13.07.2015 Views

20140526_MajalahDetik_130

20140526_MajalahDetik_130

20140526_MajalahDetik_130

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

interview"Kalau ujian nasional tidak ada konsekuensi, itu tak ada beda dengankuesioner, semua bisa menjawab seenaknya."elain masalah ujian nasional (UN)yang masih menjadi polemik, merebaknyaaksi kekerasan di sekolah membuatMenteri Pendidikan M. Nuh disorot masyarakat.Ia dipersalahkan dan dianggaptak becus menangani masalah pendidikannasional. Tapi Nuh tak gentar.Mantan Rektor Institut Teknologi SepuluhNopember, Surabaya, itu justru menyatakanpolemik soal UN sebetulnya sudah basi.Sebab, UN sudah dilaksanakan bertahun-tahunsebelumnya, bahkan sebelum Indonesiamerdeka.Terkait penggunaan beberapa soal berstandarinternasional yang sengaja diambil dari Programmefor International Student Assessment(PISA), diperlukan untuk mengukur kemampuananalisis dan logika anak-anak kita. “Kalautidak, saat bertanding (dengan siswa negaralain), mereka bisa jablas (kalah telak),” tuturnyakepada majalah detik, yang menemuinyadi ruang kerjanya di kompleks KementerianPendidikan dan Kebudayaan, Jalan JenderalSudirman, Sena yan, Jakarta, 20 Mei lalu. Berikutini petikan perbincangan selengkapnya.Kenapa ujian nasional tetap dijalankan,padahal banyak yang mengkritik?Pemikiran seperti itu (menolak ujian nasional)dan isu itu sebenarnya sudah usang. Ka-Majalah detik 26 Mei - 1 juni 2014

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!