puti ketentuan-ketentuan tentang: Dewan PerwakilanRakyat Aceh (DPRA), pembentukanPengadilan HAM dan Komisi Kebenaran danRekonsiliasi, pendirian partai-partai politik lokal,lembaga adat dan pasal singkat 231 yangmelindungi hak-hak perempuan dan anak-anak.Seperti provinsi-provinsi lainnya, tanggungjawab terhadap penyusunan peraturan daerahyang baru dan direvisi, yang di Aceh dikenalsebagai qanun, terletak pada dewan perwakilanrakyat daerah, di Aceh disebut DPRA. Sepertihalnya di tempat lain di Indonesia, sebagianbesar anggota DPRA tidak memiliki pendidikandan pengalaman yang memadai di pemerintahan.Mereka memiliki pengetahuan yangterbatas tentang hukum nasional dan konstitusi,dan berubah setelah setiap pemilu. Di Aceh,para komentator melakukan pengkajian bahwalebih dari sembilan puluh persen anggotaDPRA tidak mempunyai pengetahuan dasartentang proses penyusunan peraturan hukum(legal drafting), sebuah masalah yang dipersulitdengan pengenalan “ketentuan-ketentuanagama yang tidak praktis” ke dalam undangundangyang dibuat oleh para ahli hukumsyariah dan ulama-ulama Aceh.Sistem peradilan syariah di Aceh dikembangkansejak abad keenam belas, meskipunPengadilan Syariah hanya diakui di Provinsitersebut oleh Pemerintah Nasional pasca-penjajahanpada tahun 1957 melalui UU No. 29/1957. Sementara undang-undang nasionaldengan jelas menyatakan bahwa hukum syariahdi Aceh hanya berlaku bagi umat Islam, qanunprovinsi yang diudangkan kemudian tidakmenegaskan kembali persoalan ini, dan UUPAmemasukkan sebuah artikel membingungkanyang menyatakan bahwa non-Muslim akantunduk pada hukum syariah jika melakukanpelanggaran-pelanggaran tertentu. Non-Muslim,termasuk Cina, India dan, baru-baru ini,masyarakat (kemanusiaan) internasional diAceh telah menentang ketentuan ini.Di Indonesia, istilah adat secara budaya danetnis mengacu pada bentuk-bentuk khusus hukum(hukum adat) atau kebiasaan. Hukumini merupakan kumpulan aturan-aturan yangtidak dibukukan tentang perilaku atau sistem“kepemimpinan dan tata kelola masyarakat”,yang diberlakukan dengan sanksi sosial, digunakanantara lain untuk menyelesaikan sengketa.Adat terdiri dari norma-norma kehidupan,yang dihormati dan diakui oleh masyarakat,dan berfungsi sebagai kode etik masyarakat. DiAceh saat ini, hukum adat juga merupakan simbolotonomi daerah, meskipun praktek dan ritualadat berbeda-beda, khususnya di seluruhkelompok etnis. Perda No. 7 / 2000 mengakuilembaga-lembaga adat yang berbeda, hukumdan adat di tingkat desa, selama hukum danadat tersebut tidak bertentangan dengan hukumsyariah. Selain itu, perundang-undangannasional harus lebih diutamakan daripadahukum adat jika terjadi pertentangan.Kotak 1Proyek Peradilan AcehProyek Peradilan Aceh (AJP) <strong>UNDP</strong> berkontribusiterhadap perbaikan sistem peradilan (adat) informalmelalui sebuah karya inovatif dengan Majelis AdatAceh tentang pedoman peradilan adat dan pelatihantokoh adat. Proyek Peradilan Aceh merupakansumber wacana penting tentang isu-isu hukum dankebijakan publik di Aceh. Proyek ini memberikan sebuahforum netral bagi dialog di Aceh tentang isu-isukebijakan publik yang penting dan kontribusi berhargabagi pembentukan kebijakan publik di Aceh.Kegiatan-kegiatan untuk mendukung konsultasi berbagaipemangku kepentingan (stakeholder) tentangmekanisme keadilan transisional telah menunjukkanrelevansi kebijakan dan memfasilitasi komunikasi dankoordinasi antara pemerintah provinsi dan pemerintahpusat, serta antara pemerintah dan masyarakatsipil. 