partisipasi secara aktif dalam proses pengambilankeputusan tentang masyarakat merekamerupakan unsur penting pembangunan manusia.Sejak berakhirnya rejim Suharto pada tahun1998, berbagai inisiatif telah diperkenalkan untukmemungkinkan keputusan-keputusan diambiloleh pemerintah daerah, dewan perwakilanrakyat terpilih dan forum-forum publiklainnya yang lebih dekat dengan orang-orangdan masyarakat yang terkena dampak mereka.Perundang-undangan awal pada tahun 1999,yang mendesentralisasikan kekuasaan dan sumberdayadari pemerintah pusat ke pemerintahdaerah, telah mendorong berbagai kebijakandan program lainnya yang ditetapkan oleh pemerintahdi tingkat nasional dan daerah. Sejumlahcontoh yang diterapkan di Aceh saat inidikaji ulang di bawah ini.5.3.1 MusrenbangMusrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan)ditetapkan menurut UU No. 25/ 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasionalsebagai bagian dari kerangka kerja yang disusunoleh pemerintah pusat untuk menyelaraskanproses perencanaan dan penganggaran daribawah ke atas (bottom-up) dan dari atas kebawah (top-down) sebagai cara untuk menyatukanperbedaan kebutuhan dan kepentinganstakeholder pemerintah dan non-pemerintah.Proses tersebut dimulai di tingkat desa, dimanamasyarakat menyusun rencana pembangunanjangka menengah dan anggaran tahunan. Rencanadan anggaran ini selanjutnya disampaikanke kantor kecamatan, yang mengkoordinasikanproposal dan membuat rencana dan anggarangabungan. Rencana dan anggaran tersebutpada gilirannya disampaikan ke Bappeda, yangmengulangi proses tersebut, dengan menggabungkanproposal-proposal lainnya dari departemenpemerintah. Rencana dan anggaran kabupatenyang dihasilkan selanjutnya diserahkanke DPRD untuk pengkajian ulang (review),negosiasi dan persetujuan akhir. Beberapa komponenmungkin juga perlu didiskusikan dan dinegosiasikandengan pemerintah provinsi danDPRD. Karena banyaknya langkah yang harusditempuh, proses Musrenbang telah banyakmendapat kritikan, khususnya dari desa-desa,karena dianggap tidak praktis, berkepanjangandan tidak efektif dalam merespon prioritasmasyarakat.5.3.2 Program Pengembangan Kecamatan(PPK)Pada awalnya PPK diluncurkan dan didanaioleh Bank Dunia satu dekade yang lalu dansejak saat itu pengarusutamaan PPK telah dilakukandalam Program Nasional PemberdayaanMasyarakat (PNPM - Mandiri) secara nasional,sehingga menjadi salah satu programpembangunan partisipatif terbesar di dunia.PPK bertujuan untuk menyampaikan sumberdayapembangunan kepada masyarakat perdesaanmelalui “mekanisme pengambilan keputusanyang inklusif, transparan dan bertanggungjawab, didesain berdasarkan riset sosial sebelumnyayang luas di Indonesia”. Program tersebutkini dilaksanakan di 40 persen kecamatandi seluruh Indonesia.Petunjuk tentang prosedur pengambilankeputusan, yang bertujuan untuk memberdayakankelompok-kelompok terpinggirkan, dapatmenimbulkan dampak pada struktur kekuasaanlokal. Dapat diperkirakan bahwa perlawananterhadap perubahan-perubahan tersebut darimereka yang secara tradisional telah memegangkekuasaan dapat menjadi penyebab perselisihandi daerah-daerah PPK. Pada waktu yang sama,proses yang lebih transparan yang diciptakanoleh PPK juga dapat menimbulkan perselisihankarena penduduk desa mengetahui campurtangan para elit desa dalam proses pengambilankeputusan. Namun demikian, meskipun PPKberpotensi untuk memicu perselisihan, tetapibukti menunjukkan bahwa kemungkinanmeningkatnya perselisihan yang disebabkanoleh PPK dianggap lebih kecil daripadaprogram-program lainnya karena