13.07.2015 Views

20140526_MajalahDetik_130

20140526_MajalahDetik_130

20140526_MajalahDetik_130

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

isnisTumpukan batang rokokyang selesai dilinting paraburuh di Malang. Rokoktanpa filter seperti inisemakin tersisih.AMAN ROCHMAN/AFP/Getty Imagesprodusi kretek nonfilter. Ayu dan sekitar 4.900buruh lain bakal kehilangan pekerjaan. Denganberkurangnya pabrik linting di Lumajang danJember, Sampoerna tinggal mengoperasikanlima pabrik lainnya, yakni tiga di Surabaya sertamasing-masing satu di Malang dan Probolinggo.Alasan penutupan sangat sederhana: rokoktanpa filter terus berkurang peminatnya. Parapencandu rokok ini mengganti rokok tanpafilter—yang dilinting secara manual menggunakantangan—dengan rokok yang memakai filter,yang produksinya dengan mesin. “Ini akibatperubahan selera konsumen,” kata SekretarisPerusahaan Sampoerna, Maharani Subandhi.Lesunya pasar kretek tanpa filter ini tidakhanya dialami Sampoerna. Direktur JenderalIndustri Agro Kementerian Perindustrian,Panggah Susanto, mengatakan tren ini dialamiindustri rokok yang lain. “Cuma,” katanya, “memanghanya Sampoerna yang telah melaporkansecara resmi ke pemerintah.”Sampai sekitar 50 tahun silam, kretek—rekayasaasli Indonesia, yang memasukkan bumbuseperti cengkeh dalam batang rokok—identikdengan rokok tanpa filter. Rokok filter saat ituhanya tersedia untuk tipe rokok putih alias rokoktanpa cengkeh. Rokok putih, yang berfilteritu, dikuasai merek-merek asing.Di akhir 1960-an, untuk pertama kali munculrokok kretek dengan menggunakan filter. Pabrikyang pertama memasang mesin rokokfilter adalah Bentoel. Rokok ini juga tampilMajalah detik 26 Mei - 1 Juni 2014

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!