193.4.2 Keluhan-Keluhan UmumSelain keluhan-keluhan yang biasanya timbuldalam masyarakat sipil, konflik dan bencanaalam mengakibatkan ketidakadilan hebat yangperlu ditangani dan peningkatan jumlah sengketa.Karena banyak dari keluhan-keluhan inimelibatkan perempuan, orang-orang miskindan orang-orang yang kurang beruntung lainnya,adalah penting agar akses warga ke keadilanditingkatkan. Saluran yang mereka pilih untukmenangani keluhan-keluhan mereka harus dapatmenyelesaikan keluhan-keluhan tersebutsecara adil dan efektif. Dengan cara ini, rakyatAceh dapat merasakan bahwa mereka benarbenarmendapatkan manfaat dari hasil perdamaiandan pembangunan.Berbagai keluhan keadilan umum yang diidentifikasidi daerah-daerah yang terkena dampakkonflik meliputi: pelanggaran HAM, pencuriandan perusakan harta benda, kehancuranmata pencaharian, pengungsian, kekerasan terhadapperempuan dan sengketa tanah (khususnyabagi orang-orang yang kembali). Keluhankeluhanumum yang diidentifikasi di daerahdaerahyang terkena dampak tsunami meliputikurangnya perumahan, klaim tanah danLaporan Pembangunan Manusia Aceh <strong>2010</strong> 55
sengketa perbatasan karena kehilangan dokumen,sengketa warisan, kurangnya bantuan bagianak-anak yatim piatu, kekerasan dalam rumahtangga terhadap perempuan dan ketimpangandistribusi bantuan (karena diskriminasi, distribusiyang tidak adil dan korupsi).3.4.3 Hambatan KeadilanMeskipun terdapat sistem hukum untuk menyelesaikansengketa, tetapi pada dasarnya banyakhambatan mencegah orang untuk mengajukanklaim dan mendapatkan hasil yang adil.Salah satu masalah umum adalah kurangnyakesadaran terhadap opsi dan prosedur hukum.Berbagai studi menyatakan bahwa sebagianbesar orang-orang Indonesia, khususnya merekadengan sedikit atau tanpa pendidikan formal,tidak mengetahui hukum-hukum yangrelevan bagi mereka. Selain itu mereka jugatidak mengetahui hak-hak hukum mereka,layanan yang tersedia bagi mereka dan proseduruntuk mengakses layanan ini. Kurangnyakesadaran hukum juga ditemukan di antarapara responden desa di Aceh. Kelompokrentan memiliki kesadaran hukum yang lebihrendah karena mereka seringkali buta hurufdan memiliki akses yang lebih kecil ke sumberinformasi. Keadaan ini selanjutnya tidakmenguntungkan mereka.Kendala kedua adalah bahwa tekanan sosialyang luas memaksa orang untuk mengandalkansebagian besar pada adat untuk menyelesaikansengketa, tetapi keputusan dapat dikesampingkanoleh pengadilan yang lebih tinggi,khususnya jika menyangkut prosedur hukumformal seperti kompensasi, warisan dan pendaftarantanah. Akan tetapi, pertimbanganpertimbanganlain membuat lebih sulit atauhampir tidak mungkin bagi banyak orang untukmengakses sistem peradilan formal. Halini dianggap terlalu birokratis, rumit, menghabiskanwaktu dan mengintimidasi. Karenapengadilan terletak jauh dari tempat tinggalsebagian besar orang, mereka tidak mampumembayar waktu untuk hadir atau uang untukmenutup biaya perjalanan, apalagi biayapenasehat hukum dan prosedur pengadilan.Masalah lainnya adalah bahwa orang-orangtidak dapat mengandalkan pada adat atausistem formal untuk mencapai keputusankeputusansaja. Pada tingkat adat, keputusankadang-kadang tidak sesuai dari satu kasus kekasus yang lain, dan mungkin dipengaruhi oleh56pertimbangan politik, khususnya pada masamasaawal konflik, atau oleh kepentingan wargasetempat yang memiliki kekuasaan. Dalamsistem formal, orang sangat menyadari bahwasuap seringkali memenangkan alasan-alasanhukum yang terbaik. Dalam hal ini, orang lebihpercaya pada pengadilan syariah, khususnyadalam menilai hak-hak perceraian dan