mekanismepenyelesaian konflik dan pelibatan berbagaipihak dalam proses perencanaan PPK.Kotak 5Program Pengembangan KecamatanProgram Pengembangan Kecamatan (PPK) bertujuanuntuk memperkenalkan perencanaan pembangunanyang transparan, bertanggung jawab dan partisipatifdi tingkat desa dan kecamatan di seluruh Indonesia.Unsur penting program tersebut melibatkan pemberiandana hibah kepada komite di tingkat kecamatan,yang sebagian besar terdiri dari wakil-wakil nonpemerintahyang dipilih dari dan oleh desa-desa utama.Kelompok desa-desa melakukan curah pendapat(brainstorming) dan selanjutnya memprioritaskanide-ide tentang proyek-proyek kecil yang mereka inginkanuntuk didanai di desa mereka – misalnya pembukaanjalan, pembangunan jembatan sungai, pusatmasyarakat, atau dana simpan pinjam. DidukungLaporan Pembangunan Manusia Aceh <strong>2010</strong> 89
oleh masukan dari para ahli teknis, seperti insinyur,desa-desa selanjutnya menyerahkan proposal kepadakomite kecamatan untuk mendapatkan pendanaan.Komite mengevaluasi proposal untuk kelayakan teknisdan financial, sasaran kemiskinan, kemungkinandampak dan kesinambungan. Paling sedikit satu proposaldari setiap desa harus berasal dari kelompokperempuan. Semua proses dilakukan di depan umumdan semua hasil dipasang di papan buletin desa, dimanajurnalis dan LSM dianjurkan untuk melaporkansetiap penyimpangan yang ada. Selanjutnya, PPKmemperkenalkan, atau mencoba untuk memperkenalkan,kompetisi berbasis peraturan, transparan danbertanggung jawab ke dalam kehidupan masyarakat.Dalam proses tersebut, PPK menyetujui dan menolakproposal – beberapa proposal didanai dan beberapatidak – dan dengan demikian menungkinkan terjadinyaperselisihan. Akan tetapi, PPK menciptakan ruangbaru bagi pemikiran masyarakat, cara baru bagi partisipasikelompok yang terpinggirkan dan kesempatanbaru bagi pengembangan keterampilan warga masyarakat:partisipasi masyarakat dalam perencanaan,pembahasan perbedaan, manajemen pertemuan, tatakearsipan, dll.Patrick Barron, Rachael Diprose, Michael Woolcock,“Local Conflict and Development Projects in Indonesia:Part of the Problem or Part of a Solution?” WorldBank Policy Research Working Paper 4212, April 2007,p 8.5.3.3 Kerangka Kerja Pemulihan Aceh (ARF)Kerangka Kerja Pemulihan Aceh (ARF) dimaksudkanuntuk membentuk dasar bagi peta perjalanan(road map) transisi Gubernur selamaempat tahun bagi pencapaian perdamaian danpembangunan yang berkesinambungan di Aceh,meskipun kerangka kerja tersebut tidak pernahdiadopsi secara resmi. Proses konsultatif digunakanuntuk merumuskan kerangka kerja tersebut.Enam komite gugus yang dipimpin oleh Provinsibekerja selama delapan bulan untuk mengidentifikasitantangan-tantangan besar terhadaptransisi Aceh dan menetapkan prioritas danhasil. Komite Gugus diketuai oleh PBB, BankDunia, donor dan BRR bersama dengan keanggotaanberbagai organisasi lokal dan internasionaldan stakeholder. Sepuluh konsultasi stakeholderARF berlangsung di kabupaten dan kotadi seluruh provinsi pada tahun 2008 untukmencerminkan realitas, keprihatinan dan kebutuhanpemerintah daerah dan masyarakat,dengan menggunakan Forum-forum PemulihanKabupaten/Kota yang ada. Forum-forum inidiketuai oleh pejabat pemerintah provinsi yangdipilih dengan berbagai peserta dari masyarakatsipil, tokoh budaya, persatuan mantan pejuangGAM dan sektor swasta. Akan tetapi, meskipunARF melakukan upaya-upaya keras untuk berdialogdengan masyarakat, tetapi ARF tidakmemberikan kesempatan kepada mereka untukberbagi dalam proses pengambilan keputusanakhir.5.3.4 BKPGPada