendapatan Pemerintah Pro
- Page 123 and 124: Gambar 6.2 IPM dan Pendapatan Fiska
- Page 125 and 126: Tabel 6.1Alokasi Pengeluaran Publik
- Page 127 and 128: Tabel 6.2 Pengeluaran per Kapita me
- Page 129 and 130: 6.3. Pengeluaran menurut KabupatenS
- Page 131 and 132: da kuadran kiri atas Gambar 6.6), m
- Page 133 and 134: merlukan dukungan teknis dari luar
- Page 135 and 136: 112Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 137 and 138: masyarakat miskin, tetapi banyak or
- Page 139 and 140: forum-forum partisipatif, dan menyi
- Page 141 and 142: Di tingkat mikro:• Memperluas aks
- Page 143 and 144: • Meningkatkan kesempatan untuk p
- Page 145 and 146: adil ke layanan-layanan ini di daer
- Page 147 and 148: 124Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 149 and 150: Lampiran A: Tabel 2.1 Jumlah dan Pr
- Page 151 and 152: Lampiran A: Tabel 2.3: Prosentase K
- Page 153 and 154:
Lampiran A: Tabel 2.5 IKM menurut K
- Page 155 and 156:
Lampiran A: Tabel 3.2 Indikator Pen
- Page 157 and 158:
Lampiran A: Tabel 3.4 Harapan Hidup
- Page 159 and 160:
Lampiran A: Tabel 3.6 Indikator Pel
- Page 161 and 162:
Lampiran A: Tabel 4.2 Indikator Pek
- Page 163 and 164:
Lampiran A: Tabel 5.1 Partisipasi p
- Page 165 and 166:
Lampiran A: Tabel 6.2 Rata-rata Pen
- Page 167 and 168:
Lampiran B: Tabel 2. Indeks Pembang
- Page 169 and 170:
Lampiran B: Tabel 4. Indeks Kemiski
- Page 171 and 172:
Lampiran B: Tabel 6. Indeks Pembang
- Page 173 and 174:
Lampiran B: Tabel 8. Indeks Kemiski
- Page 175 and 176:
Lampiran B: Tabel 10. Partisipasi S
- Page 177 and 178:
Lampiran B: Tabel 12A. Kinerja Pere
- Page 179 and 180:
Lampiran B: Tabel 13. Kondisi Tenag
- Page 181 and 182:
31 Angka-angka Susunas Susenas yang
- Page 183 and 184:
160Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 185 and 186:
angka-angka tidak sahih (valid) yan
- Page 187 and 188:
atau Rp 1.500 per kapita perhariTin
- Page 189 and 190:
UPG dihitung sebagai berikut:UPG =