warisanyang adil, meskipun sekali lagi keputusankeputusanyang menyangkut beberapa aspekhukum dapat dibatalkan oleh pengadilan yanglebih tinggi.Upaya-upaya untuk mengatasi kurangnyakesadaran warga masyarakat tentang syariahdan sistem pengadilan formal terhambat olehkurangnya sumberdaya, yang dilaporkan baikoleh lembaga negara maupun LSM, yang jugatidak mempunyai kapasitas.3.4.4 Pertimbangan GenderTiga isu yang sangat penting bagi perempuanadalah implikasi-implikasi gender hukum syariah,hak-hak warisan karena berhubungandengan tanah, dan pendaftaran tanah.Hukum Syariah: Proses pengenalan hukumsyariah tidak melibatkan wakil-wakil perempuandan implementasinya memiliki banyakkonsekuensi terhadap perempuan. Di beberapadaerah, hukum syariah tersebut telah meningkatkanakses perempuan ke hak asasi manusiadan keamanan, sedangkan di daerah-daerahlain hukum syariah tersebut secara aktif mempromosikanketidakadilan gender. Banyak perempuanAceh sudah lama tertekan sehinggamereka menentang konsep syariah. Akan tetapi,mereka peduli dengan cara interpretasi danimplementasinya di Aceh.Pengadilan Syariah semakin aktif menanganisejumlah isu tentang hak-hak perempuan.Isu-isu ini meliputi pemberian perwalian anakkepada perempuan selama perceraian (dimanasebelumnya hak asuh anak diberikan kepadalaki-laki), yang memberikan pembagian hartaperkawinan yang sama pada saat perceraian,dan memastikan bahwa hak waris perempuandilindungi. Pengadilan Syariah juga telah memeriksasejumlah kasus yang berhubungan denganperceraian. Karena pengajuam permohonansebagian besar atas dasar kekerasan dalamrumah tangga atau perilaku poligami, makajumlah perempuan adalah lebih dari 75 persendari mereka yang mengajukan permohonankepada pengadilan untuk perceraian. Pengadil-Laporan Pembangunan Manusia Aceh <strong>2010</strong>
- Page 1 and 2:
LAPORAN PEMBANGUNAN MANUSIAACEH 201
- Page 3 and 4:
ISBN: 978-602-96539-3-9Naskah:Badan
- Page 5 and 6:
Kata Pengantar dari Gubernur AcehAs
- Page 7 and 8:
akhir Laporan Pembangunan Manusia A
- Page 9 and 10:
pejuang telah menyebabkan gesekan d
- Page 11 and 12:
kapita menunjukkan bahwa masyarakat
- Page 13 and 14:
sementara terjadi peningkatan pada
- Page 15 and 16:
xivLaporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 17 and 18:
BAB 3. Akses ke Layanan Publik 333.
- Page 19 and 20:
GAMBAR3.4 Tabel ringkasan Indikator
- Page 21 and 22:
AkronimACMUAFRAHAHDRAHAPEDARIBappen
- Page 23 and 24:
xxiiLaporan Pembangunan Manusia Ace
- Page 25 and 26:
2Laporan Pembangunan Manusia Aceh 2
- Page 27 and 28: katkan kualitas hidup bagi semua or
- Page 29 and 30: perempuan dalam hal harapan hidup,
- Page 31 and 32: 8Laporan Pembangunan Manusia Aceh 2
- Page 33 and 34: 10Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 35 and 36: Gambar 2.1KOTA SABANGBANDA ACEHINTE
- Page 37 and 38: orang, Aceh Barat (53.000), dan Ace
- Page 39 and 40: Gambar 2.2 Indeks Pembangunan Manus
- Page 41 and 42: Gambar 2.4 Angka kemiskinan menurut
- Page 43 and 44: pertumbuhan akan terus menurun sete
- Page 45 and 46: semua kabupaten secara konsisten me
- Page 47 and 48: Tabel 2.5Keseluruhan peringkat kabu
- Page 49 and 50: juang GAM tetap tinggi, program rei
- Page 51 and 52: endah. Kekurangan pelaporan tentang
- Page 53 and 54: indikator tersebut secara umum menu
- Page 55 and 56: 32Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 57 and 58: 34Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 59 and 60: Gambar 3.1 Indikator Perumahan dan
- Page 61 and 62: Gambar 3.2 Indikator Pendidikan di