tahun 2009, pemerintah provinsi Acehmembuat sebuah program baru yang disebutBantuan Keuangan Peumakmue Gampong(BKPG). Program ini didesain untuk menjadialat utama pemerintah dalam mewujudkanvisinya tentang pembangunan seluruh provinsi.Program tersebut bertujuan untuk mempercepatpembangunan perdesaan, menanggulangikemiskinan, memberdayakan masyarakatdan memperkuat kapasitas pemerintahgampong. Berdasarkan Qanun No. 1 / 2009,pemerintah telah menetapkan Alokasi DanaGampong untuk memberikan Rp 100 jutaper tahun kepada setiap gampong, yang akanditambah dengan Rp 50 juta per tahun darianggaran kabupaten. Selain itu, gamponggampongdi Aceh juga dapat menerima danadari pemerintah pusat melalui program PNPM.Petunjuk teknis (juknis) untuk program BKPGterdapat dalam Peraturan Gubernur No. 25/ 2009, yang merupakan upaya nyata untukmemberdayakan masyarakat dalam perencanaandan pengambilan keputusan.5.3.5 Organisasi MasyarakatSelain program-program pemerintah yangbaru disebutkan, sejumlah besar organisasi laindi luar pemerintah aktif dalam mendukunginisiatif-inisiatif yang dipimpin oleh masyarakatdi Aceh. Organisasi-organisasi ini secara berbedadisebut sebagai Organisasi MasyarakatSipil (OMS), yang biasanya terdiri dari wargadari daerah setempat, Organisasi BerbasisKomunitas, dengan sifat-sifat yang sama, danLembaga Swadaya Masyarakat (LSM), yangberbeda-beda ukurannya dari lokal sampaiinternasional. Di Aceh, hampir semua organisasilokal berbasis masyarakat merupakanorganisasi nirlaba, yang dijalankan oleh pararelawan dan tergantung pada kontribusi darimasyarakat itu sendiri atau di tempat lain.Di sektorsektorkhusus,sepertipertanian,perikanan danirigasi, dimanaperempuan diAceh sangatterlibat,mereka jarangikut sertadalam prosesperumusankebijakandi sektorsektorini.90Laporan Pembangunan Manusia Aceh <strong>2010</strong>
- Page 1 and 2:
LAPORAN PEMBANGUNAN MANUSIAACEH 201
- Page 3 and 4:
ISBN: 978-602-96539-3-9Naskah:Badan
- Page 5 and 6:
Kata Pengantar dari Gubernur AcehAs
- Page 7 and 8:
akhir Laporan Pembangunan Manusia A
- Page 9 and 10:
pejuang telah menyebabkan gesekan d
- Page 11 and 12:
kapita menunjukkan bahwa masyarakat
- Page 13 and 14:
sementara terjadi peningkatan pada
- Page 15 and 16:
xivLaporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 17 and 18:
BAB 3. Akses ke Layanan Publik 333.
- Page 19 and 20:
GAMBAR3.4 Tabel ringkasan Indikator
- Page 21 and 22:
AkronimACMUAFRAHAHDRAHAPEDARIBappen
- Page 23 and 24:
xxiiLaporan Pembangunan Manusia Ace
- Page 25 and 26:
2Laporan Pembangunan Manusia Aceh 2
- Page 27 and 28:
katkan kualitas hidup bagi semua or
- Page 29 and 30:
perempuan dalam hal harapan hidup,
- Page 31 and 32:
8Laporan Pembangunan Manusia Aceh 2
- Page 33 and 34:
10Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 35 and 36:
Gambar 2.1KOTA SABANGBANDA ACEHINTE
- Page 37 and 38:
orang, Aceh Barat (53.000), dan Ace
- Page 39 and 40:
Gambar 2.2 Indeks Pembangunan Manus
- Page 41 and 42:
Gambar 2.4 Angka kemiskinan menurut
- Page 43 and 44:
pertumbuhan akan terus menurun sete
- Page 45 and 46:
semua kabupaten secara konsisten me
- Page 47 and 48:
Tabel 2.5Keseluruhan peringkat kabu
- Page 49 and 50:
juang GAM tetap tinggi, program rei
- Page 51 and 52:
endah. Kekurangan pelaporan tentang
- Page 53 and 54:
indikator tersebut secara umum menu
- Page 55 and 56:
32Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 57 and 58:
34Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 59 and 60:
Gambar 3.1 Indikator Perumahan dan
- Page 61 and 62: Gambar 3.2 Indikator Pendidikan di
