22.11.2014 Views

petunjuk teknis penguatan modal sosial - P2KP

petunjuk teknis penguatan modal sosial - P2KP

petunjuk teknis penguatan modal sosial - P2KP

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Namun dibalik kesuksesan upaya mendorong proses partisipasi masyarakat tersebut (yang diukur<br />

dengan Key Performance indicator), masih tersisa sejumlah agenda penting peningkatan kinerja<br />

BKM/LKM sebagaimana disinggung di atas, yaitu <strong>penguatan</strong> manajemen internal organisasi, SDM dan<br />

hubungan eksternal (baik dengan Pemda, kelompok peduli, dunia usaha, masyarakat dan KSM).<br />

Ketiga hal tersebut juga harus ditingkatkan mengikuti kesuksesan meningkatnya partisipasi<br />

masyarakat.<br />

Sebagai salah satu contoh bagaimana proses demokratis dalam siklus (termasuk Pemilu<br />

BKM/LKM) belum ditransformasikan kepada masyarakat terlihat dalam fasilitasi kegiatan<br />

infrastruktur. Disana demokratisasi dalam pemilihan anggota BKM belum ditularkan oleh BKM/LKM<br />

kepada masyarakat. Temuan konsultan evaluasi (studi dampak <strong>P2KP</strong>-2-2/8 studi kajian; 2010)<br />

menyebutkan bahwa Kapasitas BKM/LKM dalam mengelola kegiatan yang didanai melalui dana BLM<br />

PNPM Mandiri Perkotaan masih menjadi catatan dan perlu diperbaiki, yaitu :<br />

BKM/LKM kurang bisa memprioritaskan dan menerapkan intervensi kegiatan infrastruktur<br />

infrastruktur dalam hal: (1) sesuai dengan kebutuhan masyarakat obyektif (khususnya kaum<br />

miskin setempat), dan (2) sesuai dengan standar <strong>teknis</strong> yang diperlukan, tanpa bimbingan<br />

substantif dan kompeten, serta pengawasan melalui proyek manajemen<br />

Manajemen BKM/LKM (yang secara informal memiliki ikatan yang kuat dengan RT/RW),<br />

cenderung untuk menghindari kecemburuan antar wilayah dengan membagi rata semua BLM ke<br />

semua wilayah bukan berdasarkan prioritas<br />

Demikian juga dalam Pengelolaan Kegiatan Sosial, yang ternyata, sebagian besar berjalan baik,<br />

apabila dijalankan dengan pola-pola yang sama seperti ketika dikerjakan oleh lembaga-lembaga<br />

lama seperti PKK atau Ormas seperti lembaga muslimat NU. Hal ini sering terjadi akibat masih<br />

minimnya pengakuan masyarakat atas BKM/LKM sebagai lembaga kemasyarakatan setempat,<br />

BKM/LKM masih dipandang sebagai penyalur dana BLM saja<br />

Dalam proses sikluspun ternyata diperoleh bukti bahwa laki-laki lebih berpendidikan, kaya, dan<br />

pejabat lebih mungkin untuk terpilih menjadi anggota BKM/LKM - organisasi masyarakat di<br />

kelurahan yang bertanggung jawab untuk mengalokasikan sumber daya UPP2. Demikian juga<br />

dengan keterlibatan perempuan yang pada umumnya di KSM ekonomi lebih memungkinkan,<br />

sedangkan di BKM/LKM masih relatif sedikit. Disini terlihat partisipasi belum sepenuhnya<br />

berhasil dibangun tanpa diskriminasi.<br />

c. KSM sebatas pengelola BLM; Tridaya belum terintegrasi meningkatkan IPM<br />

Bagaimana dengan KSM? banyak temuan menunjukan bahwa KSM belum menjadi wadah utama<br />

penanggulangan kemiskinan di tingkat komunitas yang paling kecil. Keberadaannya masih banyak<br />

berhenti pada pengelolaan dana BLM kegiatan. Sehingga KSM sering disebut juga sebagai pengelola<br />

kegiatan instan karena kehadiran BLM tidak dikaitkan dengan kebutuhan masyarakat. Padahal melalui<br />

KSM lah diharapkan tumbuhnya nilai-nilai kebersamaan, kepedulian dan menjadi wadah bagi seluruh<br />

masyarakat utamanya masyarakat miskin untuk memecahkan persoalan-persoalan kemiskinan<br />

mereka secara mandiri.<br />

BKM/LKM yang bagus adalah kunci bagi terciptanya keberlanjutan program dan kepuasan penerima<br />

manfaat warga miskin baik yang tergabung dalam KSM maupun tidak. Salah satu indicator kepuasan<br />

adalah meningkatnya taraf hidup. Peningkatan taraf hidup ditandai dengan terpenuhinya sejumlah<br />

kebutuhan dasar seperti perumahan, lingkungan hidup, kesehatan dan pendidikan seperti yang<br />

disebutkan dalam MDGs. Sedangkan untuk mengukur pencapaian kualitas manusianya, digunakan<br />

ukuran IPM (Indeks Pembangunan Manusia) yang terdiri dari peningkatan angka harapan hidup,<br />

pendidikan dan daya beli. Kebutuhan dasar dan kualitas SDM tersebut didorong untuk dicukupi<br />

menggunakan potensi yang dimiliki masyarakat sendiri. Potensi-potensi tersebut beragam bentuknya,<br />

ada yang berupa dana, gagasan, tenaga, <strong>modal</strong> <strong>sosial</strong> maupun jaringan kerjasama.<br />

Melalui PNPM Mandiri Perkotaan, semua potensi (terutama jaringan kerjasama) diasah untuk<br />

mengakses sumberdaya fisik, sumberdaya alam, aset, dan kesempatan untuk mempengaruhi<br />

lembaga-lembaga kunci agar terlibat memikirkan cara mengurangi kemiskinan. Dengan demikian,<br />

PETUNJUK TEKNIS PENGUATAN MODAL SOSIAL 15

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!