- Page 63 and 64: Gambar 3.510.08.06.04.02.00.0Rata-r
- Page 65 and 66: Untuk menentukan kabupaten mana saj
- Page 67 and 68: pendidikan. Pada tahun 2008, Aceh m
- Page 71 and 72: Gambar 3.10 Angka Kematian Bayi men
- Page 73 and 74: Gambar 3.11 Imunisasi Anak Balita m
- Page 75 and 76: terlihat melalui jumlah dalam baris
- Page 77: kepada Puskesmas bagi biaya operasi
- Page 81 and 82: kepemilikan tanah, meskipun dalam p
- Page 83 and 84: 60Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 85 and 86: 62Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 87 and 88: Gambar 4.1 Saham Minyak dan Gas dal
- Page 89 and 90: sebesar 1 persen pada pertumbuhan e
- Page 91 and 92: luaran per kapita memberikan hasil
- Page 93 and 94: Tabel 4.7 Tingkat relatif PDRB per
- Page 95 and 96: Gayo Lues (4,3 persen), Aceh Tengah
- Page 97 and 98: tetapi mengalami sedikit penurunan
- Page 99 and 100: Gambar 4.9 Kesenjangan Kota-Desa da
- Page 101 and 102: pasar karbon global. Meskipun dokum
- Page 103 and 104: Dua inisiatif telah diluncurkan di
- Page 105 and 106: 82Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 107 and 108: 84Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 109 and 110: (PAAS). Pada bulan Desember 2006, u
- Page 111 and 112: Bagi banyak orang, keputusan-keputu
- Page 113 and 114: oleh masukan dari para ahli teknis,
- Page 115 and 116: • Pemberdayaan masyarakat memerlu
- Page 117 and 118: seluruh desa di provinsi tersebut.
- Page 119 and 120: 96Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 121 and 122: Gambar 6.1Pendapatan Pemerintah Pro
- Page 123 and 124: Gambar 6.2 IPM dan Pendapatan Fiska
- Page 125 and 126: Tabel 6.1Alokasi Pengeluaran Publik
- Page 127 and 128: Tabel 6.2 Pengeluaran per Kapita me
- Page 129 and 130:
6.3. Pengeluaran menurut KabupatenS
- Page 131 and 132:
da kuadran kiri atas Gambar 6.6), m
- Page 133 and 134:
merlukan dukungan teknis dari luar
- Page 135 and 136:
112Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 137 and 138:
masyarakat miskin, tetapi banyak or
- Page 139 and 140:
forum-forum partisipatif, dan menyi
- Page 141 and 142:
Di tingkat mikro:• Memperluas aks
- Page 143 and 144:
• Meningkatkan kesempatan untuk p
- Page 145 and 146:
adil ke layanan-layanan ini di daer
- Page 147 and 148:
124Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 149 and 150:
Lampiran A: Tabel 2.1 Jumlah dan Pr
- Page 151 and 152:
Lampiran A: Tabel 2.3: Prosentase K
- Page 153 and 154:
Lampiran A: Tabel 2.5 IKM menurut K
- Page 155 and 156:
Lampiran A: Tabel 3.2 Indikator Pen
- Page 157 and 158:
Lampiran A: Tabel 3.4 Harapan Hidup
- Page 159 and 160:
Lampiran A: Tabel 3.6 Indikator Pel
- Page 161 and 162:
Lampiran A: Tabel 4.2 Indikator Pek
- Page 163 and 164:
Lampiran A: Tabel 5.1 Partisipasi p
- Page 165 and 166:
Lampiran A: Tabel 6.2 Rata-rata Pen
- Page 167 and 168:
Lampiran B: Tabel 2. Indeks Pembang
- Page 169 and 170:
Lampiran B: Tabel 4. Indeks Kemiski
- Page 171 and 172:
Lampiran B: Tabel 6. Indeks Pembang
- Page 173 and 174:
Lampiran B: Tabel 8. Indeks Kemiski
- Page 175 and 176:
Lampiran B: Tabel 10. Partisipasi S
- Page 177 and 178:
Lampiran B: Tabel 12A. Kinerja Pere
- Page 179 and 180:
Lampiran B: Tabel 13. Kondisi Tenag
- Page 181 and 182:
31 Angka-angka Susunas Susenas yang
- Page 183 and 184:
160Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 185 and 186:
angka-angka tidak sahih (valid) yan
- Page 187 and 188:
atau Rp 1.500 per kapita perhariTin
- Page 189 and 190:
UPG dihitung sebagai berikut:UPG =