- Page 63 and 64: Gambar 3.510.08.06.04.02.00.0Rata-r
- Page 65 and 66: Untuk menentukan kabupaten mana saj
- Page 67 and 68: pendidikan. Pada tahun 2008, Aceh m
- Page 71 and 72: Gambar 3.10 Angka Kematian Bayi men
- Page 73 and 74: Gambar 3.11 Imunisasi Anak Balita m
- Page 75 and 76: terlihat melalui jumlah dalam baris
- Page 77 and 78: kepada Puskesmas bagi biaya operasi
- Page 79 and 80: sengketa perbatasan karena kehilang
- Page 81 and 82: kepemilikan tanah, meskipun dalam p
- Page 83 and 84: 60Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 85 and 86: 62Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 87 and 88: Gambar 4.1 Saham Minyak dan Gas dal
- Page 89 and 90: sebesar 1 persen pada pertumbuhan e
- Page 91 and 92: luaran per kapita memberikan hasil
- Page 93 and 94: Tabel 4.7 Tingkat relatif PDRB per
- Page 95 and 96: Gayo Lues (4,3 persen), Aceh Tengah
- Page 97 and 98: tetapi mengalami sedikit penurunan
- Page 99 and 100: Gambar 4.9 Kesenjangan Kota-Desa da
- Page 101 and 102: pasar karbon global. Meskipun dokum
- Page 103 and 104: Dua inisiatif telah diluncurkan di
- Page 105 and 106: 82Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 107 and 108: 84Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 109 and 110: (PAAS). Pada bulan Desember 2006, u
- Page 111: Bagi banyak orang, keputusan-keputu
- Page 115 and 116: • Pemberdayaan masyarakat memerlu
- Page 117 and 118: seluruh desa di provinsi tersebut.
- Page 119 and 120: 96Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 121 and 122: Gambar 6.1Pendapatan Pemerintah Pro
- Page 123 and 124: Gambar 6.2 IPM dan Pendapatan Fiska
- Page 125 and 126: Tabel 6.1Alokasi Pengeluaran Publik
- Page 127 and 128: Tabel 6.2 Pengeluaran per Kapita me
- Page 129 and 130: 6.3. Pengeluaran menurut KabupatenS
- Page 131 and 132: da kuadran kiri atas Gambar 6.6), m
- Page 133 and 134: merlukan dukungan teknis dari luar
- Page 135 and 136: 112Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 137 and 138: masyarakat miskin, tetapi banyak or
- Page 139 and 140: forum-forum partisipatif, dan menyi
- Page 141 and 142: Di tingkat mikro:• Memperluas aks
- Page 143 and 144: • Meningkatkan kesempatan untuk p
- Page 145 and 146: adil ke layanan-layanan ini di daer
- Page 147 and 148: 124Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 149 and 150: Lampiran A: Tabel 2.1 Jumlah dan Pr
- Page 151 and 152: Lampiran A: Tabel 2.3: Prosentase K
- Page 153 and 154: Lampiran A: Tabel 2.5 IKM menurut K
- Page 155 and 156: Lampiran A: Tabel 3.2 Indikator Pen
- Page 157 and 158: Lampiran A: Tabel 3.4 Harapan Hidup
- Page 159 and 160: Lampiran A: Tabel 3.6 Indikator Pel
- Page 161 and 162: Lampiran A: Tabel 4.2 Indikator Pek
- Page 163 and 164:
Lampiran A: Tabel 5.1 Partisipasi p
- Page 165 and 166:
Lampiran A: Tabel 6.2 Rata-rata Pen
- Page 167 and 168:
Lampiran B: Tabel 2. Indeks Pembang
- Page 169 and 170:
Lampiran B: Tabel 4. Indeks Kemiski
- Page 171 and 172:
Lampiran B: Tabel 6. Indeks Pembang
- Page 173 and 174:
Lampiran B: Tabel 8. Indeks Kemiski
- Page 175 and 176:
Lampiran B: Tabel 10. Partisipasi S
- Page 177 and 178:
Lampiran B: Tabel 12A. Kinerja Pere
- Page 179 and 180:
Lampiran B: Tabel 13. Kondisi Tenag
- Page 181 and 182:
31 Angka-angka Susunas Susenas yang
- Page 183 and 184:
160Laporan Pembangunan Manusia Aceh
- Page 185 and 186:
angka-angka tidak sahih (valid) yan
- Page 187 and 188:
atau Rp 1.500 per kapita perhariTin
- Page 189 and 190:
UPG dihitung sebagai berikut:UPG =