03.06.2013 Views

Sistem Pernafasan: Assessment, Patofisiologi, dan Terapi ...

Sistem Pernafasan: Assessment, Patofisiologi, dan Terapi ...

Sistem Pernafasan: Assessment, Patofisiologi, dan Terapi ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

dosis tinggi masih harus diteliti keamanan <strong>dan</strong> efek sampingnya. 80 Bagi pasien yang memang<br />

memerlukan dosis tinggi untuk mengontrol asma secara optimal, manfaat terapi jelas lebih<br />

tinggi daripada resiko efek sampingnya. 1, 75 Dilaporkan a<strong>dan</strong>ya kemungkinan keterkaitan<br />

antara penggunaan ICS dosis sangat tinggi yang diberikan dalam jangka panjang dengan efek<br />

samping katarak 81 <strong>dan</strong> glaucoma 82 .<br />

29. Bagaimana sebaiknya penanganan kasus ST?<br />

Untuk terapi ST, kebanyakan klinisi akan mengawalinya dengan terapi kortikosteroid<br />

sistemik jangka pendek (misalnya untuk satu minggu) untuk memaksimalkan perbaikan fungsi<br />

paru. Hal ini sesuai dengan anjuran EPR-3, yang merekomendasikan agar sesegera mungkin<br />

kontrol asma tercapai. 1 Penggunaan terapi kortikosteroid sistemik jangka pendek dianggap<br />

logis karena tidak mahal, efektif, <strong>dan</strong> berkaitan dengan resiko yang rendah. Sambil<br />

memperoleh kontrol yang cepat melalui pemberian kortikosteroid oral jangka pendek,<br />

pemberian ICS dosis rendah samapi se<strong>dan</strong>g juga dapat dimulai pada banyak pasien 1, 85 Bukti<br />

bahwa ICS sangat efektif untuk asma persisten sangat jelas. Pasien asma persisten yang secara<br />

konsisten menggunakan ICS menunjukkan resiko kematian <strong>dan</strong> rawat inap yang lebih rendah,<br />

<strong>dan</strong> satu studi menemukan bahwa resiko kematian lebih tinggi jika ICS dihentikan dibanding<br />

86, 87<br />

jika obat diteruskan.<br />

<strong>Terapi</strong> ICS sebaiknya segera dimulai bersamaan dengan terapi kortikosteroid jangka<br />

pendek. Edukasi pasien pada saat seperti ini lebih efektif, karena beberapa pasien lebih atentif<br />

setelah baru saja mengalami serangan yang memburuk, <strong>dan</strong> mereka menyadari bahwa perlu<br />

perubahan untuk memperbaiki kondisi kesehatan mereka. Karena asma ST termasuk persisten<br />

parah, maka sangat beralasan untuk memulai terapi ICS dosis se<strong>dan</strong>g sampai tinggi<br />

dikombinasi dengan pemberian LABA. <strong>Terapi</strong> awal yang lebih agresif ini penting bagi ST<br />

karena ST telah dirawat inap 4 kali dalam 2 tahun terakhir. Bersama dengan ST <strong>dan</strong><br />

orangtuanya, cara pemberian yang sesuai <strong>dan</strong> disukai ST harus segera ditentukan (diskusikan<br />

pilihan sediaan yaitu MDI <strong>dan</strong> spacer, <strong>dan</strong> spacer yang mana). Idealnya, klinisi harus<br />

mengenali kemandirian ST yang telah berusia 12 tahun <strong>dan</strong> mendiskusikannya dengan ST<br />

sendiri <strong>dan</strong> baru kemudian bersama orangtuanya. Setelah ST stabil selama 3 bulan, dosis harus<br />

diturunkan perlahan setiap 3 bulan sampai tercapai dosis efektif minimum. Jumlah total<br />

pemberian ICS dalam sehari biasanya 2 kali/hari, atau pada pasien dengan asma persisten<br />

ringan sampai se<strong>dan</strong>g frekuensi ICS cukup sekali sehari. 1 Mengingat kepatuhan merupakan<br />

78

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!