15.02.2015 Views

Kelas_07_SMP_Agama_Buddha_Guru.pdf

Kelas_07_SMP_Agama_Buddha_Guru.pdf

Kelas_07_SMP_Agama_Buddha_Guru.pdf

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

3. Upacara yang sekarang ini kita lihat merupakan perkembangan dari kebiasaan<br />

yang ada, yang terjadi sewaktu <strong>Buddha</strong> masih hidup yang disebut `Vattha’. Artinya,<br />

kewajiban yang harus dipenuhi oleh para bhikkhu seperti merawat <strong>Buddha</strong>,<br />

membersihkan ruangan, mengisi air dan sebagainya. Kemudian, mereka semua<br />

bersama dengan umat duduk mendengarkan khotbah <strong>Buddha</strong>.<br />

4. Setelah <strong>Buddha</strong> parinibbana (wafat), para bhikkhu dan umat tetap berkumpul<br />

untuk mengenang <strong>Buddha</strong> dan menghormat Sang Tiratana, yang merupakan<br />

kelanjutan kebiasaan Vattha.<br />

5. <strong>Buddha</strong> Dharma sebagai ajaran universal tidak mengalami perubahan (pengurangan<br />

maupun tambahan). Oleh sebab itu, manifestasi pemujaan kita pada Triratna/<br />

Tiratana yang diwujudkan dalam bentuk upacara dan cara kebaktian hendaknya<br />

tetap didasari dengan pandangan benar sehingga tidak menyimpang dari <strong>Buddha</strong><br />

Dharma itu sendiri.<br />

2. Patipatti Puja<br />

Kisah Bhikkhu Tissa bertekad mempraktikkan Dharma sampai berhasil menjelang<br />

empat bulan <strong>Buddha</strong> parinibbana. <strong>Buddha</strong> bersabda: “Duhai para bhikkhu, barangsiapa<br />

mencintai-Ku, contohlah Tissa. Dia memuja-Ku dengan mempersembahkan bunga,<br />

wewangian, dan lain-lain. Sesungguhnya hal itu belum dapat dikatakan memuja-Ku<br />

dengan cara yang tertinggi/terluhur. Tetapi seseorang yang melaksanakan Dharma<br />

secara benar itulah yang dikatakan telah memuja-Ku dengan cara tertinggi/terluhur.”<br />

Hal yang sama terjadi atas diri Bhikkhu Attadattha, seperti dikisahkan dalam<br />

Dhammapada Atthakatha.<br />

<strong>Buddha</strong> Gotama juga menegaskan kembali kepada Bhikkhu Ananda, “Penghormatan,<br />

pengagungan, dan pemujaan dengan cara tertinggi/terluhur bukan dilakukan dengan<br />

memberikan persembahan bunga, wewangian, dan sebagainya. Seorang bhikkhu/<br />

bhikkhuni, upasaka/upasika yang berpegang teguh pada Dharma, hidup dan bertingkah<br />

laku selaras dengan Dharma, merekalah yang sesungguhnya telah melakukan<br />

penghormatan, pengagungan, dan pemujaan dengan cara tertinggi/terluhur. Karena<br />

itu Ananda, berpegang teguhlah pada Dharma, hidup dan bertingkahlakulah selaras<br />

dengan Dharma. Dengan cara seperti itulah, engkau seharusnya melatih diri.”<br />

Penerapan Patipatti Puja yang benar dapat menepis anggapan salah masyarakat<br />

bahwa agama <strong>Buddha</strong> hanya agama ritual semata. Patipatti puja sering disebut<br />

Dharmapuja. Menurut Kitab Paramatthajotika, yang dimaksud Dharmapuja adalah<br />

seperti berikut.<br />

Pendidikan <strong>Agama</strong> <strong>Buddha</strong> dan Budi Pekerti<br />

87

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!